Gardaanimalia.com – Empat individu primata jenis kukang bangka dilepasliarkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan di hutan Bangka Island Outdoor (BIO), Sungai Liat, Bangka pada Jumat (11/2).
Pelepasliaran satwa dilindungi itu dilakukan oleh pihak BKSDA Sumatera Selatan yang berkolaborasi dengan Alobi Foundation dan PT Timah Tbk.
Satwa dengan nama ilmiah Nyciticebus bancanus tersebut adalah hasil serahan warga yang kemudian dititiprawatkan oleh BKSDA Sumatera Selatan.
Sebelum dikembalikan ke habitatnya, terlebih dahulu kukang direhabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi yang terletak di Kampoeng Reklamasi Air Jangkang.
Ahmad Fadli Jundana, Kepala Resort Konservasi Eksitu Wilayah XVII Bangka mengatakan bahwa pelepasliaran merupakan bagian dari menjaga kelestarian primata.
“Salah satu cara bagaimana untuk melestarikan primata adalah membiarkannya hidup di alam, dengan begitu itu juga mendukung bagaimana kita menjaga kehidupan primata,” tuturnya dalam keterangan tertulis, Minggu (13/2).
Ia juga berharap kukang bangka yang dilepasliarkan di hutan BIO tersebut dapat hidup dan berkembang biak, sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga.
Perlu diketahui, sejak 2014 hingga saat ini, PPS Alobi telah melakukan pelepasliaran 7.280 lebih satwa dilindungi dan 61 individu primata kukang.
Menurut Langka Sani, Ketua Alobi Foundation, hutan BIO merupakan salah satu kawasan hutan yang memiliki pelestarian alam yang cukup baik.
“Kami memiliih BIO karena merasa BIO sangat baik untuk pelestarian alam, walaupun BIO merupakan kawasan kecil tetapi kawasan alamnya sangat terjaga. Apalagi sudah dikelola oleh PT Timah membuat penjagaan di BIO sangat baik,” ungkapnya, Jumat (11/2) dilansir dari Antara Babel.
Langka Sani juga mengatakan bahwa pelepasliaran kukang di kawasan hutan itu dapat menjaga kelestarian satwa dengan harapan kukang terhindar dari perburuan liar.
Senada dengan itu, Yennita, Direktur Sumber Daya Manusia PT Timah Tbk menyampaikan bahwa menjaga satwa liar sama halnya dengan menjaga keberlanjutan ekosistem sehingga bisa dinikmati generasi mendatang.
“Saya berharap semoga tidak ada lagi perburuan liar yang merusak pelestarian lingkungan karena kita harus melindungi satwa liar khususnya di Pulau Bangka, Indonesia dan dunia,” tutupnya.