Gardaanimalia.com – Bertambahnya populasi manusia tentu membuat kebutuhan energi dan pangan ikut meningkat. Berbagai usaha pengelolaan sumber daya alam pun dilakukan untuk memenuhinya. Salah satu caranya ialah dengan pembuatan waduk. Ekosistem buatan yang terbentuk karena adanya pengaruh dari manusia ini berfungsi sebagai sumber daya pembangkit listrik, irigasi pertanian dan juga penyangga roda ekonomi masyarakat. Namun, bersamaan dengan itu waduk juga menyelipkan sisi kekhawatiran tersendiri.
Menurunnya produktivitas budidaya ikan (Keramba Jaring Apung) dan jumlah populasi ikan asli dalam beberapa dekade terakhir menjadi momok bagi lingkungan dan pembudidaya. Biang permasalahan tersebut selalu berakar dari tidak menentunya cuaca serta aktivitas penangkapan ikan secara berlebihan. Selain itu, ada sebab lain yang juga semestinya menjadi perhatian. Aspek kritis bagi keberlangsungan hidup ikan ialah segi kualitas air .
Ikan merupakan salah satu fauna akuatik yang membentuk ekosistem sungai dan rentan apabila terjadi perubahan lingkungan perairan. Pemanfaatan waduk oleh masyarakat sebagai sektor budidaya ikan (Keramba Jaring Apung) telah melebihi batas ideal yang berjumlah lebih dari 40 ribu kolam turut menyumbang dampak terhadap lingkungan. Seringkali ditemukan beberapa ikan mati dikarenakan tidak terdapat keseimbangan antara pemberian pakan dan produksi limbah.
Komponen dan pemberian pakan dengan cara ditebar memiliki efektivitas rendah dalam menekan limbah yang dihasilkan karena sebagian besar pakan akan mengendap dan tidak termakan seluruhnya oleh ikan. Endapan inilah yang menjadi salah satu penghasil polutan yang jika konsentrasi melebihi ambang batas dapat mengakibatkan kualitas perairan menjadi buruk.
Baca juga: Melihat Parahnya Kerusakan Lautan Lewat Seaspiracy
Endapan hasil sisa pakan didukung dengan material yang diangkut oleh air masuk ke dalam waduk tanpa disadari menghasilkan bentuk baru pada permukaan waduk yakni sedimentasi atau pendangkalan. Hal ini dapat menyebabkan tingkat kekeruhan air meningkat dan tidak optimalnya daya tampung air karena bendungan pada waduk menghambat aliran air dengan begitu material yang telah mengendap pun tidak serta merta terbawa oleh air menuju hilir.
Ketersediaan sumber makanan berkaitan erat dengan kualitas air itu sendiri. Penurunan populasi ikan asli merupakan proses awal menuju kepunahan dan berakhir dengan terbentuknya komunitas ikan asing homogen yang dominan. Sulit ditemukannya ikan asli yakni balidra (Notopterus chitala), Lempuk (Ompok bimaculatus), Kancra (Tor duoronensis), Arengan (Labeo chrysophaekadion), dan Tawes (Barbodes Gonionotusy) di aliran Sungai Citarum tidak terlepas dari adanya perubahan dari kondisi Waduk Jatiluhur. Diperparah lagi adanya dominasi ikan introduksi bersifat predator dan kompetitor. Akhirnya terjadi persaingan dengan spesies ikan asli dalam hal ketersediaan makanan, habitat dan menyebarkan penyakit. Ikan yang dikenalkan ke perairan ini merupakan komunitas ikan berkemampuan lebih baik untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan berbanding dengan ikan asli yang memiliki pola pertumbuhan lambat dan adaptasi rendah.
Kemudian, pembangunan bendungan di daerah aliran sungai mengubah ekosistem air mengalir menjadi ekosistem tergenang membuat pola migrasi ikan terganggu. Sebagai contoh, ikan jambal yang melakukan pemijahan menuju hulu sungai dan pembesarannya di hilir sungai akan terhambat karena bendungan memblokir migrasi ikan. Bendungan mengisolasi daerah ikan dari daerah hilir menuju daerah pemijahan. Ikan sungai yang menghuni aliran bebas tidak dapat hidup di waduk yang tergenang. Salah satu faktor kemerosotan ekosistem pada umumnya ditunjukkan peningkatan jumlah ikan omnivora dan menurunnya ikan insektivor dan piscivor.
Melihat keanekaragaman jenis ikan di habitat perairan sangat rendah mendesak untuk disegerakannya upaya pemulihan pada sumber daya ikan guna keberlanjutan rantai hidup hulu dan hilir. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan inovasi pakan yang ramah lingkungan, penetapan wilayah budidaya ikan dan rehabilitasi habitat. Dari sekelumit masalah yang timbul menjadikan sebuah dilema dimana kita menginginkan kebutuhan tercukupi namun bersamaan itu kita harus menyingkirkan hal lainnya. “Kita adalah spesies yang sangat berhasil, dan saya kira saya bisa berbangga karena itu. Namun keberhasilan kita telah membuat banyak bentuk kehidupan lain punah.-Tanim Ansary
[…] Baca juga: Menyelami Sisi Kelam Waduk Jatiluhur […]