Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Konflik Satwa Liar: Perambahan Hutan Buat Gajah Masuk Perkebunan

989
×

Konflik Satwa Liar: Perambahan Hutan Buat Gajah Masuk Perkebunan

Share this article
Lokasi konflik gajah sumatera. Hamparan padi warga yang mengalami kerusakan di Kecamatan Titeue. | Foto: Serambinews
Lokasi konflik gajah sumatera. Hamparan padi warga yang mengalami kerusakan di Kecamatan Titeue. | Foto: Serambinews

Gardaanimalia.com – Sejumlah 30 ekor gajah sumatera masuk ke kawasan perkebunan di Blang Kemeuy, Gampong Alue, Kecamatan Titeu, Pidie, Sabtu (8/10).

Kawanan satwa liar itu diperkirakan sudah 16 hari berada di areal dekat persawahan tersebut. Akibatnya, puluhan hekatre tanaman padi milik warga mengalami kerusakan.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Hal tersebut dipaparkan oleh Fakhruddin selaku Camat Titeue. Ia mengatakan, bahwa kawasan yang rusak merupakan tanaman padi yang dua pekan kemudian akan dipanen.

Meski puluhan gajah liar itu telah dihalau oleh BKSDA, ranger, dan masyarakat, namun rupanya satwa kembali datang pada malam hari. Hingga kini, sebanyak 30 ekor gajah masih bertahan di perkebunan warga.

“Pantauan warga ada sekitar 30 ekor gajah liar yang merusak tanaman padi warga yang siap dipanen. Lokasinya di dekat waduk di Titeue,” kata Fakhruddin, Sabtu (8/10).

Dia menyebut, kemunculan satwa yang dilindungi oleh negara tersebut menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Pasalnya, tanaman padi dan tanaman produktif lainnya menjadi rusak.

Selain itu, dirinya menambahkan, bahwa di Kecamatan Sakti, Pidie, makanan yang menjadi sasaran satwa dilindungi itu adalah tanaman semangka.

“Kerugian dampak gangguan gajah sangat dirasakan, sebab petani gagal panen,” tuturnya kepada Serambinews.

BKSDA Ingin Manusia dan Gajah Hidup Berdampingan

Sebelumnya, menanggapi konflik di Kecamatan Sakti pada Jumat (30/9), Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Aceh, Kamaruzzaman, berharap masyarakat Pidie dapat berbagi ruang dengan satwa liar.

“Konflik satwa liar dan manusia sering terjadi di Kabupaten Pidie. Sehingga perlu adanya pembagian ruang dengan satwa liar gajah,” ujarnya, Sabtu (1/10) dilansir dari Antara.

Harapannya adalah agar satwa dan manusia bisa hidup berdampingan dengan bagiannya masing-masing tanpa saling merugikan satu sama lain.

Menurutnya, kondisi kawasan hutan sebagai tempat yang kerap dilintasi oleh satwa dilindungi itu, kini sedang tidak baik-baik saja.

Keadaan tersebut tercipta karena manusia tidak lagi mengurus alam. Sebaliknya, mereka justru melakukan tindakan-tindakan yang merusak seperti illegal logging, perambahan dan perubahan fungsi lahan.

Sehingga, jalur yang dilalui gajah sumatera untuk mencari makan semakin sempit. Karena ekosistem alam tidak dijaga dan rusak.

Hal itulah yang menurut Kamaruzzaman menjadi salah satu pemicu terjadinya konflik antara manusia dan satwa liar. Sebab habitat yang biasa dihuni gajah terganggu dan sudah tidak ada lagi.

Tempat tinggal yang nyaman bagi keberlangsungan hidup satwa bernama ilmiah Elephas maximus sumatrensis tersebut sudah tercemar oleh para pihak yang tidak bertanggung jawab.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments