Buaya muara, Predator Perairan Tertinggi dan Reptil Terbesar di Dunia

Gardaanimalia.com - Buaya muara (Crocodylus porosus) banyak ditemukan di perairan wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera sampai ke Papua. Buaya ini hidup di kawasan estuari, muara, kawasan mangrove, rawa-rawa juga sungai.
Buaya ini memiliki toleransi tinggi terhadap salinitas (kandungan garam) dalam air, sehingga tak jarang buaya ini ditemukan jauh dari daratan. Maka dari itu, buaya ini juga disebut buaya air garam (saltwater crocodile), karena kemampuannya untuk hidup di habitat air asin.
Buaya berperan penting dalam suatu ekosistem perairan sungai, karena sifatnya yang merupakan karnivor (pemakan daging). Dengan ukurannya yang dapat mencapai 6 - 7 meter saat dewasa, buaya menjadi predator tingkat tertinggi dalam rantai makanan ekosistem sungai. Buaya muara juga merupakan reptil terbesar didunia saat ini.
Ekosistem perairan menyediakan makanan bagi buaya untuk bertahan hidup. Saat muda, buaya memakan mangsa berukuran kecil seperti serangga, amfibi, ikan kecil, reptil dan udang. Sementara saat dewasa, buaya memakan mangsa besar seperti ikan, monyet, rusa, kerbau, kepiting, babi hingga ular
Dalam habitatnya, buaya cukup toleransi terhadap keberadaan buaya dan makhluk lainnya. Mereka biasanya berbagi wilayah teritorial untuk hidup berdampingan. Tetapi saat musim kawin, buaya akan membentuk sarang dalam teritorinya. Saat masa ini, buaya muara cenderung buas pada setiap makhluk hidup yang mendekat.
Buaya jenis ini merupakan salah satu reptil yang banyak diperjualbelikan di pasar ilegal satwa. Padahal satwa ini merupakan satu diantara satwa yang dilindungi dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.92 tahun 2018.
Memiliki buaya sebagai binatang peliharaan bukan pilihan yang tepat, terutama karena buaya memiliki sifat yang buas. Di tahun 2018 saja, sudah banyak korban jiwa dari kebuasan buaya peliharaan. Selain sifatnya yang buas, buaya juga memiliki ukuran yang besar dan waktu hidup yang cukup lama, yaitu sekitar 40 tahun.
Pada tahun 2018 tercatat setidaknya ada 3 kejadian dimana manusia tewas diterkam oleh buaya peliharaan. Kejadian paling ramai terjadi di Sorong, Papua, ketika seorang warga diterkam buaya penangkaran saat sedang mencari rumput sehingga mendorong warga balas membunuh 292 ekor buaya lainnya.
Terancamnya buaya muara di Indonesia
Buaya muara banyak dimanfaatkan masyarakat di Indonesia sejak dahulu. Di berbagai daerah buaya dibunuh untuk dikonsumsi, dan untuk diambil kulitnya. Masyarakat pedalaman Sumatera, Kalimantan, dan Papua menangkap buaya di alam untuk dijual kulitnya kepada para pengumpul kulit buaya di perkotaan karena memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.
Dalam tiga dekade terakhir, Indonesia telah menjadi eksportir terbesar kulit buaya muara ke beberapa negara konsumen seperti Singapura, Perancis, Hongkong dan Jepang. Selain dijual untuk kulitnya, sebagian masyarakat juga menjual anakan buaya untuk dijadikan sebagai peliharaan.
Perburuan buaya besar-besaran mengancam kehidupan buaya muara di alam. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK) mengeluarkan peraturan yang melarang perburuan buaya liar serta mengharuskan dibuatnya penangkaran buaya (Crocodile farming) untuk pemanfaatan buaya muara secara legal.
Tetapi pada prakteknya, tetap saja perdagangan ilegal buaya muara di pasar gelap berjalan selama kurangnya pengawasan dari pemerintah. Masih banyak penjualan buaya muara sebagai peliharaan, untuk diambil kulitnya ataupun untuk konsumsi masyarakat.
Selain perburuan buaya, konversi habitat buaya menjadi lahan pembangunan juga mengancam kehidupan buaya. Saat ini daerah sungai, muara dan kawasan mangrove sudah banyak dirombak untuk kepentingan manusia. Semakin kecilnya habitat buaya juga menyebabkan semakin seringnya konflik antara manusia dan buaya.
Sifat buaya yang buas tak pernah damai dengan kehidupan manusia menambah daftar faktor penyebab terancamnya buaya di alam.

Jejak Buaya Muara Pulau Bacan: Didagangkan Hidup-Hidup ke Negeri Singa
14/04/25
BKSDA akan Lepas Liarkan Buaya yang Dititipkan di Cimory
21/02/25
Diduga Terkam Warga, Buaya 5 Meter Ditangkap di Banten
24/10/24
Dikira Biawak, Warga Klaten Temukan Buaya saat Setrum Ikan
14/10/24
Ditangkap Warga, Buaya 4 Meter Diamankan di Kantor Polisi
13/10/24
Muncul di Sungai, Buaya di Sungai Wailela Ditembak Aparat
13/10/24
Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres

Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar

Seri Macan Tutul Jawa: Agung Ganthar Kusumanto, Macan Tutul itu Keren!
![[Infografis] Hiu Tutul dan Kemunculannya di Jawa Timur](https://gardaanimalia.cloudapp.web.id/uploads/1744790117_ebae26a40ee2dbd50796.jpg)
[Infografis] Hiu Tutul dan Kemunculannya di Jawa Timur

Uji Lab Buktikan Keaslian Cula Badak asal Tiongkok yang Disita di Manado

Seri Macan Tutul Jawa: Mengamati Macan Tutul dari Prau sampai Sanggabuana

Hendak Jual Cula Badak dan "Kerupuk Udang", Empat Tersangka Diringkus Polisi

Orangutan Terpotret di Jendela Rumah di Thailand, Polisi Rencanakan Investigasi

Jejak Buaya Muara Pulau Bacan: Didagangkan Hidup-Hidup ke Negeri Singa

Puluhan Anak Penyu Belimbing Dilepas di Pantai Along, Aceh

FATWA: Evolusi Ubur-Ubur di Danau Kakaban

Gajah Mati di Sawah Warga, Kabel Listrik Ditemukan di Sekitar Lokasi

Berkarya dengan Visi: Merekam Kekerasan di Balik Topeng

FATWA: Taring Babirusa dapat Membunuh Dirinya Sendiri!

Bangkai Gajah Ditemukan di Perbatasan Kebun Sawit dan TN Gunung Leuser

Tiga Opsetan Tanduk Rusa Diamankan saat Arus Balik Mudik

Seorang Pria Paruh Baya Ditangkap setelah Ketahuan Berdagang Penyu

Macan Dahan yang Masuk Gudang di OKU sudah Dievakuasi
![Berpacu dengan Kepunahan [3]](https://gardaanimalia.cloudapp.web.id/uploads/1742879417_fd2dc5f16700a5b9fff5.jpg)
Berpacu dengan Kepunahan [3]
![Ambulans untuk Harimau Sumatera [2]](https://gardaanimalia.cloudapp.web.id/uploads/1742875241_b9bd802809c6c35df99a.jpg)
Ambulans untuk Harimau Sumatera [2]
