Bayi Gajah yang Tersesat di Kebun Sawit Dievakuasi ke PLG Minas

Awsita
3 min read
2025-03-11 10:06:42
Iklan
Bayi gajah yang dievakuasi dari kebun sawit oleh tim BBKSDA Riau. | Foto: BBKSDA Riau

Gardaanimalia.com - Seekor anak gajah sumatra berusia dua bulan dievakuasi karena tersesat di kebun sawit warga Desa Gunung Sari, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, Riau pada Senin (10/3/2025).

Informasi terkait keberadaan mamalia bergading tersebut diterima oleh masyarakat sehari sebelumnya, Minggu (9/3/2025). 

"Anak satwa gajah sumatra ditinggalkan oleh induknya yang terus bergerak menjauh bersama dengan kelompok gajah lainnya," terang Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, Genman Suhefti Hasibuan, melalui rilis pada Selasa (11/3/2025).

BKSDA turun tangan untuk menyelamatkan dan mengevakuasi satwa liar tersebut ke Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas.

Keputusan ini diambil oleh tim agar kesehatan satwa dapat dipantau secara intensif karena usia yang masih muda membuatnya sangat berisiko terserang penyakit.

Selain itu, kata Genman, kehadiran anak gajah yang terpisah dari kelompoknya berpotensi memunculkan konflik dengan masyarakat atau satwa liar lainnya. 

Berdasarkan hasil pemeriksaan, satwa dalam kondisi sehat dan belum bisa mengonsumsi makanan, kecuali susu.

Bayi gajah berjenis kelamin jantan tersebut akan dirawat di PLG Minas dan tim unit penyelamat terus berupaya untuk mencari induk dan kelompok satwa ini.

Harapannya, satwa endemik Sumatra itu dapat dilepasliarkan dan bergabung dengan kelompoknya kembali di habitat alaminya. 

Menurut Larisha et al. (2016) Gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) merupakan hewan yang memiliki ikatan keluarga terkuat dan hidup berkelompok, sistem sosial matriarki, dan bisa merawat anaknya sampai usia enam bulan pertama setelah melahirkan.

Anak gajah yang masih berusia dua bulan dalam peristiwa di atas seharusnya masih diasuh dan diajarkan banyak hal oleh kelompoknya.

Sejalan dengan pendapat Larisha et al. (2016) yang menyatakan bahwa pengasuhan induk berpengaruh terhadap karakter anak gajah saat dewasa.

Pendapat ini didukung Chelluri (2009) bahwa anak gajah yang kekurangan pengasuhan induk dapat memiliki sifat agonistik terhadap gajah lain.

Menurut Winarno dan Harianto dalam buku Perilaku Satwa (Ethology) (2018), gajah sumatra memerlukan makanan sampai 230 kilogram dan air 160 liter karena memiliki sistem pencernaan yang buruk (bisa membuang feses setiap satu jam sekali), gajah jantan memiliki masa musth (produksi hormon testosteron) sekitar umur 12-15 bulan, dan memiliki perilaku khas, yakni sering mengunjungi saltlicks (tempat menggaram) untuk mencari garam mineral.

Tags :
gajah sumatra Elephas maximus sumatranus sawit PLG Minas BBKSDA Riau
Writer: Awsita