Gajah Berkalung GPS Collar Ditemukan Mati di Hutan Produksi

Gardaanimalia.com - Tim patroli Konsorsium Bentang Alam Seblat menemukan seekor gajah sumatera mati dalam kondisi tinggal tulang belulang, pada Selasa (13/9).
Mulanya, tim patroli melakukan pemantauan pergerakan gajah, pada Minggu (11/9). Berdasarkan data GPS Collar, posisi satwa liar itu tidak bergerak sejak 20 Agustus 2022.
Namun, tim baru mengetahuinya pada saat akan melaksanakan patroli. Hingga akhirnya, pada hari ketiga pukul 09.45 WIB. tim menemukan bangkai gajah di wilayah HP Air Rami.
Saat ditemukan, kondisi gajah hanya tersisa tulang belulang. Sementara, GPS Collar didapati berada di tumpukan tulang tengkorak.
Mengenai penyebab kematian gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) itu sendiri sampai sekarang masih belum diketahui secara jelas.
Dalam keterangan tertulis Konsorsium Bentang Alam Seblat, di sekitar lokasi kematian gajah yang masuk dalam kawasan HP Air Rami didapati beberapa titik sudah terbuka.
Lebih rinci, disebut bahwa pembukaan kawasan hutan di beberapa wilayah masih terlihat baru. Sementara, wilayah lainnya sudah mulai digarap menjadi perkebunan.
Matinya satwa dilindungi tersebut dinilai adalah pertanda keselamatan habitat dan populasi gajah di Bentang Alam Seblat Bengkulu semakin terancam.
Jika Gajah Sumatera Punah, Ancaman Bencana Alam Semakin Besar
Penanggung Jawab Konsorsium Bentang Alam Seblat, Ali Akbar mengatakan, jika situasi habitat masih seperti sekarang maka pelestarian gajah sumatera di Bentang Alam Seblat tidak akan terwujud.
"Setahun lebih kami berjibaku mencoba menyelamatkan habitat dan populasi tersisa gajah di Bentang Alam Seblat," ujarnya, Selasa (13/9).
Seperti melakukan patroli setiap bulan, meningkatkan kesadaran komunitas atas pentingnya fungsi satwa serta membangun kerja sama dengan para pihak.
Namun, Ali mengungkapkan, "Kejadian ini merupakan pukulan balik yang menyakitkan bagi kami."
Dirinya mengatakan, bahwa pembukaan lahan di kawasan Bentang Alam Seblat akan berdampak terhadap populasi gajah yang jumlahnya tidak banyak.
"Jika gajah di kawasan ini punah, maka kita akan menerima ancaman yang lebih besar yakni bencana alam," jelas Ali.
Ia menegaskan, bahwa upaya pelestarian gajah dengan populasi tidak lebih dari 50 ekor tersebut akan semakin sulit dilakukan. Karena ancaman keselamatan habitat terus terjadi.
Berdasarkan hasil analisis tutupan hutan di Bentang Alam Seblat, dalam kurun 2020-2022, seluas 6.350 hektare hutan alami di kawasan itu telah porak-poranda dirambah.
Analisa tersebut dilakukan oleh Konsorsium Bentang Alam Seblat yang terdiri dari Kanopi Hijau Indonesia, Genesis Bengkulu dan Lingkar Inisiatif Indonesia.
Tak hanya itu, Ketua Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI), Dony Gunaryadi juga menyebut temuan ini menandakan upaya yang dilakukan dalam pelestarian gajah sumatera kurang maksimal.
"Gajah yang dipasang GPS Collar itu membantu mendeteksi konflik antara manusia dan gajah. Namun apa daya gajah tersebut mati di wilayahnya sendiri," lanjut Dony.
Ia menambahkan, pihak FKGI akan meminta keseriusan dari aparat yang berwenang untuk mengusut penyebab kematian satwa dilindungi tersebut.

Gajah Mati di Sawah Warga, Kabel Listrik Ditemukan di Sekitar Lokasi
11/04/25
Bangkai Gajah Ditemukan di Perbatasan Kebun Sawit dan TN Gunung Leuser
07/04/25
Belasan Gajah Liar Masuk Sawah, Warga Berharap ada Solusi
25/03/25
Jual Sepatu sekaligus Pipa Rokok Gading Gajah, FS Diringkus Polisi
13/03/25
Bayi Gajah yang Tersesat di Kebun Sawit Dievakuasi ke PLG Minas
11/03/25
Harapan Baru, Gajah Septi Lahirkan Anak dalam Kondisi Sehat
20/02/25
Tiga Ekor Kanguru Tanah Diselundupkan di Pelabuhan Jayapura

Telaga Paring, Orangutan yang Terjebak Banjir Besar di Kalteng Berhasil Dilepasliarkan

Sebelum Indonesia Merdeka, Ternyata Trenggiling Sudah Jadi Satwa Dilindungi

Tiga Individu Baru Badak Jawa Terdeteksi di Ujung Kulon

Ternyata Amir Simatupang Pernah Tawarkan Taring Harimau Seharga Rp50 Juta

Kabar Baik, Dua Ekor Harimau Lahir di Suaka Barumun!

Hampir setiap Malam Beruang Madu Berkeliaran di Kabupaten Abdya

WN Tiongkok jadi Tersangka Perdagangan Cula Badak di Manado

Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung

Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan

Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI

Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam

Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU

Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa

Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana

Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka

Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun

Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet

Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan

Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah
