Gardaanimalia.com - Seekor kukang jawa (Nycticebus javanicus) yang ditemukan berada di halaman rumah warga Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat berhasil dievakuasi petugas UPT Pemadam Kebakaran (Damkar).
Evakuasi dilakukan setelah warga asal Desa Sampora, Kecamatan Cilimus menemukan satwa dilindungi tersebut di atas pohon jambu.
Kepala UPT Damkar Kuningan Andri Arga Kusumah mengatakan, warga yang awalnya mencoba menangkap kukang justru mendapat gigitan dari primata itu.
Karena tak ada lagi yang berani menangkap, pelapor mengontak damkar untuk meminta bantuan evakuasi.
Empat anggota damkar pun sampai ke lokasi menggunakan satu kendaraan dinas.
“Evakuasi dilakukan dalam waktu 10 menit,” kata Andri melalui Inews Kuningan pada Minggu (23/2/2025).
Andri mengatakan tidak ada kendala dalam proses evakuasi tersebut. Namun, ia mengimbau agar masyarakat segera melapor ke pihak berwenang jika menemukan satwa dilindungi seperti kukang, sehingga dapat dievakuasi dengan cara yang aman.
Kukang adalah Primata Berbisa
Menanggapi gigitan kukang yang dialami warga dalam insiden tersebut, Dokter Hewan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Indri Saptorini mengatakan, kukang memiliki gigi yang tajam dan sudah lengkap sejak dia lahir. Selain untuk makan, gigi tersebut digunakan sebagai alat perlindungan diri.
Gigitan kukang tentu dapat menimbulkan luka terbuka. Luka dapat diperparah lantaran kukang yang memiliki kelenjar "bisa" yang ada di lengan atas. Bisa ini biasanya mereka jilat dan diselipkan ke gigi.
“Jika manusia tergigit, yang paling ringan akan menimbulkan luka. Namun, bisa juga bengkak di area tergigit, demam, dan yang paling parah reaksi alergi anafilaksis seperti sesak nafas,” jelasnya saat dihubungi Garda Animalia, Senin (24/2/2025).
Gigitan kukang bukanlah “racun” melainkan “bisa”. Pada dasarnya, racun akan menimbulkan efek jika masuk ke tubuh manusia melalui oral. Namun, bisa akan menimbulkan efek jika masuk ke tubuh manusia melalui aliran darah.
Karena kukang, tutur Indri, memiliki kelenjar “bisa” dan termasuk satu-satunya “venomous primate” di dunia.
“Selama ini komplikasi yang ditimbulkan dari kukang disebabkan gigitannya. Ia menimbulkan luka dan menjadi jalan untuk “bisa” ini masuk. Namun, belum ada penelitian apakah jika manusia akan menerima efek yang sama ketika “bisa” ini masuk melalui mulut atau oral,” jelasnya.
Indri menjelaskan, pertolongan pertama jika seseorang yang tergigit kukang adalah mencuci luka tersebut dengan air mengalir.
Kemudian, dengan segera pergi ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan sesuai gejala yang timbul.
Jika menemui Nycticebus javanicus di permukiman, Indri menyarankan masyarakat cukup menghalaunya agar kembali ke kebun atau habitatnya.
“Apabila tetap tidak mau pindah, bisa hubungi pihak yang berwenang seperti BKSDA,” kata dia.