Dugong yang Tidur, Semoga Tidak Selamanya

Hasbi
3 min read
2025-03-10 12:14:55
Iklan
Ilustrasi dugong (Dugong dugon). | Foto: Roberto Sozzani/Greenpeace diunduh dari lautsehat.id

Gardaanimalia.com - Ekornya mengibas di lautan. Keberadaannya sering diasosiasikan menjadi dongeng atau cerita fiksi di kalangan anak-anak: tentang seekor putri bersirip di laut yang mencintai seorang pangeran di darat.

Kisah-kisah tersebut terinspirasi dari satu-satunya mamalia laut herbivora, yang dikenal masyarakat Melayu sebagai “duyung” yang artinya “perempuan laut”.

Duyung atau dugong (Dugong dugon) adalah mamalia laut dengan ukuran besar dengan warna cenderung abu-abu. Ia tergabung dalam Ordo Sirenia, dengan Famili Dugongidae.

Saat ini, dalam Famili Dugongidae hanya ada Dugong dugon saja. Padahal di abad 18, ia masih memiliki kerabat dekat, yakni sapi laut steller atau Hydrodamalis gigas. Namun, sayangnya ia sudah punah.

Dugong memiliki fisik yang bentuknya mirip seperti ikan yang tambun, tanpa sirip punggung, dilengkapi ekor yang pipih dan horizontal, seperti paus dan lumba-lumba.

Panjang individu dewasa biasanya mencapai 3 meter dengan berat kurang lebih 420 kilogram, dengan catatan dugong betina biasanya lebih besar daripada jantan.

Mamalia laut ini memiliki sepasang sirip tebal dan bertulang seperti lengan. Ia berfungsi sebagai dayung penyeimbang ketika berenang. Bila dugong sedang makan, sirip tebalnya dapat menopang tubuhnya untuk merayap.

Lubang hidungnya terdapat di bagian atas kepala dan memiliki katup yang dapat menutup penuh ketika dugong menyelam. Apabila naik ke permukaan untuk menarik napas, dugong dapat menyelam selama 3,5 sampai 8 menit untuk selanjutnya kembali mengambil oksigen.

Ia biasa ditemukan di ekosistem iklim tropis dan subtropis yang dipenuhi padang lamun. Betapa tidak, satwa yang sering disebut sapi laut ini amat menyukai lamun.

Di Indonesia, dugong menyukai lamun dari genus Halodule dan Halophila. Kedua lamun ini memiliki kadar nitrogen tinggi dan rendah serat.

Dalam sehari, ia mampu menghabiskan lamun sebanyak 25 hingga 30 kilogram. Maka dari itu, padang lamun sangat penting bagi dugong.

Sehari-hari, dugong bergerak untuk mencari lamun di perairan dangkal. Hewan ini juga sering bermigrasi ketika terjadi perubahan curah hujan.

Selain bersosialisasi dengan dugong lainnya, ia juga memiliki kebiasaan untuk muncul ke permukaan air (surfacing), menggelinding (rolling) dan beristirahat (resting). 

Bagaimana Dugong Tidur?

Setiap makhluk hidup pasti membutuhkan fase istirahat dalam aktivitas sehari-harinya. Begitu pula dengan dugong.

Menurut Edukator Tamang Dugong Indonesia, Juraij, pada dasarnya dugong memiliki fase resting untuk beristirahat dan mencakup dalam tiga kondisi. Pertama, ia bisa tidur di permukaan air, kedua di kolong perairan dan ketiga di dasar perairan.

Namun, tiga kondisi resting tersebut tetap harus berada di dalam air agar tubuhnya tetap lembab.

“Mengapa harus tetap di air? Karena mereka harus menjaga kelembaban tubuhnya. Dugong sering ditemukan di dekat permukaan air. Jadi, dia menambatkan badannya di batu, dan menyelupkan badannya secara full,” kata Juraij kepada Garda Animalia.

Ia menjelaskan bahwa ketika dugong tertidur dan membutuhkan oksigen, ia akan bergerak ke permukaan, bernafas menggunakan paru-parunya kembali dan menghirup napas melalui hidung.

Sebab, dugong tidak seperti ikan yang mampu memanfaatkan oksigen terlarut di dalam air yang kemudian diserap melalui tubuh.

“Dugong berbeda dengan ikan. Ia tetap harus menggunakan paru-paru untuk bernafas, sehingga harus mengambil oksigen lepas yang ada di permukaan,” jelasnya.

Karena aktivitas utama dugong adalah makan, berkeliling dan beristirahat, maka pergerakan dugong pada dasarnya itu-itu saja.

Keunikan dugong menurut Juraij adalah kemampuan dia menahan nafas, kemudian ia memiliki katup hidung yang tertutup rapat dan dibuka ketika ia mengambil oksigen.

Kemudian ia memiliki insting untuk menghindari bahaya atau dekat dengan makanan ketika ia mencari tempat tidur.

“Dalam menghindari bahaya saat tidur, biasanya dugong punya sensitivitas untuk memilih tempat-tempat yang prefer untuk mereka beristirahat. Ini insting yang mereka miliki untuk memilih lokasi yang jauh dari bahaya dan dekat dengan makanan,” kata dia.

Menurut Juraij, kegiatan resting tersebut dapat dimanfaatkan dugong untuk memperbaiki dan meregenerasi metabolisme dalam tubuhnya untuk kemudian beraktivitas kembali.

Rentan di Alam Liar

Dugong di Indonesia dapat ditemukan di wilayah Indonesia dengan padang lamun seperti Jawa bagian timur, Bali, sebagian Kalimantan, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, hingga Papua Barat. 

Sebagai satwa dilindungi menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018, kondisinya kini rentan di alam liar. Menurut IUCN Red List, status konservasinya vulnerable atau rentan.

Tak jarang kita temukan berita-berita tentang mamalia laut yang terdampar ini. Terbaru, seekor dugong ditemukan mati terdampar di Pantai Panmuti, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur pada (27/2) silam.

Dugong berukuran 1,5 meter tersebut mati dalam keadaan membusuk, dengan identifikasi visual tubuh dugong yang terdapat beberapa luka, seperti luka sayatan, tusuk memanjang di dada, dan luka tusuk di perut bawah sebanyak dua titik.

Kejadian ini merupakan kasus kedua di bulan Februari, sebelumnya seekor dugong juga sempat ditemukan terdampar pada (8/2/2025) di lokasi yang sama.

“Jika melihat bentuk luka tersebut, dugaan awal kemungkinan dugong mati karena terjerat jaring nelayan atau ditusuk secara sengaja,” jelas Kepala BKKPN Kupang Imam Fauzi melansir rilis KKP.

Badan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Bali mencatat setidaknya pada 2024 ada sekitar 115 mamalia laut yang mati termasuk dugong di perairan Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Dari 115 mamalia laut tersebut, ditemukan 1 kasus kematian dugong terdampar di Nusa Tenggara Timur dan 1 kasus di Bali.

Proses reproduksi dugong pun dapat dikatakan rumit dan lambat. Dugong betina hanya mampu melahirkan satu ekor bayi dugong dalam satu kali proses reproduksi. Bayi dugong ini lantas akan disusui oleh ibunya selama 1 sampai 2 tahun.

Sedangkan jarak proses reproduksi seekor dugong betina mempunyai rentang sekira 2,5 hingga 7 tahun. Maka dari itu, populasi dugong menjadi faktor yang perlu diperhatikan agar satwa ini tidak punah di alam.

Menurut Founder Tamang Dugong Indonesia Mikaela Clarissa, selain faktor reproduksi yang cukup lama, kondisi habitat dugong yang berkurang juga menjadi penghambat populasinya.

Diperkirakan kondisi dari 1.507 kilometer persegi luas padang lamun yang ada di Indonesia, hanya 5 persen padang lamun yang tergolong sehat, sedangkan 80 persen kurang sehat dan 15 persen tidak sehat.

“Faktor manusia pun memberikan kontribusi besar terhadap ancaman kepunahan dugong. Seperti terjaring, terperangkap pada alat nelayan, atau tertabrak kapal nelayan juga wisata,” jelas Clarissa melansir Mongabay.

Selain itu, perdagangan ilegal satwa liar menjadi hantu menakutkan bagi kelestarian dugong, di mana ia ditangkap untuk mengambil daging, tubuh, taring dan air matanya yang dianggap magis.

“Masih banyak yang menganggap bahwa dugong itu menangis dan air matanya berkhasiat. Itu salah besar dan hanya mitos,” tegas Clarissa.

Tags :
dugong Dugong dugon mamalia laut dugong tidur
Writer: Hasbi
Pos Terbaru
Bayi Gajah yang Tersesat di Kebun Sawit Dievakuasi ke PLG Minas
Bayi Gajah yang Tersesat di Kebun Sawit Dievakuasi ke PLG Minas
Berita
11/03/25
Seekor Beruang Madu Terluka Akibat Jerat di Kawasan Konservasi Riau
Seekor Beruang Madu Terluka Akibat Jerat di Kawasan Konservasi Riau
Berita
11/03/25
Kekerasan terhadap Lumba-Lumba di Muna dan Pentingnya Edukasi Masyarakat Terkait Satwa Dilindungi
Kekerasan terhadap Lumba-Lumba di Muna dan Pentingnya Edukasi Masyarakat Terkait Satwa Dilindungi
Berita
11/03/25
Dugong yang Tidur, Semoga Tidak Selamanya
Dugong yang Tidur, Semoga Tidak Selamanya
Edukasi
10/03/25
Sebanyak 243 Reptil Diselundupkan, 40 Persen di Antaranya Mati
Sebanyak 243 Reptil Diselundupkan, 40 Persen di Antaranya Mati
Berita
10/03/25
Kasus Berlanjut, Sekarung Sisik Trenggiling Diserahkan ke Kejati Sumut
Kasus Berlanjut, Sekarung Sisik Trenggiling Diserahkan ke Kejati Sumut
Berita
10/03/25
Berkelana dengan Lensa ala Regina Safri
Berkelana dengan Lensa ala Regina Safri
Liputan Khusus
08/03/25
Burung-Burung Migran di Pantai Sasa dan Masa Depan Mereka
Burung-Burung Migran di Pantai Sasa dan Masa Depan Mereka
Liputan Khusus
07/03/25
Terisolir di Kebun Sawit, Orangutan Sumatera Dievakuasi ke Hutan Lindung
Terisolir di Kebun Sawit, Orangutan Sumatera Dievakuasi ke Hutan Lindung
Berita
06/03/25
Bermula dari Berita Viral, Enam Warga Ditangkap karena Bunuh Harimau Sumatera
Bermula dari Berita Viral, Enam Warga Ditangkap karena Bunuh Harimau Sumatera
Berita
06/03/25
Pentingnya Satwa Liar bagi Orang Ternate
Pentingnya Satwa Liar bagi Orang Ternate
Opini
05/03/25
Biawak Dilindungi dalam Botol Mineral Disita Petugas di Ternate
Biawak Dilindungi dalam Botol Mineral Disita Petugas di Ternate
Berita
05/03/25
Dibawa dari Padang, Seekor Kucing Hutan Diamankan di Bakauheni
Dibawa dari Padang, Seekor Kucing Hutan Diamankan di Bakauheni
Berita
05/03/25
TNI AL Gagalkan Upaya Penyelundupan Satwa Liar di Selat Malaka
TNI AL Gagalkan Upaya Penyelundupan Satwa Liar di Selat Malaka
Berita
05/03/25
Balai Karantina Gagalkan Penyelundupan Belasan Cica Daun dari Kalimantan
Balai Karantina Gagalkan Penyelundupan Belasan Cica Daun dari Kalimantan
Berita
04/03/25
Siamang dan Bekantan Ditemukan di Rumah Warga di Tanjungbalai Sumut
Siamang dan Bekantan Ditemukan di Rumah Warga di Tanjungbalai Sumut
Berita
04/03/25
Seekor Kukang Sumatera Dilepasliarkan setelah Setahun Dipelihara Warga
Seekor Kukang Sumatera Dilepasliarkan setelah Setahun Dipelihara Warga
Berita
03/03/25
Dua Tersangka Perdagangan Satli di Sulut Terancam Pidana Maksimal 15 Tahun
Dua Tersangka Perdagangan Satli di Sulut Terancam Pidana Maksimal 15 Tahun
Berita
27/02/25
BKSDA Kalteng Selamatkan Dua Orangutan dalam Dua Hari
BKSDA Kalteng Selamatkan Dua Orangutan dalam Dua Hari
Berita
26/02/25
Ribuan Kupu-Kupu Awetan yang Hendak Diseludupkan ke Cina Akhirnya Dimusnahkan
Ribuan Kupu-Kupu Awetan yang Hendak Diseludupkan ke Cina Akhirnya Dimusnahkan
Berita
26/02/25