Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Orangutan Makan Umbut Sawit imbas Kurang Makanan di Hutan

58
×

Orangutan Makan Umbut Sawit imbas Kurang Makanan di Hutan

Share this article
Kemunculan orangutan di kebun sawit yang terekam oleh warga. | Foto: BKSDA Resor Sampit
Kemunculan orangutan di kebun sawit yang terekam oleh warga. | Foto: BKSDA Resor Sampit

Gardaanimalia.com – Sepasang induk dan anak orangutan dilaporkan masuk perkebunan sawit warga di Desa Bagendang Hilir, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kabupaten Kotawaringin Timur, Selasa (8/10/2024).

Orangutan diduga kekurangan makanan di hutan sehingga terpaksa memakan umbut sawit.

Hal ini dijelaskan oleh Kepala Resor Sampit BKSDA Kalimantan Tengah Muriansyah kepada Garda Animalia, Kamis (11/10/2024).

“[Orangutan masuk ke lokasi] karena mencari makan. Umbut kelapa sawit tadi yang dicari dan dimakannya,” ujar Muriansyah.

Ia menjelaskan, umbut adalah tunas yang baru tumbuh. Bagian pangkalnya manis dan lembut sehingga dimakan oleh orangutan.

“Sebenarnya umbut atau tunas kelapa sawit bukan makanan alami orangutan,” tambahnya.

Berdasarkan observasi tim BKSDA, tidak ditemukan pohon sumber makanan orangutan di sekitar lokasi.

Observasi itu dilakukan BKSDA pada Rabu (9/10/2024) pukul 09.00 sampai 12.00 WIB.

Umbut sawit yang dimakan oleh orangutan. | Foto: BKSDA Resor Sampit
Umbut sawit yang dimakan oleh orangutan. | Foto: BKSDA Resor Sampit

Habitat telah Dialihfungsikan

Lebih lanjut, Muriansyah menerangkan bahwa lokasi kemunculan orangutan adalah kebun kelapa sawit yang sudah tidak terurus.

Luas lokasi yang merupakan kebun milik warga atas nama Agus adalah sekitar 3,5 hektare dan didominasi vegetasi semak dan pohon.

“Daerah tersebut memang dulunya habitat orangutan. Namun, sekarang telah berubah jadi kebun, baik kebun masyarakat atau perusahaan,” terangnya.

Akibat perubahan fungsi lahan itu, orangutan akhirnya tinggal di titik hutan atau semak yang tersisa dan belum dibuka oleh masyarakat.

Saat observasi berlangsung, petugas tak dapat menemukan induk dan anak orangutan itu.

Tim BKSDA hanya menemukan sarang orangutan, dengan rincian sarang kelas 1 sebanyak 3 buah, sarang kelas 2 sebanyak 5 buah, serta sarang kelas 3 sebanyak 3 buah.

Kelas menandakan umur sarang. Sarang kelas 1 adalah sarang baru, dengan ciri bahwa dedaunan yang digunakan masih hijau.

Pada sarang kelas 2, sebagian daun berwarna hijau dan sebagian lainnya mulai kekuningan.

Sementara, pada sarang kelas 3, semua daunnya sudah berwarna cokelat, tetapi sarangnya belum berlubang.

Sarang orangutan yang ditemukan oleh BKSDA saat observasi di lokasi. | Foto: BKSDA Resor Sampit
Sarang orangutan yang ditemukan oleh BKSDA saat observasi di lokasi. | Foto: BKSDA Resor Sampit

Kemunculan Orangutan yang Kedua

Bersama pelapor, petugas juga memeriksa kebun lain yang bersebelahan dengan lokasi kemunculan orangutan.

Di kebun milik warga atas nama Purba itu, juga tampak beberapa umbut sawit yang dimakan orangutan.

Selain tidak ditemukan saat obsevasi, Muriansyah juga menjelaskan beberapa kendala menyelamatkan orangutan.

Di antaranya adalah akses ke lokasi yang cukup sulit, pelapor yang tidak tinggal di lokasi sehingga informasi kemunculan primata besar itu terlambat, serta luasnya lokasi yang didominasi semak belukar, sawit, serta karet.

Muriansyah menambahkan, satwa endemik Kalimantan itu kerap berpindah dari satu kebun ke kebun lain. Terutama, ke kebun sawit yang baru tanam.

Peristiwa serupa bukan yang pertama kali terjadi. Menurut Muriansyah, pada 2023 juga terjadi kemunculan orangutan di lokasi yang sama.

Petugas pun mengimbau masyarakat untuk segera melapor apabila satwa liar itu muncul kembali.

Selain itu, petugas juga memberikan penjelasan mengenai perilaku orangutan kepada para pemilik kebun.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments