Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Kelangkaan Pakan Memicu Macan Kumbang Keluar Hutan

1430
×

Kelangkaan Pakan Memicu Macan Kumbang Keluar Hutan

Share this article
Seekor macan kumbang tertangkap camera trap yang dipasang BKSDA Jawa Tengah di Pulau Nusakambangan. | Foto: Antara/HO
Seekor macan kumbang tertangkap camera trap yang dipasang BKSDA Jawa Tengah di Pulau Nusakambangan. | Foto: Antara/HO.

Gardaanimalia.com – Fenomena kemunculan macan kumbang di lahan perkebunan milik warga dinilai sebagai indikasi rusaknya habitat satwa liar.

Sebelumnya, beredar sebuah video satwa bernama ilmiah Panthera pardus melas melintas di kebun warga yang diduga turun dari kaki Gunung Wayang.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Peristiwa itu dibenarkan oleh Petugas Pengendali Hutan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Wilayah 2 Soreang, Toni Setiana.

Tuturnya, satwa tersebut muncul di perkebunan warga di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, yang berbatasan dengan kawasan habitat macan kumbang.

“Kejadiannya sekitar 3 atau 4 hari yang lalu. Jadi memang turun ke lahan warga, tapi setelah itu langsung kabur,” ujarnya, pada Minggu (14/8).

Hal tersebut dikarenakan, seekor macan tidak bisa melihat manusia. “Hewan (macan) itu kalau lihat orang pasti takut,” ungkapnya.

Menurut Toni, di wilayah itu memang masih ada sejumlah macan kumbang karena merupakan habitatnya. Sehingga, pihaknya akan terus sosialisasi ke masyarakat.

“Seperti biasa kita melakukan penyuluhan kepada warga supaya macan tersebut tidak diganggu, ditembak, dan diburu,” papar petugas BKSDA tersebut.

Kemunculan Macan Kumbang Alamat Terjadi Kerusakan Hutan

Sementara itu, aktivis lingkungan dari Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia Jawa Barat, Dedi Kurniawan menyebut ini permasalahan serius.

Dikutip dari Pojoksatu, menurut pandangan Dedi, kemunculan macan bisa jadi merupakan indikasi adanya sebuah masalah lingkungan yang serius.

Salah satu faktor yang bisa menggiring satwa-satwa liar ke luar menuju wilayah permukiman adalah kerusakan habitat dan kawasan hutan.

Kerusakan itu, lanjutnya, dapat memicu kelangkaan makanan dan sumber air bagi satwa liar, serta tempat tinggal satwa yang semakin terdesak karena pembangunan.

“Koridor habitat satwa itu sudah terjepit, selain pakan kurang karena perburuan, kawasan juga semakin menyempit,” ungkap Dedi, Minggu (14/8).

Lain daripada upaya pemulihan dan pelestarian kawasan hutan, menurutnya hal yang juga vital adalah menggencarkan edukasi kepada masyarakat.

Hal itu penting guna mencegah konflik antara manusia dan satwa. Sebagaimana harapannya, sesama mahkluk hidup dapat hidup berdampingan.

“Di Pangalengan macan berhasil dihalau dan masuk kembali ke habitatnya. Masyarakat sudah tampak mulai peduli dan menghindari konflik dengan satwa.”

Dedi menyampaikan, bahwa perilaku positif masyarakat itu perlu diapresiasi dan terus ditingkatkan melalui edukasi berkelanjutan.

Ia mendorong BBKSDA Jawa Barat menggencarkan patroli bersama masyarakat untuk memitigasi, memetakan daerah rawan konflik.

Dalam upaya konservasi tersebut, pemerintah patut melibatkan peran sipil. Karena menurutnya, pelibatan demikian masih sangat minim.

Ia menegaskan, bahwa pemerintah harus betul-betul mengimplementasikan upaya pelestarian macan kumbang sebagai fauna identitas Jawa Barat.

Dan jangan hanya sebatas melestarikan macan (Panthera pardus melas) sebagai patung maupun slogan saja, imbuh Dedi.

“Meminta KLHK, dalam hal ini BBKSDA Jawa Barat, membuat strategi dan rencana aksi penyelamatan konservasi macan tutul melibatkan semua,” ucapnya.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
erwin wilianto
erwin wilianto
1 year ago

artikelnya penuh spekulasi dan asumsi.. garda animalia harusnya lebih jeli menilik kasus , memilah narasumber yg kompeten dan menyampaikannya sarinya pada publik agar tidak misleading..