Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Bestatus Kritis, Populasi Rusa Bawean Dimonitor

1539
×

Bestatus Kritis, Populasi Rusa Bawean Dimonitor

Share this article
Rusa bawean (Axis kuhlii) adalah penghuni Pulau Bawean. | Foto: Dok. BBKSDA Jawa Timur/Instagram
Rusa bawean (Axis kuhlii) adalah penghuni Pulau Bawean. | Foto: Dok. BBKSDA Jawa Timur/Instagram

Gardaanimalia.com – Bidang KSDA Wilayah II Gresik BBKSDA Jawa Timur lakukan kegiatan monitoring populasi dan pembinaan habitat rusa bawean pada 19-22 Juni 2023.

Video unggahan Instagram BBKSDA Jatim pada Kamis (29/6/2023) sebut, aktivitas dilaksanakan di Cagar Alam (CA) dan Suaka Margasatwa (SM) Pulau Bawean.

“Kegiatan monitoring populasi dilakukan untuk ketahui dinamika dan jumlah kepadatan populasi serta persebaran rusa bawean,” terangnya dalam video itu.

Petugas pun pasang kamera jebak atau camera trap. Selain kamera yang akan digunakan untuk riset, terdapat sekitar 20 kamera jebak lainnya di kawasan CA dan SM Pulau Bawean.

Sementara, pembinaan habitat dilakukan dengan mengembalikan fungsi sabana Langpelem sebagai tempat feeding ground dengan cara pembersihan lahan.

Ketika dilakukan pemeliharaan kawasan terakhir pada 1991, lokasi dulu adalah sabana. Namun, kini kondisinya telah tertutup semak belukar dan vegetasi rimba.

Selain itu, petugas juga buat embung air minum untuk satwa dengan nama latin Axis kuhlii ini. Melalui pipa, air akan mengalir dari bak tampung yang telah dibangun ke embung.

Di sekitar lokasi pembinaan habitat, ada pula menara pantau yang kondisinya sudah rusak sehingga butuh perbaikan.

Jumlah Rusa Bawean Tercatat Sekitar 287 Ekor

Patut diketahui, rusa bawean adalah satwa dilindungi oleh undang-undang. Namanya juga tercantum dalam Permen LHK Nomor P.106 Tahun 2018.

IUCN menetapkan satwa endemik Pulau Bawean ini berstatus Critically Endangered atau Kritis dengan tren populasi stabil.

“Hasil monitoring terakhir tahun 2022, jumlah rusa bawean sekitar 287 ekor,” jelas BBKSDA Jatim.

IUCN sebut, ancaman terhadap satwa liar ini, yaitu perburuan yang tak terkendali. Kemungkinan ini terjadi sejak permukiman mengambil alih lahan, sekitar 500 tahun lalu.

Selama 1960-an, banyak hutan di Pulau Bawean telah berganti fungsi jadi perkebunan pohon jati. Hal inilah yang diduga menyebabkan populasi satwa itu menurun.

Meski demikian, perburuan berhenti sekitar tahun 1977 dan populasi rusa itu meningkat selama beberapa tahun selanjutnya.

5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments