Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Berkali-kali Sakit, Dewi Siundul Kini Pergi Selamanya

669
×

Berkali-kali Sakit, Dewi Siundul Kini Pergi Selamanya

Share this article
Harimau sumatera Dewi Siundul saat menjalani pengobatan dan perawatan intensif. | Foto: Dok. BBKSDA Sumatra Utara
Harimau sumatera Dewi Siundul saat menjalani pengobatan dan perawatan intensif. | Foto: Dok. BBKSDA Sumatra Utara

Gardaanimalia.com – Satu individu harimau sumatera bernama Dewi Siundul (DS) telah mati di Suaka Satwa (Sanctuary) Barumun, pada Sabtu (19/3/2023).

Plh. Kepala BBKSDA Sumatra Utara Elvina Rosinta Dewi menerangkan bahwa satwa sempat dirawat intensif selama lebih kurang 2,5 bulan.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Menurut Elvina, DS adalah harimau korban konflik dengan manusia di Desa Siundul Julu, Desa Pagaran Bira, dan Desa Hutabargot yang ada di Kecamatan Sosopan.

“Konflik terjadi sekitar satu bulan,” ujar Elvina melalui keterangan tertulis yang diterima Garda Animalia, pada Selasa (21/3/2023).

Mamalia berkelamin betina itu diselamatkan dari Desa Siundul Julu, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padang Lawas, Sumatra Utara, pada 16 Desember 2021.

Setelah dievakuasi, satwa yang ketika itu berusia 14 tahun lantas dibawa ke Sanctuary Harimau Sumatera Barumun.

“Pada saat di-rescue, DS sudah masuk usia tua, memiliki panjang badan 234 cm dan tinggi 74 cm,” ungkap Elvina.

Kondisi DS dalam keadaan sakit, terdapat luka pada bagian perut hingga keluar belatung. Selain itu, DS juga mengalami malnutrisi sehingga fisik lemah dan kurus.

“Umur 14 tahun untuk harimau sumatera sudah memasuki usia tua/sangat tua mengingat umur harimau sumatera di alam liar sekitar 10-15 tahun,” terangnya.

Harimau Sumatera DS Gagal Dilepasliarkan

Sebelumnya, kata Elvina, satwa liar itu sempat ingin dilepasliarkan setelah menjalani perawatan selama hampir enam bulan.

BBKSDA Sumatra Utara usulkan DS agar dilepasliarkan dan disetujui oleh pusat. Akan tetapi, ketika diperiksa, pihaknya temukan indikasi satwa mengalami penurunan daya bertahan hidup di alam liar.

“Berdasarkan general check up dan analisa disposal dalam rangka persiapan pelepasliaran didapati indikasi DS mengalami penurunan daya survival di alam,” ungkap Elvina.

Satwa dikhawatirkan tidak dapat bertahan hidup di habitat barunya. “Di mana DS tidak mampu berburu sehingga proses pelepasliaran Dewi Siundul ditunda”.

Elvina menyebut, selama dirawat di Sanctuary Barumun, DS beberapa kali mengalami sakit dan luka yang mengharuskan dirawat intensif.

Dewi Siundul, sang harimau sumatera yang akhirnya mati di Sanctuary Barumun. | Foto: Dok. BBKSDA Sumatra Utara
Dewi Siundul, sang harimau sumatera yang akhirnya mati di Sanctuary HS Barumun. | Foto: Dok. BBKSDA Sumatra Utara

“Terakhir, pada 11 Maret 2023 dilakukan perawatan intensif terhadap DS dengan kondisi luka baru pada kaki (melepuh). Luka lama saat evakuasi pada perut dan punggung telah sembuh dan tumbuh rambut pada bekas lukanya”.

Namun, ketika luka kaki satwa mengering, ditemukan luka baru pada ekor, siku, dan perut. Waktu itu, DS masih punya nafsu makan meskipun harus disuapi oleh keeper.

“Jalan masih bisa, tetapi sempoyongan. Terdapat indikasi gula darah yang tinggi (kadar gula darah untuk harimau sekitar 21-109, hasil tes gula darah DS 178,” tutur Elvina.

Sekian Kali Dewi Siundul Alami Sakit

Lebih lanjut, ujarnya, pada 15 Maret 2023, kondisi DS mulai membaik karena satwa sudah dapat memakan daging. Namun, harimau masih tidak dapat berjalan.

“DS terlihat susah berdiri dan badannya gemetaran. Selama dalam perawatan, keeper melakukan penyemprotan iodine, gusanex untuk luka pada kaki dan ekor, serta pengobatan luka punggung”.

Beberapa hari setelah itu, kondisi DS menunjukkan kurang baik. Pihak BKSDA pun adakan rapat online guna membahas DS, Jumat (17/3/2023).

Hasil rapat, kondisi DS semakin menurun dan lemah. Para pihak yang hadir pun dukung untuk selamatkan DS sehingga prioritas adalah memulihkan kondisi harimau.

Akan tetapi, dua hari setelah itu, tepat pada 19 Maret 2023, kondisi harimau masih lemah hingga akhirnya DS dinyatakan mati pada pukul 16.25 WIB.

“Tindakan selanjutnya adalah nekropsi dan bangkai DS dikubur di Sanctuary Harimau Sumatera Barumun,” kata Elvina.

Di akhir, Ia berpesan agar semua pihak tidak lakukan kegiatan yang dapat merusak habitat satwa liar khususnya harimau sumatera di Sumatra Utara.

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments