FOTO: Perbedaan Orangutan Tapanuli dan Orangutan Sumatera

Gardaanimalia.com - Sekilas tampak sama, tetapi ada perbedaan mencolok jika diamati lebih dekat.
Inilah mengapa orangutan tapanuli dibedakan dari dua jenis orangutan lainnya di Indonesia, yakni orangutan kalimantan dan orangutan sumatera.
Perbedaan ini bahkan sudah terjadi secara genetika sejak jutaan tahun yang lalu. Dalam buku terbitan YEL/SOCP (Yayasan Ekosistem Lestari/Sumateran Orangutan Conservation Program) menyebutkan, pemisahan genetika orangutan tapanuli dari orangutan sumatera terjadi sekitar 3,38 juta tahun silam, sedangkan pemisahan dari orangutan kalimantan terjadi sekitar 670 ribu tahun yang lalu.
Melalui kemajuan teknologi di bidang genetika dan penelitian mendalam, baik secara morfologi, ekologi, serta perilaku orangutan, diketahui orangutan tapanuli memiliki perbedaan ciri-ciri dengan orangutan sumatera.
Oleh karena itu, nama latin mereka pun dibedakan. Orangutan tapanuli dinyatakan sebagai spesies baru pada Noveber 2017 dengan nama latin Pongo tapanuliensis, orangutan sumatera dengan sebutan Pongo abelii, dan orangutan kalimantan dengan nama Pongo pygmaeus.
Dibandingkan orangutan lainnya, populasi Pongo tapanuliensis sangatlah kecil. Berdasarkan riset terakhir, hanya tersisa sekitar 800 individu di habitatnya.
Merujuk situs International Union for Conservation of Nature (IUCN), satwa yang sebagian besar habitatnya berada di atas 850 meter ini telah masuk daftar merah dengan keterangan sangat terancam punah (critically endangered).
Usia hidupnya ditaksir mencapai umur 50-60 tahun. Orangutan tapanuli betina baru punya anak pertama di usia 15 tahun, dan jarak melahirkan antaranak sekitar 8 atau 9 tahun.
Perlu diketahui, orangutan sumatera tersebar di Aceh dan Sumatra Utara. Sementara, orangutan tapanuli hanya ditemukan di Ekosistem Batang Toru yang terletak di tiga kabupaten, yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.
Meski sama-sama berada di Pulau Sumatra, secara fisik orangutan tapanuli dan orangutan sumatera memiliki perbedaan.
Berikut ulasan mengenai potret perbedaan antara orangutan tapanuli dan orangutan sumatera, dikutip dari buku Membingkai Satwa Primata Indonesia dalam Tiga Pilar: Biologi, Konservasi, Biomedis yang ditulis oleh Wanda Kuswanda dan Tri Atmoko.
Perbedaan Tengkorak dan Tulang Rahang
Perbedaan wajah orangutan tapanuli (kiri) dan orangutan sumatera (kanan). | Foto: Arifin Al Alamudi
Wanda Kuswanda membeberkan, orangutan tapanuli memiliki tengkorak dan tulang rahang yang lebih halus dibandingkan orangutan sumatera.
Akan tetapi, rambut orangutan sumatera cenderung lebih tebal dari kerabatnya di Tapanuli.
Kepala Orangutan Tapanuli Lebih Kecil dan Bobot Lebih Ringan
Perbedaan warna rambut orangutan tapanuli (kiri) dan orangutan sumatera (kanan). | Foto: Arifin Al Alamudi
Orangutan tapanuli memiliki ukuran tubuh dan warna rambut yang menyerupai orangutan sumatera. Namun, mereka memiliki rambut kusam, kepala lebih kecil, wajah datar dan bobot lebih kecil.
Orangutan sumatra jantan memiliki bobot maksimal rata-rata 90 kilogram, sedangkan orangutan tapanuli jantan rata-rata hanya 80 kilogram.
Orangutan Tapanuli Memiliki Kumis dan Jenggot yang Menonjol
Potret orangutan tapanuli (kiri) dan orangutan sumatra sumatra (kanan). | Foto: Arifin Al Alamudi
Rambut orangutan tapanuli lebih tebal dan keriting. Serta, individu jantannya memiliki kumis dan jenggot yang menonjol dengan bantalan pipi berbentuk datar yang dipenuhi oleh rambut halus berwarna pirang.
Long Call Individu Jantan yang Berbeda
Potret orangutan tapanuli (kiri) dan orangutan sumatra sumatra (kanan). | Foto: Arifin Al Alamudi
Orangutan tapanuli jantan memiliki panggilan jarak jauh (long call) yang berbeda dengan panggilan orangutan sumatera jantan.
Rata-rata jarak jelajah harian orangutan di Batang Toru berkisar antara 760,7–1.089,3 meter per hari, dengan jarak jelajah harian orangutan betina yang lebih besar.
Wilayah jelajah (homerange) orangutan sangat bervariasi bergantung pada kondisi habitat, struktur umur, status sosial dalam komunitas lokal, serta gangguan manusia terhadap habitatnya yang dapat mencapai 2 sampai 3 kilometer persegi dan saling tumpang tindih.
Orangutan Tapanuli Sangat Suka Durian
Potret orangutan tapanuli (kiri) dan orangutan sumatra sumatra (kanan). | Foto: Arifin Al Alamudi
Orangutan tapanuli ternyata juga memakan jenis tumbuhan yang selama ini belum pernah tercatat sebagai sumber makanan bagi dua sepesies orangutan lain, di antaranya seperti biji aturmangan (Casuarinaceae), buah sampinur tali/bunga (Podocarpaceae), dan agatis (Araucariaceae).
Menurut Wanda Kuswanda, proporsi jenis pakan antara daun dan buah juga lebih berimbang. Termasuk durasi waktu untuk mencari makan dan beristirahat juga lebih berimbang.
Hal ini sebagai bentuk adaptasi karena orangutan tapanuli lebih banyak menempati habitat tersisa di hutan dataran tinggi.
Menariknya, orangutan tapanuli sangat menyukai durian. Bukan hanya buah yang sudah matang, melainkan juga buah yang masih mentah.
Pada pohon durian yang sudah dikunjungi orangutan, sebanyak 80 sampai 90 persen dari buah yang ada akan habis, baik habis dimakan maupun yang jatuh karena dahannya patah.
Demikian juga pohon aren yang sudah didatangi orangutan, maka buah mudanya akan habis, tangkai buah menjadi rusak dan tidak bisa disadap untuk diambil niranya.
Nah, itulah lima perbedaan orangutan tapanuli dengan orangutan sumatera.
Sedikit kilas balik, penemuan orangutan tapanuli diawali dari penelitian populasi orangutan sumatra, sebagai hasil kerja sama antara KLHK, LIPI, IPB, Universitas Nasional, serta Yayasan Ekosistem Lestari-Program Konservasi Orangutan Sumatra (YEL-SOCP), yang telah berlangsung sejak 1997.
Sebelumnya, orangutan di hutan Tapanuli dianggap sebagai populasi orangutan paling selatan dari orangutan sumatra, yaitu termasuk spesies Pongo abelii.
Merujuk sumber sumatranorangutan.org, perbedaan genetika adalah alasan pertama untuk menjadikan orangutan tapanuli sebagai spesies yang berbeda dengan spesies Pongo abelii.
Beberapa ahli memperkirakan, sejarah geologis Danau Toba yang terbentuk dari beberapa letusan gunung api sekitar 1,2 juta tahun lampau telah menyebabkan terjadinya proses pemisahan populasi orangutan sumatera.
Bukan saja pada akhirnya menimbulkan perbedaan genetik di antara mereka, tetapi juga morfologi dan perilakunya.
Menariknya, hasil penelitian Alexander Nater dkk (2011) menunjukkan adanya bukti bahwa secara genetik spesies orangutan tapanuli justru lebih dekat dengan spesies orangutan kalimantan.
Artikel ini pertama kali terbit di IDN Times berkat beasiswa Bela Satwa Project yang diberikan oleh Garda Animalia dalam ajang Wildlife Journalism Competition 2024.

FOTO: Perbedaan Orangutan Tapanuli dan Orangutan Sumatera
19/03/25
Menyoal Perlindungan Orangutan Tapanuli, Diskusi Alami Intimidasi
11/03/23
PLTA Batang Toru Diduga Membahayakan Orangutan Tapanuli
23/02/23
Anak Orangutan Tapanuli Tersesat di Kebun Durian
29/09/22
Menutup Bulan Orangutan
31/08/22
Jalan-Jalan ke Sekolah Orangutan di Arboretum Nyaru Menteng
03/02/22
Gakkum Beroperasi, Puluhan Tengkorak Satwa Liar jadi Barang Bukti

FOTO: Perbedaan Orangutan Tapanuli dan Orangutan Sumatera

Labi-labi Ditemukan di Pulau Bawean, BKSDA: Penting untuk Terus Dijaga

Sebanyak 5 Penyu Diamankan dari Penyelundupan, 1 dalam Kondisi Stres

FATWA: Satwa yang 'Bangkit dari Kepunahan'

BKSDA Turun Tangan Pantau Harimau yang Melintasi Kebun

Lima Peniaga Kulit dan Tulang Harimau Diciduk Polisi

Bangkai Paus Terdampar di Simeulue, Evakuasi Terkendala Kondisi Pantai

Amankan Monyet Peliharaan, BKSDA Jelaskan Bahaya Domestikasi Satwa Liar

Tangis Macaca di Yogyakarta: Konflik dengan Petani Gunungkidul dan Perusahaan yang Terindikasi Ilegal

Berang-Berang Bukan Peliharaan! Kenali 4 Jenis yang Hidup di Indonesia

Tangis Macaca di Yogyakarta: Ditangkap Paksa dari Hutan untuk Ekspor (Bagian 1)

Menjelang Tengah Malam, si Manis yang Melintasi Jalan Berhasil Dievakuasi

FLIGHT: Penyelundupan Burung Kicau sudah Seperti Minum Obat, Tiga Kali Sehari!

Jual Sepatu sekaligus Pipa Rokok Gading Gajah, FS Diringkus Polisi

Harimau dalam Kondisi Cacat Masuk Kandang Jebak di Kabupaten Agam

Bayi Gajah yang Tersesat di Kebun Sawit Dievakuasi ke PLG Minas

Seekor Beruang Madu Terluka Akibat Jerat di Kawasan Konservasi Riau

Kekerasan terhadap Lumba-Lumba di Muna dan Pentingnya Edukasi Masyarakat Terkait Satwa Dilindungi

Dugong yang Tidur, Semoga Tidak Selamanya
