Menjarah
Menjarah
Menjarah
Edukasi

Merak Jawa, Burung Endemik yang Kian Terancam

3513
×

Merak Jawa, Burung Endemik yang Kian Terancam

Share this article
anak burung merak jawa
burung merak jawa
merak hijau jantan
burung merak
Bentangan ekor merak jawa jantan yang membentuk kipas. | Foto: Worrakat/Freepik
Bentangan ekor merak jawa jantan yang membentuk kipas. | Foto: Worrakat/Freepik

Gardaanimalia.com – Adakah di antara kalian yang masih asing dengan burung merak jawa? Satwa dari kelas burung ini dikenal karena memiliki bulu yang indah menyerupai bentuk kipas.

Berdasarkan tingkatan taksonomi, merak jawa termasuk bagian dari keluarga Phasianidae dan marga Pavo. Di kehidupan sehari-hari, mulai dari betina, jantan, hingga bayi peafowl—nama Inggris merak jawa—memiliki sebutannya masing-masing.

Induk betina merak jawa biasa disebut dengan peahen, kemudian sang jantan dengan sebutan peacock, dan peachick untuk sang bayi. Meski penyebutan peacock juga dapat digunakan secara umum untuk kedua jenis kelamin.

Setelah perkenalan singkat di atas, yuk, kita cari tau lebih lanjut mengenai si Cantik Merak Jawa melalui penjelasan di bawah ini!

Merupakan Subspesies dari Merak Hijau

Sepasang merak jawa. | Foto: The Hip Chick
Sepasang merak jawa. | Foto: The Hip Chick

Menurut Jean Delacour (1994), seorang ahli burung asal Prancis, terdapat tiga subspesies merak hijau. Subspecies tersebut adalah merak jawa (Pavo muticus muticus), merak indocina (Pavo muticus imperator), dan merak burma (Pavo muticus spicifer). Ketiga subspesies tersebut kini telah diakui oleh sebagian besar otoritas.

Merak jawa merupakan satwa endemik Pulau Jawa yang pertama kali diklasifikasikan sebagai Pavo muticus muticus oleh Carl Linnaeus (1766), seorang ilmuwan asal Swedia yang biasa meletakkan dasar tata nama biologi.

Diketahui, selama ratusan tahun orang Jepang telah mengimpor satwa ini dari Asia Tenggara. Selain itu, merak jawa juga sering digambarkan dalam lukisan Jepang pada zaman Edo.

Akibat fakta tersebut, Carl Linnaeus sempat mendeskripsikan merak jawa sebagai “satwa berhabitat di Jepang”, meski kenyatannya bukan dari Jepang.

Sementara itu, untuk kedua subspesies lainnya—merak imperator dan spicifer—pertama kali diklasifikasikan oleh Jean Delacour 1949), serta George Shaw dan Nodder (1804).

Habitat merak jawa adalah di pinggir hutan dan hutan savana. Ia jarang berada di tengah hutan. Unggas ini lebih sering terlihat di daerah hutan musin yang lebih terbuka dan dekat dengan savana.

Saat ini kita dapat menemukan keberadaan satwa tersebut terbatas di beberapa tempat.

Tempat tersebut adalah Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Meru Betiri, dan Taman Nasional Ujung Kulon.[1]https://www.thainationalparks.com/species/green-peafowl[2]Burungnesia

Bedanya sang Jantan dan Betina Merak Jawa

Burung merak hijau jantan. | Foto: Chris Barnes/eBird
Burung merak hijau jantan. | Foto: Chris Barnes/eBird

Jika dilihat sekilas, baik merak jawa jantan maupun betina memiliki bentuk tubuh yang serupa. Di atas kepala keduanya sama-sama memiliki jambul. Milik betina tampak lebih lebar, sedangkan sang jantan lebih tipis dan tinggi.

Kemudian ada pula garis putih yang berbatasan langsung dengan area biru di wajah dan corak kuning jingga membentuk bulan sabit di sekitar telinga.

Tubuh sang jantan memiliki penutup ekor yang sangat panjang dan dilengkapi dengan bintik-bintik menyerupai bentuk mata. Bintik tersebut akan terlihat jelas ketika penutup ekor dibuka seperti kipas.

Adapun warna pada bagian punggung, leher, hingga dada yaitu hijau cerah dan bermotif seperti sisik. Di bagian skapula (tulang belikat), median, dan penutup sayap besar memiliki warna dominan biru. Sementara, penutup sayap yang lebih kecil berwarna hijau dan membentuk segitiga saat sayap tertutup.

Di sekitar mata, terdapat sudut berwarna hijau kebiruan yang mengarah ke dalam. Panjang tubuhnya berkisar antara 180 sampai 300 sentimeter, sudah termasuk dengan penutup ekor.

Apabila diukur tanpa penutup ekor, panjangnya menjadi 140 sampai 160 sentimeter. Sebaliknya, penutup ekor pada betina tidak sepanjang milik sang jantan. Ia hanya mampu menutup hingga ke ekor aslinya.

Pada bagian punggung, leher, hingga dada betina memiliki warna hijau keabu-abuan. Adapun di bagian penutup sayap betina memiliki warna biru, dan tidak membentuk segitiga saat sayap tertutup.

Terdapat aksen warna cokelat gelap membentuk segitiga di area mata. Tubuh betina cenderung berukuran lebih kecil dibanding sang jantan, yaitu berkisar 100 sampai 110 sentimeter saja.[3]https://www.thainationalparks.com/species/green-peafowl

Bisa Terbang meski Berbadan Besar

Meski berukuran besar, nyatanya merak jawa termasuk dalam jenis burung yang bisa terbang. Hanya saja, jarak yang dapat ditempuh tidak lebih dari satu mil.

Satwa ini memiliki kaki-kaki kuat yang mampu menempuh jarak tiga sampai empat kilometer per hari. Sehingga alih-alih terbang, mereka lebih memilih untuk berjalan.

Kecuali dalam keadaan darurat, seperti menghindari ancaman, melintasi sungai, hingga terbang ke pohon yang mengharuskannya untuk terbang.[4]https://birdfact.com/articles/can-peacocks-fly#:~:text=straightened%20during%20flight.-,How%20far%20can%20peacocks%20fly%3F,instead%20of%20flying%20for%20it

Tidak Pilih-Pilih dalam Hal Makanan

Kawanan merak jawa betina sedang mencari makan. | Foto: Chris Barnes/eBird
Kawanan merak jawa betina sedang mencari makan. | Foto: Chris Barnes/eBird

Setiap harinya, kelompok kecil merak jawa biasa menghabiskan waktu di sekitar tanah dengan rerumputan dan alang-alang tinggi untuk sekadar mencari makan, minum, bersolek, hingga beristirahat di tempat teduh.

Saat malam tiba, tiap unit keluarga akan bertengger di pohon dengan ketinggian sepuluh sampai lima belas meter. Dari tempatnya bertengger, betina akan mengeluarkan suara aow-aa berulang kali dengan interval yang singkat, sedangkan untuk sang jantan berbunyi ki-wao.

Cara satwa ini mencari makan umumnya dengan mengais-ngais di serasah daun. Hebatnya, mereka tidak pilih-pilih untuk soal makanan. Semua makanan yang muat masuk ke paruhnya dan bisa dicerna akan mereka makan.

Kelopak bunga, pucuk daun, buah beri, kutu, dan rayap merupakan makanan favoritnya. Sama seperti teman satu marganya (genus), dikatakan merak jawa juga bisa berburu ular berbisa.[5]https://animalia.bio/green-peafowl

Masa Berkembang Biak Merak Jawa

Anak burung merak jawa (Peachick). | Foto: Blue Creek Aviaries
Anak burung merak jawa (Peachick). | Foto: Blue Creek Aviaries

Waktu berkembang biak satwa ini terjadi antara bulan Agustus sampai Oktober. Di rentang waktu tersebut, merak jawa akan membentuk sebuah lek, yaitu tempat di mana satwa jantan melakukan pertunjukan untuk memikat hati betina yang berkunjung.

Kemudian sang jantan akan membentangkan penutup ekornya hingga membentuk kipas, mondar-mandir sambil menggoyangkannya guna menghasilkan suara gemerincing yang akan menarik perhatian si betina.

Hal yang unik adalah para betina bisa menjadi sangat agresif untuk bersaing mendapatkan jantan dominan. Ketika mendapat pasangan, si betina akan berulang kali kawin untuk mencegah pasangannya kawin dengan betina lain.

Dalam sekali bertelur, merak jawa betina dapat menghasilkan sekitar dua sampai enam telur yang akan dierami selama 28 sampai 30 hari sebelum menetas.

Anak merak jawa memiliki sifat prekosial, mereka menetas dengan kondisi mata terbuka dan bisa meninggalkan sarang sesaat setelah menetas.

Umumnya, sang anak baru bisa terbang dua minggu setelah menetas. Namun, kebanyakan dari mereka tetap berada dalam kelompok keluarganya hingga musim kawin berikutnya.[6]https://sciencing.com/peacocks-mate-4565678.html

Keberadaannya Terancam Punah

Memiliki paras yang indah rupanya menjadi malapetaka bagi keberlangsungan hidup merak jawa. Bagaimana tidak, sejumlah kasus perburuan liar masih terus terjadi setiap tahunnya.

Sekitar 2008 silam, dilaporkan adanya perdagangan merak jawa ilegal di pasar hewan Pulau Jawa, yang dijual seharga Rp200.000 per ekornya.

Selain perburuan liar, hilangnya habitat asal akibat pembukaan lahan juga menjadi ancaman besar bagi kehidupan merak jawa.

Saat ini, jumlah individu dewasa merak jawa berkisar antara 10.000 sampai 19.999 ekor. Angka tersebut mengalami peningkatan dari data sebelumnya yang berada di antara 5.000 sampai 10.000 ekor.

Satwa ini pun masuk ke dalam daftar Apendiks II CITES dan berstatus terancam punah pada daftar merah IUCN.[7]https://www.iucnredlist.org/species/22679440/131749282#population

5 3 votes
Article Rating

Referensi[+]

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments