Gardaanimalia.com – BBKSDA Papua Barat angkat suara terkait video viral yang menampilkan tiga pemuda naik di atas punggung paus sperma di perairan Raja Ampat, Papua Barat.
Video ini menjadi perbincangan hangat di media sosial dan menimbulkan kekhawatiran dari masyarakat terhadap perlindungan satwa liar.
Kepala BBKSDA Papua Barat Johny Santoso menjelaskan bahwa kejadian yang terlihat dalam video tersebut sebenarnya terjadi di kawasan konservasi di perairan daerah.
“Kami memahami kekhawatiran sekaligus kepedulian masyarakat terhadap kelestarian satwa liar khususnya paus ini,” ujarnya kepada Garda Animalia, Jumat (21/6/2024).
Namun, lanjutnya, yang sebenarnya terjadi adalah masyarakat yang ada di video itu sama sekali bukan pemburu. Mereka merupakan anggota tim gabungan evakuasi.
Para pemuda yang terlibat dalam insiden tersebut merupakan bagian dari tim gabungan yang membantu dalam proses evakuasi.
Tim terdiri dari Jaga Laut Misool Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Raja Ampat, Perusahaan Mutiara Lokasi Kasam, serta warga Kampung Tomolol.
Paus Sperma Mati secara Alami
Paus sperma tersebut ditemukan dalam keadaan mati pada 4 Juni 2024 lalu di pesisir pantai Kampung Tomolol.
Sebelumnya, paus bernama ilmiah Physeter macrocephalus itu sempat terlihat berenang sendiri di wilayah perairan Distrik Misool Timur, Raja Ampat.
Berdasarkan penilaian dari Tim Jaga Laut Misool, paus diperkirakan berusia puluhan tahun dan meninggal secara alami, tanpa tanda-tanda adanya upaya perburuan.
Luka yang terdapat di perut paus tersebut diduga disebabkan oleh gigitan predator alami di lautan, seperti hiu.
Evakuasi bangkai paus dilakukan dengan mengikatnya di lokasi yang jauh dari permukiman penduduk. Hal tersebut guna mencegah kedatangan predator laut yang dapat berpotensi konflik dengan masyarakat setempat.
Johny Santoso menegaskan, tindakan ini diambil untuk menjaga keamanan dan mengurangi potensi konflik antara satwa liar dan manusia di wilayah yang padat penduduk.
Melalui ini, pihak BBKSDA Papua Barat juga memberikan pemahaman kepada publik terkait kejadian tersebut.
Di antaranya dengan menjelaskan bahwa itu adalah langkah-langkah yang diambil untuk mengelola situasi dengan aman dan bertanggung jawab.
“Langkah-langkah evakuasi dan pengelolaan bangkai paus dilakukan agar tidak menarik perhatian predator alami laut. Seperti hiu ke wilayah yang padat penduduk. Tujuannya, mengurangi potensi konflik antara satwa liar dan manusia,” pungkasnya.