Gardaanimalia.com – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mencatat konflik gajah dan manusia di wilayah Aceh terus meningkat dari tahun 2016 hingga 2020. Menurut Kepala BKSDA Aceh, Agus Rianto, ada tiga spesies yang memiliki intensitas konflik tinggi dengan manusia yakni harimau, orangutan, dan gajah.
Dikutip dari laman kumparan.com, Selasa (22/12/2020), setidaknya 44 konflik gajah terjadi pada tahun 2016, 103 kasus pada tahun 2017, 73 kasus pada tahun 2018, 107 kasus pada tahun 2019, dan 102 kasus pada tahun 2020 ini.
“Secara akumulasi dari 2016 sampai 2020, faktor kematian gajah 57 persen disebabkan oleh konflik, 33 persen karena mati alami dan 10 persen karena perburuan,” jelas Agus.
Namun, ia menambahkan bahwa tahun ini sebagian besar gajah mati karena konflik dengan manusia. Dari data BKSDA dapat dilihat ada 10 kasus kematian gajah dari bulan Januari hingga 21 Desember 2020. Mirisnya, 5 dari 10 gajah yang mati ditemukan dalam keadaan tinggal tulangnya saja.
Baca juga: Jadi Korban Jerat, Harimau Corina Akhirnya Dilepasliarkan
Untuk mengatasi masalah ini, Gubernur Aceh melalui Surat Keputusan terbarunya membuat tim khusus untuk menangani dan menanggulangi konflik manusia dan satwa liar. Menurut Agus, tim ini melibatkan pemerintah daerah dan berbagai instansi terkait.
“Hampir sebagian besar gajah berada di luar kawasan hutan atau konservasi seperti di perkebunan. Karena itu strategi yang diterapkan dalam rangka penanganan konflik ke depan, tidak hanya melibatkan pemerintah tetapi juga pihak swasta harus ikut berperan,” katanya.
Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) diharapkan dapat segera dibangun sehingga satwa liar dan manusia dapat terhindar dari konflik.
[…] Baca juga: Konflik Gajah dan Manusia Meningkat, Gubernur Aceh Bentuk Tim Khusus […]