Klaim penyiksaan satwa dilayangkan pada Taman Safari Indonesia (TSI) yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat. Sebuah media asal Inggris, memberitakan bahwa Taman wisata berbasis lingkungan ini menyiksa gajah atraksi di depan ratusan penonton dalam sebuah pertunjukan satwa.
Dilansir dari Dailymail.co.uk, sebuah Yayasan amal internasional Born free bersama seorang fotografer bernama Aaron Gekoski mendokumentasikan penyiksaan yang dilakukan oleh seorang pawang gajah saat pertunjukan.
Gekoski mengklaim bahwa pawang gajah di TSI menyiksa dan memukul seekor gajah atraksi berkali-kali menggunakan benda tajam di tangannya.
“Ketika pertunjukan usai, gajah-gajah menjadi ribut. Seorang pawang terlihat memukul belalai dan menarik ekor gajah untuk mengontrolnya. Tetapi ketika dilihat lebih dekat, ternyata pawang itu menyembunyikan benda tajam di tangannya yang menyebabkan beberapa luka tusukan di belalai gajah itu,” ujar Gekoski.
Ternyata luka-luka yang sama terlihat juga di belalai gajah yang lain. “keamanan melihat kami mendokumentasikan peristiwa itu dan menyuruh kami untuk berhenti memotret”, tuturnya.
Padahal TSI merupakan anggota dari Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium sedunia (WAZA) , yang mengharuskan anggotanya untuk memperlakukan semua hewan di penangkaran mereka dengan sangat baik. TSI juga mengklaim bahwa Tempat mereka merupakan pionir dalam masalah konservasi satwa dan taman rekreasi.
Pejabat eksekutif WAZA, Doug Cress menuturkan, “Kode Etik WAZA secara tegas melarang kegiatan yang menyebabkan hewan kesakitan atau memaksa mereka untuk bertindak dengan cara yang tidak wajar, dan WAZA tidak mendukung pertunjukan yang merendahkan hewan apa pun. WAZA menangani masalah-masalah kesejahteraan hewan dengan serius dan akan menyelidiki situasi ini sepenuhnya.”
Pihak TSI merespons pada klaim itu dan menyatakan bahwa penyiksaan pada gajah itu tidak benar, “Tuduhan bahwa pawang menyiksa dan menikam gajah dengan benda tajam saat pertunjukan di depan wisatawan adalah tidak berdasar dan salah. Taman Safari Indonesia tidak membenarkan praktik-praktik yang membahayakan atau menyakiti hewan sebagai bagian dari presentasi kami”
‘Gajah di TSI saling berinteraksi dan bersosialisasi satu sama lain. Ketika ini terjadi akan ada saat-saat ketika ada perkelahian dan interaksi kasar antara gajah. Kadang-kadang hal ini menghasilkan luka dangkal yang kemudian dibersihkan dan dirawat oleh tim kami para pawang dan dokter hewan. Gajah juga dapat bergerak di sekitar area mereka untuk mengeksplorasi, menyelidiki, menggaruk diri, dan berinteraksi dengan pawang mereka.”
‘Tuduhan adanya luka di belalai gajah yang disebabkan oleh pawang sangat tidak berdasar, dan ini malah akan menciptakan masalah hewan atau perilaku yang bertentangan dengan apa yang kami harapkan untuk dicapai dalam pengelolaan hewan di taman kami.’, ungkap pihak TSI.
Jadi, benarkah ada penyiksaan gajah di Taman Safari Indonesia?