Menjarah
Menjarah
Menjarah
Edukasi

Burung Dara Mahkota, Maskot Manokwari yang Terancam Punah

4201
×

Burung Dara Mahkota, Maskot Manokwari yang Terancam Punah

Share this article
Seekor burung mambruk victoria (Goura victoria). | Foto: IUCN
Seekor burung mambruk victoria (Goura victoria). | Foto: IUCN

Gardaanimalia.com – Burung mambruk (Goura spp.) atau burung dara mahkota merupakan hewan endemik dari famili Columbidae yang tersebar di Papua dan Papua Nugini.

Data IUCN menunjukkan terdapat empat jenis burung mambruk, yaitu G. victoria (Mambruk Victoria), G. cristata (Mambruk Ubiaat), G. scheepmakeri (Mambruk Selatan), dan G. sclaterii.  

pariwara
usap untuk melanjutkan

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 hanya ada tiga jenis burung mambruk yang dilindungi, yaitu G. victoria, G. sclaterii dan G. cristata.

Sementara berdasarkan Convention on International Trades on Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES), hanya jenis G. sclaterii yang tidak dilindungi dari keempat jenis burung mambruk yang ada. Ketiga jenis burung lainnya masuk daftar Apendiks II CITES.

Adapun jenis G. sclaterii sebelumnya diduga merupakan spesies yang sama dengan G. scheepmakeri mengikuti Sibley dan Monroe pada tahun 1990 an, namun akhirnya pada tahun 2014 kedua jenis burung tersebut dinyatakan berbeda spesies.[1]https://www.iucnredlist.org/species/22691874/93326799

Saat ini, status konservasi satwa-satwa tersebut berdasarkan data IUCN ialah hampir terancam (Near threatened) untuk G. victoria dan G. sclaterii, sementara untuk G. cristata dan G. scheepmakeri termasuk dalam kategori rentan (Vulnerable).

Sebelumnya pada tahun 2013, burung mambruk victoria berstatus rentan (Vulnerable). Kemudian mengalami penurunan status ke hampir terancam dikarenakan perburuan terhadap burung jenis ini tak lagi dianggap signifikan.

Namun, populasi burung terrestrial tersebut masih dalam posisi terancam karena adanya alih fungsi lahan dari kawasan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, pun penebangan selektif yang terjadi.

Morfologi dan Reproduksi G. victoria

Burung dara mahkota victoria merupakan jenis burung mambruk yang paling mudah dibedakan dari jenis burung mambruk lainnya dengan ukuran tubuh yang cukup besar mencapai 74cm.

Selain itu, ia tidak dapat terbang jauh namun bisa berjalan dengan cepat, kemudian memiliki iris mata berwarna merah, memiliki bulu dengan warna biru abu-abu dan merah marun.

Mahkotanya berdiri tegak, lebar dan pipih seperti kipas dengan warna mahkota putih bercampur biru dan abu-abu dengan motif menyerupai mata pada bagian tengah mahkota (bulatan kecil disebut ocelli).

Mambruk victoria jantan memiliki bentuk badan agak membulat, bagian atas kepala agak melengkung serta paruh besar dan agak memanjang, sementara betina memiliki bentuk tubuh memanjang, bagian atas kepala agak mendatar dan ukuran paruh lebih kecil dan pendek.

G. victoria mulai melakukan proses reproduksi pada usia 15 bulan, memiliki pola perkawinan monogami atau tidak berganti pasangan, dan menghasilkan satu buah telur setelah perkawinannya.

Setelah telur menetas, maka kedua induk burung akan merawat dan melatih anaknya untuk mencari makan hingga anakan berusia 8-10 bulan.

Setelah mencapai usia dewasa, kedua induk akan berpisah dengan anaknya dan induk burung ini dapat berkembang biak lagi.[2]https://docplayer.info/137803972-Bab-ii-tinjauan-pustaka.html

Seekor burung mambruk victoria (Goura victoria). | Foto: Commons Wikimedia
Seekor burung mambruk victoria (Goura victoria). | Foto: Commons Wikimedia

Sebaran dan Habitat G. victoria

Burung terrestrial ini tersebar di Biak-Supiori, di Pulau Yapen dan Nugini Utara dari Teluk Geelvink, Papua, Indonesia hingga ke Teluk Astrolabe dan daerah terpencil di sekitar Teluk Collingwood di paling timur Papua Nugini.

Kemudian di dekat permukaan laut sebelah tenggara dari Desa Morobe hingga Teluk Milne. Dan diketahui bahwa populasi utama dari burung ini terdapat di cekungan Sepik Papua Nugini dan Cekungan Mamberamo Papua.

Akan tetapi, ia umum dijumpai secara lokal di beberapa daerah yang mana itu tidak terganggu seperti di hutan aluvial dataran rendah.

Spesies yang membentuk kelompok dengan jumlah 2 hingga 10 ekor ini menempati hutan dataran rendah, hutan sagu, hutan rawa serta hutan kering, dan dapat ditemukan hingga ketinggian 600 mdpl.

Namun terdapat studi pada tahun 2014 menunjukkan bahwa burung ini hanya ada di hutan yang lestari dan tidak di dalam hutan yang terfragmentasi.

Secara umum, satwa dilindungi ini senang hidup di bagian hutan yang memiliki pohon besar dan dekat dengan sumber air. Apabila terganggu, burung ini akan terbang berpindah ke cabang pohon terdekat yang ada di atasnya.

Jenis pakan yang umum dikonsumsi oleh burung dara mahkota yaitu buah-buahan hutan yang jatuh dari pohon, buah beri, biji-bijian, dan serangga seperti rayap dan jangkrik.

Untuk membantu proses pencernaan dalam lambung, burung ini menelan buah-buahan bersamaan dengan kerikil kecil. Sementara untuk air minum, burung ini mencari minuman di sekitar tempat hidupnya dari sungai kecil atau aliran air kali di dalam hutan.[3]http://www.papuaweb.org/unipa/dlib-s123/notanubun/s1.PDF

Peta sebaran Goura victoria. | Foto: BirdLife International dan Handbook of The Birds of The World 2021. IUCN Redlist
Peta sebaran Goura victoria. | Foto: BirdLife International dan Handbook of The Birds of The World 2021. IUCN Redlist

Tren Populasi dan Ancaman G. victoria

Berdasarkan data IUCN tahun 2021, burung mambruk victoria memiliki jumlah individu dewasa sekitar 10.000-19.999 individu dengan tren populasi yang terus menurun.

Spesies ini diduga memiliki penurunan populasi yang lambat, berdasarkan data yang dikutip dari Bryan dan Shearman (2015) besarnya degradasi hutan di pesisir utara Papua Nugini (Provinsi Sepik Barat, Sepik Timur dan Madang) adalah 1,4% ditambah 3,5% degradasi antara tahun 2002 dan 2014.

Wilayah Papua Nugini Indonesia tidak dihitung, namun memiliki taksiran nilai yang tidak jauh berbeda.

Selain itu, mengingat adanya laju perburuan yang perlahan naik dan bertahannya kepadatan populasi yang lebih rendah di hutan bekas tebangan, maka untuk sementara populasinya diperkirakan menurun sebesar 1-9% selama tiga generasi atau 32,4 tahun.[4]https://www.iucnredlist.org/species/22691874/93326799

Saat ini, ancaman yang dihadapi oleh spesies ini selain dari alih fungsi lahan yaitu adanya perburuan yang dikarenakan sebuah hobi atau kesenangan dari manusia.

Lain daripada itu, perburuan sering kali juga terjadi karena adanya kepentingan untuk penggunaan bulunya sebagai kerajinan tangan dan hiasan secara lokal dan nasional yaitu sebagai hiasan penutup kepala.

Kemudian, ia juga dijadikan hewan peliharaan/pameran pada skala internasional dan dagingnya dikonsumsi untuk sumber protein hewani pada tingkat lokal dan nasional.[5]https://www.iucnredlist.org/species/22691874/93326799[6]https://indonesia.go.id/kategori/keanekaragaman-hayati/3305/dara-bermahkota-terindah-di-dunia-ada-di-papua[7]https://www.mongabay.co.id/2021/06/01/dijuluki-merpati-bermahkota-burung-ini-hanya-ada-di-papua/

Yang mana hal itu sangat mengkhawatirkan karena mengancam keberadaannya di alam liar. Sehingga, salah satu cara yang bisa kita lakukan ialah dengan menyebarluaskan informasi tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian satwa liar.

Tujuannya adalah untuk menekan angka perburuan liar, dan membangun perspektif agar keberlangsungan hidup burung mambruk bertahan hingga nanti.

5 1 vote
Article Rating

Referensi[+]

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
FATWA: Orangutan juga merantau! | Ilustrasi: Hasbi Ilman
Edukasi

Gardaaniamlia.com – Garda Animalia mengeluarkan FATWA (Fakta Satwa) pertama. Sebuah seri fakta singkat di dunia persatwaliaran. Yuk, simak!…