Menjarah
Menjarah
Menjarah
Edukasi

Punai Tak Boleh Punah! Kenali Dua Jenisnya yang Dilindungi

4686
×

Punai Tak Boleh Punah! Kenali Dua Jenisnya yang Dilindungi

Share this article
Punai Tak Boleh Punah! Kenali Dua Jenisnya yang Dilindungi
Punai timor. Status Punai timor saat ini terancam punah. Foto: ebird.org

Gardaanimalia.com – “Kulihat punai itu. Tubuhnya lebih besar dari punai biasa. Matanya hitam dan tajam. Paruhnya seperti mata panah. Bulunya hijau berkilat-kilat. Kakinya seperti kaki rajawali. Kuku-kukunya laksana besi. Ia gagah, menantang, dan tak takut. Burung itu memang berkarisma seorang raja.”

Itu adalah kutipan dari novel Padang Bulan karya Andrea Hirata yang menceritakan mengenai kehebatan merpati hijau (green pigeon) sebutan lain dari burung punai. Dalam klasifikasinya, burung punai masuk dalam famili columbidae dengan genus treron. Genus ini beranggotakan 31 spesies dari seluruh dunia dan tiga belas di antaranya hidup di Indonesia.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Secara umum, burung dari famili atau suku columbidae ini mempunyai bentuk tubuh yang padat gemuk, paruh pendek dan kuat, serta memakan buah-buahan dan biji (Necker, 2017). Mereka bersarang di atas tanah, pohon atau semak dengan sarang berbentuk punggung dari ranting-ranting pohon kering. Sarang itu mereka gunakan untuk meletakkan telurnya yang berwarna putih sebanyak satu hingga dua butir (Klappenbach, 2013).

Di Indonesia, punai adalah salah satu burung yang banyak diburu karena dianggap hama maupun untuk dikonsumsi (Sawitri et al., 2009). Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, dua jenis burung punai masuk ke dalam kategori dilindungi, yaitu punai timor (Treron psittaceus) dan punai sumba (Treron teysmannii).

1. Punai Timor (Treron psittaceus)

Punai timor memiliki panjang tubuh kira-kira 28-32 sentimeter. Tubuhnya berwarna hijau, namun bagian tenggorokan dan tunggir berwarna hijau kekuningan lebih terang. Bagi jantan, sayapnya berwarna kuning terang sedangkan bagi betina, berwarna putih kekuningan.

Burung yang juga dikenal dengan nama burung lenggus ini memiliki habitat di hutan primer dan sekunder yang tinggi, serta hutan dataran rendah monsun sekunder dengan ketinggiann 600 meter di atas permukaan air laut.

Punai timor tinggal berpindah-pindah mengikuti siklus hidup pohon ara sebagai salah satu sumber makanannya. Mereka suka mencari makan di tempat yang rimbun. Hal itu dilakukan untuk menghindari dari ancaman. Burung ini dapat dijumpai dalam kelompok kecil yang jumlahnya bisa terdiri dari dua puluh ekor.

Persebaran burung ini adalah di Pulau Timor dan pulau lain di sekitarnya, serta Timor Leste. Tiga lokasi yang masih menjadi kawasan pelestarian punai timor antara lain adalah Hutan Bipolo, Hutan Camplong, dan Cagar Alam Gunung Mutis.

Mirisnya, pada tahun 1989 di Bipolo, hanya ditemukan sebuah kelompok yang diperkirakan terdiri dari 60 ekor punai. Survei selama sembilan minggu yang kembali dilakukan di Timor Barat pada tahun 1993 mencatat, tidak ada satu pun punai timor yang ditemukan. Dalam situs IUCN, kini hanya terdapat kira-kira 660 hingga 2.000 ekor punai timor dewasa yang masih terdapat di alam.

Data IUCN juga menunjukkan, status burung ini adalah terancam. Tren populasinya juga terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya lahan hutan dataran rendah serta tingginya perburuan liar. Hutan monsun di Pulau Timor terus mengecil ukurannya akibat penenbangan hutan secara liar.

2. Punai Sumba (Treron teysmannii)

Punai Tak Boleh Punah! Kenali Dua Jenisnya yang Dilindungi
Punai sumba merupakan satwa endemik Sumba. Foto: ebird.org

Pulau Sumba memang terkenal sebagai salah satu kawasan dengan keragaman burung endemik tertinggi di Indonesia. Terhitung, setidaknya terdapat 215 jenis burung di pulau itu, salah satunya punai sumba. Punai sumba merupakan satwa endemik Sumba.

Punai sumba memiliki panjang tubuh sekitar 29 sentimeter dengan warna kuning yang cukup mencolok di bagian sayap. Pada jantan, punggung bawahnya merwarna merah seperti manggis, sedangkan pada betina punggungnya berwarna hijau dengan warna lebih pucat pada sayap.

Punai sumba menghuni hutan primer, hutan yang ditebang pilih, dan hutan sekunder dengan pohon-pohon tinggi, ketinggian habitatnya sekitar 800 meter di atas permukaan laut. Burung ini dapat ditemukan dengan mudah dalam bentuk individu tunggal, berpasangan, atau membentuk kelompok kecil. Suaranya terdengar seperti  “woop-woop” yang lembut, suara mendengus, dan nada bersiul.

Meskipun dianggap toleran terhadap degradasi habitat, diperkirakan ukuran populasinya kecil di pulau tempat satwa endemik ini tinggal. Oleh karena itu, dalam IUCN, burung ini mendapat status near threatened dengan tren populasi menurun terutama disebabkan oleh deforestasi.

Nah, tentu kita tidak mau ‘kan hanya mengenal burung ini dari kisah yang ada di novel saja? Yuk, jaga dan lestarikan satwa ini agar kita tetap bisa melihatnya di alam bebas!

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
FATWA: Orangutan juga merantau! | Ilustrasi: Hasbi Ilman
Edukasi

Gardaaniamlia.com – Garda Animalia mengeluarkan FATWA (Fakta Satwa) pertama. Sebuah seri fakta singkat di dunia persatwaliaran. Yuk, simak!…