Gardaanimalia.com – Kebakaran hutan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengakibatkan lebih dari 500 hektare kawasan terbakar.
Mulai dari tanaman hutan hingga padang sabana di empat wilayah, di antaranya Resort PTN Wilayah Coban Trisula, Ranupani Lumajang, Tengger Lautan Pasir Probolinggo, dan Penanjakan Pasuruan.
Berdasarkan catatan petugas, kebakaran di kawasan TNBTS sudah terjadi tiga kali dalam kurun waktu dua bulan pada tahun 2023.
Pertama, kebakaran terjadi pada Agustus 2023 dengan titik api berada di kawasan Lereng Gunung Semeru. Kedua, kebakaran kembali terjadi pada bulan yang sama, yakni di kawasan Tebing kaldera Pegunungan Bromo.
Lokasi kedua berada tepat di perbatasan Resort PTN Wilayah Coban Trisula dan Ranupani. Terakhir, kebakaran terjadi di padang sabana yang berada di Resort PTN Tengger Lautan Pasir yang dipicu aktivitas pre-wedding.
Meski petugas sempat kesulitan melakukan pemadaman, tapi akhirnya BNPB berhasil mengendalikan si Jago Merah menggunakan Helikopter Super Puma. Ditambah pula dengan adanya hujan yang sempat turun.
Dampak Kebakaran pada Ekosistem
Hasil assessment tim yang dibentuk Balai Besar TNBTS, kebakaran itu mengakibatkan sejumlah tanaman seperti rumput ilalang, semak belukar hingga pohon jadi rusak.
Selain itu, Ketua Tim Data Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan Balai Besar TNBTS Hendra Wisantara menyebutkan, dampak juga terjadi pada satwa.
“Hasil monitoring sementara, kita menemukan beberapa sarang burung dan mamalia tanah yang terbakar,” ujarnya.
Senada dengan itu, Kepala Resort Wilayah Ranu Darungan Toni Artaka mengatakan bahwa lokasi kebakaran merupakan habitat sejumlah satwa dilindungi.
“Menurut catatan kami, wilayah Coban Trisula, Bantengan, Jantur merupakan habitat raptor dari keluarga falkon seperti alap-alap sapi, alap-alap kawah, hingga serak jawa,” ujar Toni kepada Garda Animalia, Rabu (4/10/2023).
Meski dilaporkan beberapa satwa mati terbakar, tapi sebagian besar penghuni hutan tersebut diyakini berhasil melarikan diri untuk bertahan hidup dari kebakaran.
Hal tersebut berdasarkan pengamatan tim dari Balai Besar TNBTS. Pihaknya mengidentifikasi sejumlah burung dan tikus sudah mulai terlihat di lokasi kebakaran.
Upaya Pemulihan Butuh Waktu Panjang
Saat ini, tim masih fokus melakukan patroli untuk mengantisipasi potensi kebakaran susulan di kawasan tersebut. Tim juga sembari melakukan kajian terhadap kerusakan ekosistem serta upaya pemulihannya.
Upaya pemulihan diperkirakan membutuhkan waktu yang cukup lama karena kebakaran tak hanya menghanguskan tanaman padang sabana. Namun, sejumlah pohon besar juga dilaporkan mati, seperti akasia dan cemara gunung.
“Guna memastikan ekosistem kembali stabil, tentu membutuhkan waktu yang tidak sebentar,” kata Toni.
Karena selain rumput dan semak belukar yang bisa saja bisa tumbuh saat musim hujan datang, sambungnya, tetapi untuk beberapa jenis pohon membutuhkan campur tangan manusia guna mempercepat pemulihan ekosistem ini.
Dia menambahkan, jika ekosistem kembali stabil, satwa dan habitat tentu juga akan berangsur pulih. Selain merupakan habitat sejumlah burung pemangsa, kawasan ini pun adalah daerah jelajah dari elang jawa.