Ketika Monpai Diajak Alih Profesi dari Topeng Monyet ke Youtuber

Gardaanimalia.com - Pada masanya, pertunjukan topeng monyet menjadi hal yang dianggap wajar. Menyaksikan satwa dengan nama latin Macaca fascicularis ini melakukan berbagai macam aksinya mulai dari naik motor-motoran, menenteng tas layaknya akan pergi ke pasar, hingga mengedarkan kaleng untuk meminta upah sempat menjadi hiburan tersendiri utamanya bagi anak-anak.
Namun, kemudian seiring berjalannya waktu, orang mulai memahami ada hal-hal menyedihkan dan menyakitkan yang harus dialami oleh monyet demi bisa bekerja sebagai 'penghibur'. Ada eksploitasi berlebihan serta kekerasan yang harus dialami oleh monyet yang terlibat dalam pertunjukan topeng monyet.
Berbagai seruan untuk melarang pertunjukan topeng monyet terus bergaung hingga akhirnya beberapa pemerintah daerah secara resmi melarang pertunjukan topeng monyet. Di Jakarta, topeng monyet dilarang sejak tahun 2014. Larangan juga berlaku di Jawa Barat, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan beberapa provinsi lainnya.
Setelah larangan tersebut, apakah para monyet atau monpai dapat hidup dengan tenang di alam tanpa eksploitasi dan kekerasan? Ternyata jawabannya tidak. Berhenti dari topeng monyet, kini monpai diajak untuk beralih profesi menjadi youtuber.
Monpai Alih Profesi
Berdasarkan data yang dirilis oleh IAR Indonesia, setidaknya ada 334 video monyet ekor panjang yang diunggah oleh 204 saluran di Youtube sepanjang tahun 2020. Dari ratusan video tersebut, banyak sekali video yang memamerkan monpai sebagai peliharaan. Tak jarang, monpai juga dieksploitasi.
Sebagai contoh, pada bulan Januari silam, ada sebuah saluran Youtube bernama Ale Pro yang viral. Tidak hanya satu, ada banyak video yang monpai yang diunggah di saluran tersebut. Isinya sebagian besar masuk dalam kategori eksploitasi dan kekerasan terhadap satwa. Ada monpai yang diberi makan cabai dan diberi minum fanta yang sudah jelas-jelas bukan makanan dan minuman untuk satwa.
Tidak berhenti pada satu akun saja, eksploitasi serupa juga dilakukan oleh saluran lain dengan nama Abang Satwa. Pemilik akun tersebut bernama Rian Mardiansyah. Ada berbagai tindakan kejam yang dilakukan kepada monyet ekor panjang yang kemudian sengaja direkam dan dibagikan dalam bentuk video di Youtube.
Baca juga: Perlindungan Satwa dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
Menurut keterangan Kepala Suku Dinas KPKP Jakarta Selatan, Hasudungan A Sidabalok, setidaknya ada 100 konten yang isinya kekerasan terhadap monpai di saluran Youtube milik Rian. Contohnya saja video meminta anak kecil untuk memukul monyet, menyalakan petasan di dekat kuping monyet, dan memberi makanan cabai.
Selain dua akun tersebut, masih ada banyak lagi akun-akun lain di Youtube yang mengunggah video monpai. Bahkan, ada juga akun yang dinamai sama dengan nama monpai yang dipelihara. Kemudian, dalam saluran tersebut ada banyak video menunjukkan keseharian dari monpai ketika dia melakukan hal-hal layaknya manusia. Misalnya saja dia berenang, belanja ke supermarket, dan lain sebagainya.
Ujung-ujungnya Tetap Motif Ekonomi
Mengapa orang-orang memaksa monpai untuk melakukan pertunjukan topeng monyet? Sebagian besar menjawab untuk mendapatkan penghasilan. Alasan yang kurang lebih sama juga dipakai ketika orang-orang menjadikan monpai sebagai youtuber. Monpai dieksploitasi sedemikian rupa baik dengan memberikan prank, memintanya melakukan hal-hal aneh hingga ekstrim, semuanya dilakukan untuk menghasilkan konten yang 'menjual'. Tujuan akhirnya tetap lagi-lagi adalah penghasilan alias uang.
Jika video-video yang diunggah ditonton hingga ratusan ribu hingga jutaan kali, tentu itu akan menjadi pundi-pundi bagi orang yang mengelola saluran youtube tersebut. Jadi, ini tetap menjadi hal ironis. Topeng monyet dilarang, akhirnya monpai diajak alih profesi menjadi youtuber.
Selain eksplotasi dan kekejaman, tren ini juga akan mengancam populasi monpai di alam. Akan tetap ada monyet-monyet yang dibunuh dan diambil dari alam. Agar tren ini tidak semakin meluas, pastikan untuk melaporkan akun-akun yang mengunggah konten pemeliharaan, perburuan, dan perdagangan monpai.

Berkarya dengan Visi: Merekam Kekerasan di Balik Topeng
07/04/25
Amankan Monyet Peliharaan, BKSDA Jelaskan Bahaya Domestikasi Satwa Liar
15/03/25
Tangis Macaca di Yogyakarta: Konflik dengan Petani Gunungkidul dan Perusahaan yang Terindikasi Ilegal
14/03/25
Tangis Macaca di Yogyakarta: Ditangkap Paksa dari Hutan untuk Ekspor (Bagian 1)
14/03/25
Dokter Hewan Komentari Masuknya Monyet ke Desa di Sukabumi
06/06/24
Indonesia Ekspor 1.402 Monyet Liar ke AS pada 2023
10/03/24
Berkarya dengan Visi: Merekam Kekerasan di Balik Topeng

FATWA: Taring Babirusa dapat Membunuh Dirinya Sendiri!

Bangkai Gajah Ditemukan di Perbatasan Kebun Sawit dan TN Gunung Leuser

Tiga Opsetan Tanduk Rusa Diamankan saat Arus Balik Mudik

Seorang Pria Paruh Baya Ditangkap setelah Ketahuan Berdagang Penyu

Macan Dahan yang Masuk Gudang di OKU sudah Dievakuasi
![Berpacu dengan Kepunahan [3]](https://gardaanimalia.cloudapp.web.id/uploads/1742879417_fd2dc5f16700a5b9fff5.jpg)
Berpacu dengan Kepunahan [3]
![Ambulans untuk Harimau Sumatera [2]](https://gardaanimalia.cloudapp.web.id/uploads/1742875241_b9bd802809c6c35df99a.jpg)
Ambulans untuk Harimau Sumatera [2]
![Bisnis Cuan Berbalut Kepahlawanan [1]](https://gardaanimalia.cloudapp.web.id/uploads/1742875243_39937082cc8949808434.jpg)
Bisnis Cuan Berbalut Kepahlawanan [1]

Belasan Gajah Liar Masuk Sawah, Warga Berharap ada Solusi

Dua Opsetan Tanduk Rusa Diamankan di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon

Akan Dibawa ke Pulau Jawa, 34 Burung Diamankan di Sampit

FATWA: Komodo Malas Merantau!

Petugas Gabungan Sita 72 Satwa Dilindungi di Mimika

Buntut Konflik di Riau, Harimau Masuk Boxtrap untuk DIevakuasi

Teka-Teki Keberadaan Baza Hitam si Predator Cilik

Gakkum Beroperasi, Puluhan Tengkorak Satwa Liar jadi Barang Bukti

FOTO: Perbedaan Orangutan Tapanuli dan Orangutan Sumatera

Labi-labi Ditemukan di Pulau Bawean, BKSDA: Penting untuk Terus Dijaga

Sebanyak 5 Penyu Diamankan dari Penyelundupan, 1 dalam Kondisi Stres
