Bahaya Kail Pancing bagi Buaya: Merobek Organ, Sebabkan Kritis

Gardaanimalia.com - Interaksi negatif satwa liar dan manusia semakin sering terjadi, tidak terkecuali pada top predator perairan, yakni buaya muara.
Menanggapi konflik atau bahkan sekadar kemunculan buaya, seringkali masyarakat mengambil tindakan untuk menangkap buaya. Sebagaimana yang terjadi di Desa Tuhaha, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Aksi penangkapan buaya oleh masyarakat ini bermula saat dua bulan lalu warga dihebohkan dengan penampakan buaya di Sungai Waila, Desa Tuhaha.
Untuk membuktikan ada atau tidaknya buaya di sungai tersebut, masyarakat memancing buaya dengan menggunakan umpan satu ekor ayam dan kail nomor 01.
Aksi itu dilakukan Jhoni Tatipikalawan (40) bersama tiga rekannya pada Sabtu (23/3/2024), sekitar pukul 17.40 WIT.
"Pukul 19.30 WIT umpan pun didekati dan disantap buaya. Ada perlawanan oleh buaya karena umpan telah dipasang kail. Selanjutnya, hewan predator ini dievakuasi ke tepi sungai tepatnya ke badan jalan," ungkap Jhoni.
Mendengar kabar bahwa ada buaya yang ditangkap, warga pun berbondong-bondong datang melihat satwa tersebut.
Usai ditangkap, warga menyeret buaya yang masih hidup menggunakan tali ke tanah lapang.
Sejumlah bagian tubuh dilikat dengan tali, termasuk bagian mulut dan ekornya.
Diketahui, panjang reptil ini adalah 3 meter dan berat diperkirakan mencapai 150 kilogram.
Menurut beberapa warga, Sungai Waila saat ini dihuni oleh delapan ekor buaya, dengan seekor yang sudah ditangkap.
Mengevakuasi Buaya dengan Tepat
Isu keberadaan buaya ini cukup membuat warga waswas. Sementara, kontributor Garda Animalia telah mencoba menghubungi pihak BKSDA, tetapi belum mendapat respons yang berarti.
Aksi memancing buaya dilakukan warga tanpa dampingan pihak berwenang. Terlebih, menangkap buaya dengan kail pancing dapat membahayakan satwa berdarah dingin itu. Hal ini diungkapkan Ketua Alobi Foundation Langka Sani.
Di Bangka Belitung, Langka Sani bersama timnya sudah kenyang menghadapi tingginya kasus interaksi negatif buaya muara dan manusia.
"Karena kemungkinan besar buaya mati apabila menangkap menggunakan pancing," sebut Langka, Senin (25/3/2024).
Ia melanjutkan, apabila tertelan, pancing akan mengoyak organ-organ dalam buaya yang lemah sehingga menyebabkan buaya kritis dan mati.
Dirinya menyebut, cara paling aman untuk mengevakuasi buaya jika terjadi potensi konflik adalah dengan menggunakan perangkap.
Langka menambahkan, jika kemunculan buaya terjadi di habitatnya, maka tidak perlu dilakukan evakuasi.
"Kalau memang itu sudah habitat buaya, jauh sebelum ada aktivitas manusia, [maka] jangan [buaya] dipindahkan," tutupnya.

Orangutan Viral di Kawasan Tambang Akhirnya Dievakuasi

Beruang Madu di Perbebunan, BKSDA: Itu Habitatnya

Konflik Gajah di Aceh Barat Terulang, Perubahan Habitat Menyulitkan Penghalauan

Akhirnya, Enam Pemburu Badak Jawa Divonis 11 dan 12 Tahun Penjara

Dikirim Tanpa Dokumen, 67 Satwa Diamankan di Pelabuhan Tanjung Priok

Memisahkan dengan Jelas: Pemeliharaan Satwa Liar Bukan Penyelamatan!

Tiga Orangutan Kelaparan Mencari Makan di Kebun Sawit, BKSDA Lakukan Pemantauan

Harimau yang Masuk Kandang Jebak di Aceh Timur akan Direlokasi

Lagi, Seekor Dugong Mati Terdampar di Kupang

Relasi Harmonis Gajah-Manusia dalam Sejarah dan Tradisi Budaya di Aceh

Pagar Terbuka! 15 Rusa Timor Berlari Bebas di TN Baluran

Dagangkan Cula Badak dan Gading Gajah, Dua Terdakwa Divonis 4 Tahun

Terjerat Jaring, Lumba-Lumba di Kenjeran Berhasil Kembali ke Laut

Bayi Bekantan Terpisah dari Induk, Diduga karena Habitat Rusak

Kesalahan Penanganan Diduga Sebabkan Kematian Orangutan yang Tersengat Listrik

Cegah Zoonosis, Pengamatan Tidak Langsung Manfaatkan Ekolokasi Kelelawar Pemakan Serangga

Petugas Amankan 30 Kilogram Sisik Trenggiling di Atas Kapal Cepat

Soa Payung, Kadal dengan Leher Berjumbai yang Unik

Dugong Fitri yang Terjerat Jaring Berhasil Dilepasliarkan

Gajah Betina Berusia 8 Tahun Ditemukan Mati di Aceh Timur
