Menjarah
Menjarah
Menjarah
Edukasi

Enggang Gading, Terancam Punah Karena Perburuan Liar

3714
×

Enggang Gading, Terancam Punah Karena Perburuan Liar

Share this article
Enggang Gading, Terancam Punah Karena Perburuan Liar
Enggang gading. Dok : Wikipedia/Doug Janson

Gardanimalia.com – Sebagian besar orang Indonesia pasti pernah melihat sosok Enggang Gading, si burung cantik dengan paruh unik berwarna merah-kuning di berbagai media. Namun, berapa banyak dari kalian yang pernah melihat burung kebanggaan Kalimantan ini secara langsung?

Indonesia merupakan ‘surga’ bagi burung enggang, termasuk Enggang Gading atau Helmeted Hornbill (Rhinoplax vigil). Namun, karena perburuan liar dan perdagangan ilegal yang meroket serta tingkat perkembangbiakan yang lambat, eksistensi burung besar ini sudah masuk ke tahap Terancam punah atau Critically endangered dalam daftar merah IUCN tahun 2018.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Enggang gading memang bisa menjadi sasaran empuk para pemburu yang tak bertanggung jawab. Bentuk paruhnya yang estetis serta suaranya yang unik –yang bisa terdengar hingga radius 3 kilometer– membuat burung ini menjadi idola para kolektor dari masa ke masa.

Enggang Gading, Terancam Punah Karena Perburuan Liar
Ukiran pada paruh burung Enggang gading. Dok : Flickr/Bernard Dupont

Paruh burung ini kerap digunakan sebagai bahan baku ukiran. Bahkan, di masa pemerintahan Dinasti Ming di China, mengoleksi paruh burung Enggang gading menjadi sebuah kebanggaan bagi para kaisar Tiongkok tersebut.

Bagi masyarakat Dayak, paruh burung enggang gading juga tak kalah bernilai. Menurut mereka, balung paruh Enggang merupakan simbol keberanian, keagungan, kepemimpinan, dan perlindungan.

Masyarakat setempat juga percaya jika balung paruh Enggang gading bisa menjadi jembatan antara roh leluhur dengan suku Dayak. Konon, pelindung Kalimantan dan masyarakat Dayak kerap menampakkan diri sebagai Rangkong atau Panglima Burung.

Sebenarnya, selain Enggang gading, setidaknya ada delapan jenis Rangkong lainnya di Indonesia. Yaitu, Enggang klihingan, Enggang jambul, Julang jambul-hitam, Julang emas, Kangkareng hitam, Kangkareng perut putih, Rangkong badak, dan Rangkong papan.

Satwa ini memiliki jasa yang sangat besar bagi regenerasi hutan. Menurut para ahli, burung Enggang atau Rangkong bisa terbang hingga radius 100 kilometer persegi. Artinya, mereka juga bisa menebarkan biji dengan radius yang sama. Tak heran, keberadaan satwa yang dijuluki ‘petani hutan’ ini dikaitkan erat dengan pertumbuhan hutan yang sehat.

Siapa sangka, berbagai macam keistimewaan burung Enggang terbesar di Asia ini justru membuatnya jadi buruan di mana-mana. Karena hal itu juga, satwa ini semakin terancam eksistensinya.

Untuk melindungi keberadaan enggang gading, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebenarnya sudah memasukkan satwa ini ke dalam daftar satwa dilindungi. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat juga sudah membuat program pengelolaan populasi dan habitat Enggang gading untuk membantu rehabilitasi dan restorasi habitatnya.

Kabar baiknya, dalam waktu tiga tahun terakhir, di dua lokasi konservasi yang dikelola BKSDA Kalbar, ada 68 titik penjumpaan Enggang gading dari 353 titik pengamatan. Aktivitas masyarakat di sekitar kawasan konservasi juga sudah menurun.

Burung enggang memang dikenal sebagai ‘pelindung’ Kalimantan dan penyelamat hutan. Namun, tanpa kesadaran dari manusia, Panglima Burung tidak akan bisa mempertahankan eksistensinya dan perlahan punah menjadi kenangan.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
FATWA: Orangutan juga merantau! | Ilustrasi: Hasbi Ilman
Edukasi

Gardaaniamlia.com – Garda Animalia mengeluarkan FATWA (Fakta Satwa) pertama. Sebuah seri fakta singkat di dunia persatwaliaran. Yuk, simak!…