Gardaanimalia.com – Paus berparuh atau beaked whales merupakan jenis paus dari famili Ziphiidae. Famili ini masih dalam penelitian lebih lanjut. Namun, sejauh ini diketahui terdapat enam genus dan 19 spesies serta merupakan famili terbesar kedua dalam ordo Cetacea setelah famili Delphinidae.
Jenis paus dari famili ini umumnya berukuran sedang dengan ukuran panjang 4-13 meter dan berat mencapai 11.500 kilogram. Paus ini memiliki paruh yang khas yaitu panjang dan sempit. Sedangkan, warna tubuhnya bervariasi mulai dari coklat seragam atau abu-abu hingga memiliki tanda putih yang kontras dengan sirip punggung yang relatif kecil dan terletak jauh di belakang tubuh. Ada pula sirip kecil yang masuk ke dalam lekukan di samping.
Hewan ini belum banyak dikenal karena kebiasaan yang dilakukan oleh paus berparuh tidak mencolok dan sulit untuk diidentifikasi. Diduga cumi-cumi adalah makanan utamanya. Paus dari famili ini merupakan hewan sosial yang hidup berkelompok dengan anggota yang terdiri dari 3-40 individu.
Di Indonesia terdapat empat jenis paus dari famili Ziphiidae yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018. Berikut adalah jenis paus berparuh yang dilindungi di Indonesia.
1. Paus Hidung Botol (Indopacetus pacificus)
Paus hidung botol termasuk dalam daftar Apendiks II CITES dan tergolong dalam Risiko Rendah (Least Concern) secara global menurut IUCN pada tahun 2020. Sebaran dan tren populasinya tidak banyak diketahui, namun diduga cukup umum di beberapa bagian daerah tropis dari Samudera Pasifik hingga Samudera Hindia bagian barat termasuk di perairan Indonesia.
Bycatch dan tangkapan secara sengaja menjadi ancaman terbesar yang dihadapi oleh paus ini. Walaupun pada spesies ini tangkapan secara sengaja bukan merupakan kegiatan utama, namun umum terjadi penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang di wilayah jangkauan paus ini. Selain itu, suara keras di bawah air (sonar aktif) dari militer pun ikut berkontribusi menjadi ancaman bagi paus ini. Ditambah lagi dengan polusi makroplastik dan mikroplastik di tersebar di lautan yang secara tidak sengaja tertelan oleh makhluk hidup di laut termasuk paus berparuh.
2. Paus Paruh Blainville (Mesoplodon densirostris)
Menurut IUCN, paus paruh blainville masuk dalam kategori Risiko Rendah atau Least Concern. Paus jenis ini juga masuk dalam daftar Apendiks II CITES. Hal ini dikarenakan spesies ini umum dan melimpah di beberapa daerah namun berpotensi rentan terhadap ancaman di beberapa bagian. Namun, hingga hari ini tidak diketahui secara pasti jumlah populasi yang ada.
Paus Paruh Blainville menghuni lautan beriklim tropis dan hangat yang terbuka seperti perairan Australia, Kanada, Hawaii termasuk perairan di Indonesia bagian timur yakni Maluku, Papua, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Timor. Sama semua jenis paus paruh lainnya, hewan laut ini hidup pada perairan dalam, namun juga dapat ditemukan di dekat pantai.
Baca juga: Trekking Dianggap Bahayakan Satwa Liar, Ini Penjelasannya!
Populasi hewan berwarna kecoklatan hingga kebiruan gelap ini belum diketahui secara pasti., Terdapat beberapa kasus yang menunjukkan bahwa paus ini memakan sampah plastik yang menghentikan saluran pencernaan dan menyebabkan kematian. Hewan ini tidak termasuk dalam sasaran utama untuk konsumsi tetapi kadang diambil untuk dijadikan hiasan. Selain itu, aktivitas suara keras di dalam air seperti sonar aktif juga merupakan salah satu ancaman bagi paus berparuh ini.
3. Paus Paruh Bergigi Ginkgo (Mesoplodon ginkgodens)
Meski masuk dalam daftar satwa dilindungi di Indonesia, ternyata IUCN memasukan paus paruh bergigi dalam kategori Kekurangan Data atau Data Deficient . Kategori Data Deficient pada spesies ini dikarenakan tidak ada informasi mengenai tren populasi dan penampakannya di lautan, sehingga paus ini bisa dikatakan langka dengan sebaran yang kecil atau jarang dengan sebaran yang luas.
Paus jenis ini diduga tersebar di perairan tropis dan hangat di Pasifik barat. Ada beberapa spesimen yang pernah terdampar di Jepang, Taiwan, Filipina, Selandia Baru, Australia, California Selatan dan Galapagos. Menurut tim Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan tahun 2013, di Indonesia paus tersebar di Pulau Sumatera dan Sulawesi. Namun, tidak ada sebaran yang pasti untuk spesies ini karena keterbatasan informasi dan data.
Paus Paruh Bergigi Ginkgo berwarna sangat gelap dengan kombinasi putih di sekitar pusar pada jantan dan warna yang lebih pucat di bagian perut betina. Panjang maksimal dari paus ini yaitu 5,3 meter. Meski data yang terkumpul tidak banyak, paus ini tidak luput dari ancaman bycatch, polusi makroplastik dan mikroplastik, serta suara keras seperti sonar aktif dari militer. Namun di Jepang dan Taiwan, hewan ini kadang-kadang diburu untuk dikonsumsi.
4. Paus Paruh Angsa (Ziphius cavirostris)
Paus dengan status Risiko Rendah atau Least Concern dalam daftar merah IUCN ini termasuk dalam Apendiks II CITES. Spesies ini merupakan satu-satunya paus yang memiliki jangkauan paling luas dibandingkan dengan semua spesies paruh. Sebaran habitatnya di lepas pantai di daerah tropis hingga kutub kecuali daerah dengan perairan dangkal dan daerah dengan garis lintang yang sangat tinggi.
Paus paruh angsa sering ditemukan di Laut Mediterania dan jarang ditemukan di Selatan Antartika. Menurut tim Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (KKJI) tahun 2013, di Indonesia hewan ini tersebar di Maluku, Papua, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Timor.
Dikarenakan sebarannya yang sangat luas dan kebiasaannya melakukan penyelaman yang panjang dan dalam (>1.000 meter), serta ukuran tubuh dan ukuran kelompok yang kecil maka tren populasi dan kelimpahannya sulit untuk ditentukan.
Individu betina dan remaja memiliki warna coklat-zaitun hingga gelap dan remaja sedangkan inddividu dewasa memiliki warna merah bata atau jingga dengan kepala berwarna putih mencolok. Panjang tubuhnya rata-rata 7 meter.
Sama seperti spesies paus paruh lainnya, ancaman utama yang dihadapi oleh paus paruh angsa adalah aktivitas manusia yang menyebabkan kebisingan seperti pariwisata dan terutama aktivitas sonar militer di dalam laut dan eksplorasi seismik. Polusi makroplastik dan mikroplastik, serta bycatch juga merupakan ancaman yang dihadapi oleh paus ini.