Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Konflik di Aceh Tengah Diduga Karena Ruang Gajah Terganggu

1264
×

Konflik di Aceh Tengah Diduga Karena Ruang Gajah Terganggu

Share this article
Ilustrasi gajah sumatra (Elephas maximus sumatrensis). | Foto: Beritakini.co
Ilustrasi gajah sumatra (Elephas maximus sumatrensis). | Foto: Beritakini.co

Gardaanimalia.com – Konflik yang terjadi antara gajah dan petani di Aceh Tengah masih didalami pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh.

Interaksi negatif antara manusia dan mamalia raksasa tersebut terjadi pada Minggu (5/2/2023) sore di Dusun Daling, Desa Kekuyang, Kecamatan Ketol, Aceh tengah.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Kepala BPBD Aceh Tengah, Andalika menjelaskan, sembilan petani sedang bergotong royong membangun rumah kebun sampai akhirnya seekor gajah jantan datang.

Dalam peristiwa tersebut, seorang petani meninggal dunia akibat terinjak satwa dilindungi tersebut. Sementara, tiga orang lainnya mengalami luka.

“Korban meninggal warga Bener Meriah. Sedangkan tiga orang terluka,” ungkap Andalika, Senin (6/2/2023) dilansir dari Detik Sumut.

Ia memaparkan, para petani tersebut merupakan warga pendatang. Konflik satwa dengan nama ilmiah Elephas maximux sumatrensis itu juga baru pertama kali terjadi di sana.

Menurut Andalika, satwa yang datang itu tidak berkelompok atau tunggal. “Ini baru pertama kali terjadi serangan gajah di sana,” ujarnya.

BKSDA Aceh akan Petakan Perlintasan Gajah

Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto mengungkapkan bahwa rombongan besar satwa liar itu memang berada di sekitar wilayah Kecamatan Ketol.

Namun, kata Agus, kadang-kadang satu atau dua individu gajah sumatra terpisah dari kelompok besarnya.

“Yang kita dalami adalah apakah pondok kebun tempat korban beraktivitas ini berada dalam kawasan hutan atau di luar kawasan hutan. Informasi ini harus jelas,” ucapnya, Senin (6/2/2023).

Agus berujar, interaksi negatif itu disebabkan oleh ruang nyaman Elephas maximux sumatrensis yang terganggu oleh aktivitas manusia.

“Oleh karenanya, ini menjadi permasalahan bagi semua pihak agar menyelesaikannya. Terutama mengembalikan ruang nyaman satwa liar,” tuturnya.

Agus mengatakan bahwa beberapa upaya penanganan konflik sudah dilakukan bersama masyarakat setempat.

Di antara penanganan jangka pendek yang dilakukan adalah pemasangan kawat kejut. Dan pemasangan GPS Collar untuk mengetahui keberadaan satwa liar.

Sementara, upaya jangka panjang yang akan ditempuh oleh pihaknya adalah membuat peta wilayah pergerakan gajah liar.

“Sebab dia itu (satwa liar) tidak hanya hidup di kawasan hutan. Namun, juga di luar kawasan hutan yang menjadi perlintasan,” ujarnya.

Untuk itu, lanjutnya, akan kita petakan supaya semua pihak peduli bahwa itu kawasan perlintasan satwa liar.

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments