[caption id="attachment_10482" align="aligncenter" width="660"] Ilustrasi pembalakan hutan. Foto: Macrovector[/caption]
Gardaanimalia.com - Sebagai individu yang lahir di tahun 90-an, dongeng tentang sosok harimau dan manusia yang berkonflik untuk tujuan hidupnya masing-masing, sangat lekat diperdengarkan pada anak-anak masa itu. Dalam dongeng tersebut digambarkan bagaimana perkasanya manusia sebagai mamalia yang cerdas dan menguasai alam raya ini. Salah satu kisah yang cukup populer kala itu adalah kisah ini.
Suatu hari di kawasan hutan ada manusia yang sedang menebang pepohonan untuk membuka lahan pertanian. Sebelum memulai menebang pohon, manusia yang sudah bersiap-siap dengan mengasah kapaknya didatangi monyet yang kebetulan sedang berteduh di atas pohon tersebut. Dengan penasaran monyet tersebut menegur manusia yang sangat bersemangat tersebut, “Manusia, sedang apa kamu?” sapa monyet.
“Aku sedang mengasah kapak untuk menebang pohon ini.” jawab manusia tersebut sambil tetap mengasah kapaknya. “Apa kamu tidak tahu kalau pohon ini adalah tempat harimau si raja hutan yang ganas itu?” lanjut monyet. “Oh ya, saya kira saya lebih ganas dari harimau itu,” jawab manusia itu dengan culas dan melanjutkan tujuannya. Akhirnya tumbanglah pohon dan semak ditempat itu hingga rata dengan tanah.
Setelah beberapa lama, manusia itu pun kembali dan datanglah raja rimba itu dengan terkaget-kaget. “Siapa yang menebang tempat saya ini?” tanyanya. Monyet yang kebetulan melihat kejadian manusia tadi pun langsung menjawab kebingungan raja rimba itu. “Saya tadi melihat manusia menebang untuk lahan pertanian, raja.” tuturnya. Dengan nafas marah, harimau itupun bergegas mencari manusia yang menebang tempatnya tadi.
Di tengah perjalanan, harimau tersebut bertemu sapi liar di hutan. “Mau kemana, raja?” sapanya. “Saya mencari manusia yang merusak tempat saya,” jawab harimau dengan nada marah. “Waduh, jangan raja! manusia itu cerdik. Kemarin kawan saya dicucuk hidungnya,” himbaunya. “Ah, kamu kan memang lemah” balas harimau sambil melanjutkan perjalanan.
Di persimpangan jalan juga terjadi hal yang sama. Kali ini harimau dihimbau oleh kuda, “Jangan raja, kemarin kawan saya di kekang dengan tali dan disuruh menarik pedati!” dan jawaban harimau pun sama seperti ketika menjawab sapi.
Setelah beberapa saat, sampailah harimau itu di tempat tinggal manusia. “Hai manusia, apakah benar kamu yang merusak tempatku?” tanyanya. “Loh loh, kok menuduh. Manusia disini itu banyak, bukan hanya saya. Lagi pula saya ini kurus, mana mungkin bisa menebang pohon itu,” jelasnya. “Lalu siapa? Manusia yang mana?” desak harimau pada manusia itu. “Begini saja, kamu tunggu disini dulu saya kumpulkan manusia di sana agar ke sini dan kamu tanya sendiri siapa yang merusak tempatmu,” jawab manusia itu menenangkan. “Tapi kamu tunggu di sini ya, nanti saya bawa banyak manusia kesini, biar sama-sama enak kamu masuk kandang ini dulu biar saya tidak ragu kamu hilang,” pinta manusia sambil membuka pintu kandang yang disiapkan manusia itu.
Masuk lah harimau itu ke dalam kandang. Ia tidak sabar akan menerkam manusia yang berani merusak tempatnya. Tak lama menunggu, manusia itu pun datang dengan membawa manusia-manusia yang lain. Dengan bergegas, harimau pun bangkit setelah mengasah kukunya sambil menunggu manusia itu datang. “Hai, kawan-kawan lihat saya baru saja menangkap harimau si raja hutan. Lihat!” seru manusia yang tadi bersama harimau. Harimau pun bingung dan tidak habis pikir. Manusia-manusia itu pun segera mengangkut harimau ke perkampungannya. Dalam hati harimau menyesal dan marah, ia pun berucap “Ya, benar kata sapi dan kuda, manusia itu sungguh licik.”
Baca juga: Memahami Bahaya Polusi Suara di Bawah Laut
Opini
Harimau dan Manusia, Berebut Ruang dari Dongeng Sampai Alam Nyata
28 September 2021|By Garda Animalia


Garda Animalia
Belum ada deskripsi