Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

1.000 Ekor Monyet Akhirnya Gagal Diekspor

1679
×

1.000 Ekor Monyet Akhirnya Gagal Diekspor

Share this article
Ilustrasi monyet ekor panjang di atas rumah warga. | Foto: Widi RH Pradama/Kumparan
Ilustrasi monyet ekor panjang di atas rumah warga. | Foto: Widi RH Pradama/Kumparan

Gardaanimalia.com – Usulan kuota tangkap seribu monyet ekor panjang pada 2023 yang diajukan BKSDA Yogyakarta ditolak Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Penyebab ditolaknya usulan itu karena belum adanya survei populasi untuk menetapkan kuota tangkap. Penolakan tersebut menyebabkan tidak adanya ekspor monyet pada tahun ini.

Pejabat Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) BKSDA Yogyakarta, Kusmardiastuti menyebut, memang tahun ini belum bisa ekspor.

“Karena ternyata dari hasil yang sudah keluar itu kuotanya memang ditolak, tidak ada kuota untuk tahun ini,” jelasnya, Senin (16/1/2023).

Mengenai hal itu, Ia memaparkan, bahwa BKSDA Yogyakarta akan melakukan kajian terutama terkait survei populasi dan habitat Macaca fascicularis di Gunungkidul.

Pada 2021 lalu, BKSDA Yogyakarta telah menangkap tiga ratus monyet ekor panjang untuk diekspor ke beberapa negara seperti Cina dan Amerika guna kepentingan riset biomedis.

Pembangunan Memicu Konflik Monyet dan Manusia

Dia menyampaikan, ekspor dilakukan sebagai salah satu cara untuk menurunkan eskalasi konflik antara satwa liar dan manusia. Ia pun memaparkan data konflik yang terjadi di Gunungkidul.

“Data tahun lalu ada sekitar 50 kelompok masyarakat di Gunungkidul yang berkonflik dengan kawanan monyet. Ada yang masuk permukiman, merusak lahan sawah, dan semacamnya”.

Hal tersebut, menurut Kusmardiastuti, terjadi karena adanya pembangunan di sekitar habitat primata tersebut. Sehingga menjadi salah satu pemicu terjadinya konflik.

“Kayak pembangunan JJLS (Jalan Jalur Lintas Selatan), pembangunan dari pariwisata, itu kan sedikit banyak ternyata mengusik habitat monyet,” tuturnya.

Ia menjelaskan, pihak BKSDA akan berkoordinasi dengan stakeholder lain. Karena, menurutnya penyelesaian konflik tidak lepas dari kebijakan-kebijakan pihak lain.

Bersama dengan Bappeda Gunungkidul, BKSDA Yogyakarta menyampaikan akan melakukan pemetaan wilayah habitat primata bernama ilmiah Macaca fascicularis.

Sementara itu, Kepala BKSDA Yogyakarta, Muhammad Wahyudi, menyarankan petani agar menanam jenis buah-buahan guna menghalangi satwa masuk ke area persawahan,

“Kalau sudah diberi makan buah-buahan, monyet tidak akan bergerak lebih jauh lagi,” ujar Wahyudi.

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments