Gardaanimalia.com – Manusia diciptakan dengan potensi akal pikiran dan naluri untuk menyayangi, serta perasaan kagum pada sesuatu yang lebih unggul darinya. Manusia bisa saling menyayangi antar sesamanya, juga menyayangi mahluk lain seperti hewan dan tumbuhan.
Rasa suka dan kagum ini menjadi salah satu pemicu beberapa orang memelihara hewan. Akan tetapi, sering kali tanpa sadar manusia menyakiti hewan-hewan yang disukainya itu.
Contoh sederhananya adalah praktik pemeliharaan burung. Pada hakikatnya, burung diciptakan dengan sayap dan berkesempatan untuk terbang bebas kesana kemari sejauh mata memandang.
Namun, banyak manusia yang memelihara bermacam jenis burung dengan alasan suka atau mengagumi kicauan dan bulunya yang indah dan mengurung mereka dalam sangkar sehingga membatasi daya jelajah mereka. Kesukaan memelihara ini mengakibatkan populasi beberapa jenis burung menjadi terancam karena perburuannya terus meningkat.
Hewan eksotis dan liar mulai dari reptil, primata, hingga kucing hutan juga tidak luput dari rasa kagum manusia. Banyak orang yang mulai berusaha memelihara hewan-hewan tersebut, hingga menjadi hobi dan trend tersendiri. Bahkan, beberapa orang merasa bangga apabila mampu memelihara hewan-hewan tersebut di rumahnya.
Baca juga: Terkena Virus, 89 Ayam Ilegal dari Thailand Dimusnahkan
Akan tetapi lagi-lagi hal tersebut sebenarnya merusak keberlangsungan hidup hewan-hewan itu. Seperti owa jawa yang diincar para pemburu dengan segala cara, hingga sanggup membunuh induknya agar bisa mendapatkan anaknya untuk dijual pada “pecinta hewan” dengan harga tinggi.
Rasa kagum manusia pada hewan ini juga memicu beberapa oknum untuk mengadakan sirkus hewan. Hewan-hewan sirkus seperti gajah, lumba-lumba hingga harimau dilatih dengan kekerasan dan paksaan untuk melakukan atraksi di luar kemampuannya. Tujuannya hanya untuk memenuhi hasrat “hiburan” manusia dan mengejar keuntungan sesaat.
Akibatnya tidak sedikit hewan yang mengalami gangguan psikologis saat menjalani pelatihan ini karena otak hewan tidak dapat melakukan proses berfikir seperti manusia. Inilah yang menjadi perbedaan jelas antara manusia dan hewan. Ketidakmampuan hewan untuk berfikir menyebabkan mereka hidup dalam keadaan statis, tidak seperti kehidupan manusia yang dinamis dan mengalami kemajuan dari generasi ke generasi.
Dengan segala fakta yang telah disampaikan, maka sudah seharusnya manusia mengedepankan potensi akal yang dimilikinya untuk mengagumi hewan dengan cara yang benar. Jika memang benar menyayangi hewan, jangan sampai kita berperan dalam menyakitinya.
Sebaliknya, kita dapat melakukan hal positif yang mendukung keberlangsungan hewan sebagai sesama mahluk hidup dengan tidak memeliharanya. Bergabung dalam komunitas pecinta hewan yang menyebarkan pemahaman dan edukasi terkait hewan tersebut seperti pembela satwa liar. Manusia sebagai mahluk hidup dengan potensi akal paling unggul juga harus berperan dalam pelestarian alam agar menjadi tempat yang layak untuk ditinggali.