Menjarah
Menjarah
Menjarah
Investigasi

Jejak Paruh Bengkok di Tapal Batas: Poros Maluku-Filipina

1043
×

Jejak Paruh Bengkok di Tapal Batas: Poros Maluku-Filipina

Share this article

Paruh bengkok endemik Maluku ramai diselundupkan. Ada jejak tentara berkongsi dengan jejaring penyelundup burung Filipina.

Burung paruh bengkok kerap menjadi barang selundupan, dan tak jarang kasusnya melibatkan anggota TNI. | Ilustrasi: Garda Animalia
Burung paruh bengkok kerap menjadi barang selundupan, dan tak jarang kasusnya melibatkan anggota TNI. | Ilustrasi: Garda Animalia

Gardaanimalia.com – Johar Pattilouw menghentikan laju kendaraan, lalu menyapa dua tentara yang mendorong sepeda motor di ujung Desa Taniwel, Kecamatan Taniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku.

Johar awalnya tidak curiga dengan karung bawaan kedua tentara itu.

Dia kemudian tercengang saat mulut karung mengeluarkan riuh kicauan kakatua maluku (Cacatua moluccensis) sahut-menyahut. Kala itu, pekan kedua Desember 2022.

“Ada sekitar delapan kakatua dalam karung yang ditaruh dalam bambu. Di boncengan 5 ekor, 3 ekornya lagi digantung di setir sepeda motor,” Johar bercerita kepada Tim Kolaborasi, awal September 2023.

“Kebetulan motornya rusak, makanya saat saya menyapa keduanya, saya langsung diminta membonceng salah satunya. Saya sempat tanya itu kakatua, ya? Tentara itu jawab iya kakatua“.

Johar adalah pendamping desa, setiap harinya bolak-balik di Jalan Trans Seram dari rumahnya menuju tempat tugas.

Dia mengenali persis wajah tentara itu, karena dua bulan sebelumnya dia juga berpapasan dengan tentara BKO Yonif Artileri Medan 1/Ajusta Yudha tersebut; wajahnya serupa, ujarnya.

Kedua tentara itu menempati Pos PAM di Desa Wakolo. Mayoritas pemburu di Kecamatan Taniwel dan Taniwel Timur kerap melego burung ke pos tersebut.

Padahal spesies itu dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Berdasarkan data CITES, kakatua maluku masuk kategori Apendiks I atau dilarang dalam segala bentuk perdagangan secara internasional.

Burung kakatua maluku saat berada dalam kandang. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia
Burung kakatua maluku saat berada dalam kandang. Hasil sitaan di Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki, Sulawesi Utara. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia

Burung endemik Maluku lainnya ada di Apendiks II, populasinya kritis, yakni nuri bayan, nuri kepala-hitam, perkici pelangi, nuri kalung ungu, dan nuri maluku.

Di dua kecamatan itu, Tim Kolaborasi bertemu pemburu dan pengepul di Desa Kasieh, Hatu Nuru, dan Mornaten, awal Maret dan Agustus 2023.

Nama Hatu Nuru juga disebut Johar, yang oleh kedua tentara disebut sebagai asal burung yang mereka beli.

Seorang pemburu veteran di desa itu mengungkapkan kerap didatangi tentara yang menanyakan stok kakatua maluku. Dia tak menampik jika prajurit itu dari Batalion Artileri Medan 2/Ajusta Yudha.

“Iya, tentara yang menempati Pos Desa Wakolo. Mereka rajin pesan. Kalau ditanya jawaban selalu untuk keperluan penting,” ungkapnya.

Rupanya praktik itu juga terjadi pada Pos PAM perbatasan Desa Hualoy, Tumalehu dan Latu, Kecamatan Amalatu.

Penelusuran Tim Kolaborasi menemukan orang yang diduga pembeli dan penampung burung-burung tersebut. Ia berpangkat Kopral Dua bernama Agus Riyandi. Namanya tersohor di kalangan pemburu dan pengepul di level tapak.

Namun, tidak semua pemburu tapak mau cerita. Pemburu berusia 56 tahun yang menjadi sumber media ini, misalnya. Padahal ia mengaku lagi menunggu duit hasil menjual dua nuri kepala-hitam dan satu kakatua maluku ke Pos PAM.

Saat itu dia baru kembali berburu dari belantara hutan Pulau Seram selama 10 hari. “Burung dijual ke Pos, katanya untuk cendera mata,” ujarnya, akhir Juni 2023.

“Kalau nuri kepala-hitam dibeli Rp1 juta dan kakatua maluku Rp850 ribu karena satu kakinya putus. Beda lagi kalau datang sendiri khusus nuri kepala-hitam (Lorius lory) Rp1,2 juta dan masih bayi Rp2,5 juta,” dia menambahkan.

Akan tetapi, soal nama perantara dan pembeli, dia menutup mulut rapat-rapat.

Beruntung seorang pengepul kakap mau cerita, dan sepertinya melakukannya dengan bangga. Rupanya mereka berkongsi.

Keduanya bekerja sama bisnis burung setahun terakhir, saling jual beli kakatua maupun nuri kepala-hitam. Dari dialah sepak terjang Agus terungkap.

Puluhan burung nuri dan perkici pelangi. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia
Puluhan burung nuri dan perkici pelangi. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia

Untuk membuktikan dia mengenal Agus, dari saku celananya dia mengeluarkan handphone merek Cina. Jarinya memeriksa daftar kontak satu per satu. Tepat di nama Agus jarinya sontak berhenti.

“Mau saya telepon tanya Agus kalau stok burung ada atau tidak?” tanya dia kepada Tim Kolaborasi.

Dia juga menunjukkan kontak sejumlah tentara yang kerap memesan kakatua maluku, nuri kepala-hitam, betet, dan perkici. Ada yang berpangkat perwira, dari pilot hingga kapten kapal.

Jika pemburu ini punya relasi dengan prajurit tiga matra berbagai satuan, itu bisa dimaklumi. Pria itu punya modal: Ia dikenal semua pemburu dan pengepul level tapak di Kabupaten Seram bagian barat, Seram bagian timur, hingga Maluku Tengah di Pulau Seram.

Namun, Kopral Dua Agus Riyandi membantah semua cerita pemburu yang mengaku kongsinya itu.

“Waduh, kapan itu? Belum, belum pernah bertugas di Kabupaten Seram bagian barat dan Maluku,” ujarnya kepada Tim Koloborasi, Kamis, 6 Juni 2024.

Dari Pulau Seram ke Filipina

Pekan pertama September 2023, di sebuah pantai di Kecamatan Amalatu, lelaki kulit sawo matang ini mengulang peristiwa dua tahun lalu.

Saat itu, dia membantu anggota Intelijen Denpom XV/Pattimura Ambon Sersan Kepala Mansur untuk menyediakan ratusan ekor stok kakatua maluku, nuri kepala-hitam, dan betet (Psittacula alexandri).

Lelaki itu mengatakan, Mansur berkata kepadanya bahwa burung itu untuk Asura, pembeli asal Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara, yang disebut-sebut punya jaringan dagang ke Filipina.

Anak buah Asura—Dudung–pernah menginap di rumahnya seminggu di Pulau Seram.

Lelaki itu juga pernah bertemu Asura. “Saya bawa burung (pesanannya) dan melihat Asura dan Pak Mansur lagi duduk. Saya hanya menyapa sebentar lalu kembali dan turunkan burung dibantu Pak Dudung,” ungkapnya.

Usai burung diletakkan di kandang, dia berpamitan pulang. “Burung ditampung di samping rumah Mansur, berdekatan dengan kandang ayam,” sambungnya.

Rumah Mansur berada di kawasan Wara, Kecamatan Sirimau, di belakang bekas Kantor PN Agama. Pada akhir Januari 2024, ada mobil Jeep dan Daihatsu Xenia di sana.

Dari kejauhan sudah terdengar suara ayam berkokok dan kicauan burung.

Dua kakatua maluku di belakang rumah salah satu pemburu di Kabupaten Maluku Tengah. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia
Dua kakatua maluku di belakang rumah salah satu pemburu di Kabupaten Maluku Tengah. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia

Menurut pemasok burung itu, burung-burung dikeluarkan via Pasar Lama. Dari pantai di pasar itu, burung diangkut menuju Filipina menggunakan speedboat ‘hantu’ dengan empat mesin bertenaga 200 PK.

“Kalau kata Dudung, burung akan dijemput oleh kawan Asura dari Filipina di sebuah pulau berpasir putih. Biasa bertukar juga dengan ayam Filipina,” dia menjelaskan.

“Makanya di rumah Pak Mansur ada ayam Filipina,” ujarnya.

Sampai September 2023, ujar dia, tiga pengepul di kampungnya diduga masih mengirim burung ke Mansur.

Sersan Kepala Mansur tak menanggapi permintaan wawancara dari Tim Kolaborasi. Dia mengangkat telepon saat dihubungi, tetapi saat ditanya mengenai keterlibatannya dengan jaringan burung lintas batas, dia bungkam.

“Bisa diulang lagi pertanyaan,” ujarnya kala itu. Wawancara konfirmasi tertulis sudah dikirim pula via aplikasi WhatsApp kepadanya, tapi dia juga tak membalas.

Di kalangan pebisnis burung, nama Mansur tak asing. Rekan kerjanya pun mengetahui aktivitasnya di luar jam dinas itu.

“Kalau mau cari burung, bisa kontak Mansur,” ujar salah seorang tentara.

Seorang pembeli paruh bengkok di Kota Ambon juga mengaku pernah berhubungan dengan Mansur.

Dia bahkan menginformasikan tempat penampungan burung lainnya yang diduga milik Mansur di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.

“Enggak enak kalau aku sebut nama tempat. Pastinya ada di Kecamatan Salahutu,” ujarnya, awal Mei 2024.

Menanggapi pertanyaan Tim Kolaborasi soal dugaan bisnis anggotanya, Kapendam XV/Pattimura Letkol Arh Agung Sinaring M mengatakan, pihaknya akan melakukan pemeriksaan silang dulu atas informasi tersebut.

Dia meminta nama satuan termasuk juga lokasi pos dan siapa Danpos-nya.

“Kalau perlu buktinya sekalian untuk mempermudah beta (saya) cari informasi,” ujarnya, Jumat, 7 Juni 2024.

Pintu ke Filipina Bernama Bitung

Vivi Rorong menghuni rumah permanen tidak terurus di RT 010/RW 002, Kelurahan Aertembaga Satu, Kota Bitung, Sulawesi Utara.

Sudah 11 tahun, Vivi berpacaran dengan warga negara Filipina bernama Melvin Bulatag. Tak heran, kalau Jimmy–sapaan karib Melvin—memiliki KTP di alamat tersebut.

Awal September 2023, lelaki 61 tahun itu bersama Manuel Toletine (53) dan Mike Artocillia (52) ditahan Polres Sangihe.

Musababnya, KM Nataleon yang ditumpangi ketiganya dari Bitung menuju Filipina terdampar di Pulau Para akibat dihantam gelombang.

Di atas kapal polisi menemukan ratusan ekor burung termasuk burung paruh bengkok. Vivi mengaku, burung itu bukan milik Jimmy, melainkan Mike.

“Kalau terjual di Filipina, harganya bisa ratusan juta rupiah bahkan sampai satu miliar. Setahu saya sudah ada dokumen dari karantina,” jelas Vivi kepada Tim Kolaborasi, awal Oktober 2023.

Tim kolaborasi adalah gabungan beberapa media, yaitu Zona Utara, Tempo, Mongabay Indonesia, Kalesang, dan Garda Animalia dalam liputan kolaborasi paruh bengkok ini.

Karena duitnya mengggiurkan, tak cuma pacar Vivi yang bermain burung maluku untuk dibawa ke Filipina via Bitung. Salah satu sekuel ceritanya disampaikan petugas konservasi di Sulawesi Utara.

Di Kota Manado, pada pertengahan Juli 2023, Tim Kolaborasi bertemu petugas konservasi itu melalui perantara aktivis perlindungan hewan.

Di sebuah cafe di Mega Mall, petugas itu bercerita pernah kena tipu muslihat seorang penyelundup burung yang menyamar menjadi cepu—istilahnya untuk informan pihak berwajib—sekitar Mei 2023.

Mulanya, dia membocorkan informasi kalau di Pelabuhan Kalimas, Bitung, akan ada kapal dari Ambon membawa kakatua maluku dan nuri kepala-hitam. Barangnya lalu disimpan di kawasan Kairagi Satu, Kecamatan Mapanget.

Kawasan Kairagi Satu, Kecamatan Mapanget, Kota Manado, SulawesiUtara, saat tim kolaborasi melakukam penelusuran pengepul. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia
Kawasan Kairagi Satu, Kecamatan Mapanget, Kota Manado, Sulawesi Utara, saat tim kolaborasi melakukam penelusuran pengepul. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia

“Cepu itu menjelaskan cukup detail,” ujarnya.

Operasi pun digelar, tapi penyelundupan itu tak ketahuan. Mobil yang diinfokan tak terlihat.

Namun, belakangan tersiar informasi kalau malam itu sebenarnya ada burung yang masuk ke Kota Bitung. Rupanya, mobil pembawanya sudah diganti.

“Jadi dia memang sengaja mengalihkan informasi supaya burungnya bisa leluasa melintas ke Bitung,” ujarnya.

Melalui aplikasi Getcontact, Tim Kolaborasi mengecek nomor handphone cepu tersebut. Mayoritas kontak tersimpan nama diikuti Bitung.

Rupanya, namanya cukup terkenal di Pelabuhan Bitung yang disinggahi kapal Pelni dari Maluku dan Papua. Termasuk feri jadwal reguler asal Ternate Maluku Utara. Sayang orang ini belum berhasil ditemui.

Menurut petugas konservasi itu, ada banyak modus untuk membawa burung ke Bitung. Misalnya, burung diselundupkan ke kapal yang hendak dok.

Bahkan ada burung yang diturunkan ke perahu sebelum kapal sandar di pelabuhan, demi menghindari pemeriksaan.

Dari Bitung itulah, burung endemik asal Maluku diselundupkan ke Pelabuhan Tahuna, Kabupaten Sangihe. Kemudian disebar melalui Pelabuhan Petta, Batuwingkung, Manalu, Kaluwatu, Naha, Kendar, dan Pulau Tinakareng menuju Filipina.

Pulau Tinakareng ikut disebut-sebut sumber Tim Kolaborasi di Pulau Seram, ketika ia menceritakan soal Asura dan jejaringnya.

Di Filipina, menurut sumber Tim Kolaborasi, burung maluku dijual di toko-toko di General Santos, selain juga dipasarkan di pasar gelap.

Erik, bukan nama sebenarnya, yang menetap di Filipina, mengatakan khusus jenis kakatua termasuk kakatua jambul oranye—satwa endemik Maluku—banyak terlihat di Zoo—sebutan kebun binatang di negara itu.

Kebun binatang itu di antaranya Genalin Park and Zoo Rescue Center seluas 10 hektare, Baluarte Zoo di Vigan City, Cagayan Deoro, dan Zoo di Davao City.

“Di situ banyak, bahkan ada burung paruh bengkok,” kata Erik kepada Tim Kolaborasi.

Kapolres Sangihe AKBP Dhana Syahputra mengakui longgarnya penjagaan di perbatasan. Penyebabnya karena terbatasnya sarana dan prasarana, terutama kapal.

Sarana dan prasarana, “Berbanding terbalik dengan luas wilayah yang harus diawasi,” ujarnya.

“Selain itu nyali pelintas batas yang sangat berani melaut saat kondisi cuaca buruk,” kata Dhana.

Kondisi itu dibenarkan Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Tahuna Kolonel Laut (P) Mohammad Bayu Pranoto. Dia mengatakan, kekuatan petugas belum memadai untuk meng-cover keamanan laut Kabupaten Sangihe.

“Jadi, situasi tersebut harus dihadapi dengan kekuatan minimum essential force, yang artinya [harus] mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada,” katanya.

Naik Burung Besi, Naik Kapal Pelat Merah

Dalam rumah berbahan kayu, beratap rumbia, dua pria selonjoran sambil menyeruput kopi. Sesekali terdengar suara kicauan perkici pelangi (Trichoglossus moluccanus) yang menggantung di dapur.

Oleh warga di salah satu dusun di Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat, pemilik rumah itu terkenal sebagai pemburu burung.

“Itu burung pancingan,” ujarnya mengawali percakapan dengan Tim Kolaborasi, akhir Agustus 2023.

Burung pancing milik pemburu di Kabupaten Seram Bagian Barat,Maluku. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia
Burung pancing milik pemburu di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia

Hutan tempat dia berburu masuk kawasan konservasi Gunung Sahuwai dengan status Suaka Alam. Luasnya 18.620 hektare, dan rumah bagi burung endemik Maluku—kakatua maluku, nuri kepala-hitam, dan nuri maluku.

Di sini, pemburu aktif maupun musiman tersebar di Dusun Talaga Kambelu dan Limboro. Terdapat dua Pos PAM BKO Yonif Artileri Medan 1/Ajusta Yudha di Desa Luhu dan Loki.

“Kalau tentara di Pos Loki sering beli,” dia menjelaskan.

Dari permukiman pria ini, speedboat tujuan Pulau Ambon bersandar di Desa Hitu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah.

Ada pula speedboat dari Dusun Talaga Kambelu dan Limboro, berlabuh di Tahoku, Desa Hila. Rute ini dijadikan jalur penyelundupan burung paruh bengkok.

Jika dihitung, dalam sehari sebanyak empat hingga lima ekor kakatua dan nuri yang disimpan dalam bambu biasa melintas di jalur ini.

Kalau situasi rawan, burung diturunkan di luar Pelabuhan Tahoku, di pesisir Desa Kaitetu dan Hila. Tak jauh dari pelabuhan ini juga ada Pos PAM BKO Yonif Artileri Medan 1/Ajusta Yudha—Dusun Waitomu.

Menyamar sebagai pembeli, Tim Kolaborasi mengontak orang yang diduga penyedia burung di sana. Namanya Kopda Hanung Pujo.

Dalam video berdurasi 19 detik yang dikirim Hanung, dalam sangkar besi terdapat lima ekor nuri kepala-hitam paruh kuning.

“Sudah laku empat ekor, sisa lima. Per ekornya Rp1 juta,” jelasnya via WhatsApp, 14 April 2023. Hanung lalu memberi tahu alamatnya, yakni di pos tersebut.

Salah satu warga menyebut di pos tentara itu memang banyak burung paruh bengkok berbagai jenis. “Kalau tentara, burung paling banyak,” katanya kepada Tim Kolaborasi di Dusun Waitomu, 16 Agustus 2023.

Hanung bercerita, ia biasa mengirim kakatua dan nuri ke Malang, Jawa Timur, menggunakan pesawat Hercules melalui Bandara Lanud Pattimura. Khusus kakatua per ekor dipatok Rp500 ribu.

“Ada lekten aku awak pesawat Hercules,” ungkap dia.

Sepertinya pengakuan Hanung laik dipercaya, karena dia punya laporan harian rencana penerbangan pesawat Hercules dari Bandara Abdulrachman.

Saat itu, 14 April 2024, dia mengaku penerbangan ke wilayah timur termasuk Ambon belum terjadwal.

Dia juga mengaku mengenal Agus Riandi. “Agus di Pos Tumalehu,” ujarnya. Belakangan, Agus dan Hanung menempati Pos Waitomu.

Namun, saat pengakuan ini dikonfirmasi ulang Tim Kolaborasi Liputan Paruh Bengkok, Hanung membantah yang pernah diceritakannya. Dia hanya mengaku pernah pelihara perkici pelangi yang diberikan oleh warga.

“Saya enggak pernah nampung kakatua maluku dan nuri kepala-hitam,” jelasnya.

“Saya tak punya waktu pelihara dan menampung. Kita di Maluku kita banyak gelar operasi”.

Kali lain, jual beli juga terungkap marak di Dobo—Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Aru.

Lebih dari 50 ekor nuri maluku dan perkici pelangi terkurung di kandang milik pemburu di Kabupaten Maluku Tengah. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia
Lebih dari 50 ekor nuri maluku dan perkici pelangi terkurung di kandang milik pemburu di Kabupaten Maluku Tengah. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia

Di sini, petugas gabungan Ditreskrimsus Polda Maluku, BKSDA Maluku, Direktorat KKHSG KLHK dan Polres Kepulauan Aru menggagalkan upaya penyelundupan 91 burung endemik yang hendak dibawa ke Surabaya, Jawa Timur.

Satwa liar itu disita dari KMV Nusantara 01-Jakarta dan sebagian lagi dari penjual di Pasar Jargaria—tak jauh dari Pelabuhan Yos Sudarso, tempat kapal logisitik tersebut bersandar.

Kala itu, pekan kedua April 2023, di beberapa sangkar besi, terkurung 72 kakatua koki (Cacatua galerita), 2 kakatua raja (Probosciger aterrimus), 15 nuri bayan (Eclectus roratus) dan 2 nuri aru (Chalcopsitta scintillata).

“Kita gagalkan penyelundupan dalam operasi senyap,” ujar Kepala BKSDA Maluku Danny Pattipeilohy melalui keterangan tertulis. Enam orang ditangkap, salah satunya awak KMV Nusantara 01 inisial YDG (26).

Masih ada jejak lain. Selain tiga kabupaten di Pulau Seram, wilayah operasi pembeli kakap satwa liar ini sampai di Kabupaten Kepulauan Aru dan Tanimbar.

Kalau dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar, biasanya yang dibeli kakatua goffin. Kongsi bisnisnya diduga dengan oknum tentara dengan tujuan terakhir penyelundupan Surabaya, Jawa Timur.

“Saya sipil, tapi bekerja sama dengan tentara,” ujar seorang pebisnis burung itu, yang bermain di Dobo. Tim Kolaborasi bertemu lelaki 35 tahun ini melalui perantara seorang advokat.

Di Dobo, dia tidak hanya membeli kakatua koki dan kakatua raja melainkan juga kangguru tanah (Dendrolagus sp) dan cendrawasih besar (Paradisaea apoda) juga.

Satwa dipasok dari pemburu di sejumlah pulau, seperti Pulau Kobror dan Baun di Kecamatan Aru Tengah.

“Ada penampung di Pasar Jargaria. Jadi kalau tiba di Dobo, langsung diangkut,” jelasnya.

Satwa diangkut menggunakan kapal milik PT Pelni yang melayari wilayah tersebut. Biasanya dia mengirim anak buahnya untuk mengawal. Tugasnya memberi makan satwa. Tetapi, sesekali dia turun tangan sendiri hingga Surabaya.

Di kapal itu, dia menyewa gudang di dek 3-4, tepatnya di buritan kapal kelas ekonomi. Biayanya Rp1 juta sekali titip. Hitungan per pelabuhan yang disinggahi.

“Bayar di komandan security. Langsung kasih katong (kita) kunci gudang itu. Nah, nanti baru katong kasih makan setiap hari. Itu kirim dari Dobo, kirim dari Ambon sini,” jelasnya.

“Turun di Surabaya kan sudah dapat jemput. Anggota yang datang jemput. Jadi katong ibarat seng (tidak) kerja lagi, dong (mereka) yang pung akses samua“.

Terkadang juga ia menggunakan kapal barang, tapi baginya kapal ini terlalu ribet untuk mengangkut burung.

Awal Mei 2024, satu upaya penyelundupan di wilayah itu digagalkan petugas Seksi Konservasi Wilayah (SKW) III Saumlaki BKSDA Maluku.

Dalam penangkapan di KM Sabuk Nusantara 104 itu ditemukan 55 kakatua goffin. Famili dari Cacatuidae itu ditemukan dalam ruang mesin.

***

Laporan ini merupakan kolaborasi Gardaanimalia.com, Jaring.id, Mongabay.co.id, Tempo, Zonautara.com, Kalesang.id. Liputan ini berupaya mengungkap perdagangan ilegal satwa endemik Wallacea dan Papua dari dalam negeri hingga mancanegara. Liputan ini didukung dan didanai Garda Animalia lewat program Fellowship Bela Satwa Project 2023.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments