Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Sedih, Burung Kakatua Jambul Kuning Kini Tersisa 2 Ekor!

1602
×

Sedih, Burung Kakatua Jambul Kuning Kini Tersisa 2 Ekor!

Share this article
Ilustrasi burung kakatua kecil jambul kuning di area mangrove Pulau Masakambing. Foto: Dok. Masrur/Mongabay
Ilustrasi burung kakatua kecil jambul kuning di area mangrove Pulau Masakambing. Foto: Dok. Masrur/Mongabay

Gardaanimalia.com – Burung kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) di Pulau Pasoso, Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala terancam punah.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah menyebut saat ini populasi satwa dilindungi yang berada di pulau tersebut terancam punah.

pariwara
usap untuk melanjutkan

“Tinggal satu pasang dan bisa dibilang kakatua jambul kuning terancam punah,” kata Hasmuni, Kepala BKSDA Sulawesi Tengah, Rabu (9/2) dilansir dari Suara Sulsel.

Ia mengungkapkan bahwa penyebab kepunahan satwa langka itu salah satunya dikarenakan perdagangan ke luar daerah Sulawesi, bahkan luar negeri.

“Ini burung endemik yang hidup di Sulawesi tetapi lebih banyak di Bali karena mungkin ada yang bawa ke sana dan akhirnya populasinya meningkat,” tuturnya.

Hasmuni melanjutkan, bahwa saat ini pemerintah melalui BKSDA Sulawesi Tengah telah bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako agar populasi kakatua jambul kuning di Sulawesi bertambah.

“Kita sudah tanda tangan MoU dan tinggal menyusun strategi penyelamatan populasi ini seperti apa,” jelas Kepala BKSDA Sulawesi Tengah.

Upaya penyelamatan burung kakatua jambul kuning tersebut, menurut Hasmuni merupakan tanggung jawab bersama semua masyarakat.

Karena, ujarnya, yang dapat dilakukan oleh masyarakat tak hanya menjaga alam konservasi, tetapi juga tidak boleh memperjualbelikan satwa dilindungi atau endemik Sulawesi khususnya yang hidup di hutan Sulawesi Tengah.

“Ini PR kita bersama, mari kita selamatkan endemik khas Sulawesi yang masih ada hingga saat ini,” jelas Hasmuni.

Selain populasi burung kakatua jambul kuning yang terancam punah, saat ini BSKDA juga sedang berupaya menyelamatkan populasi anoa dan babi rusa yang jumlahnya kian berkurang.

Hasmuni mengatakan bahwa populasi kedua satwa dilindungi yang merupakan endemik Sulawesi tersebut kini sulit ditemui di kawasan konservasi.

Ia menyebut bahwa populasi satwa langka yang berkurang itu dikarenakan adanya perburuan. “Tak lain penyebabnya karena pemburuan,” ungkap Hasmuni.

Dalam mengatasi persoalan itu, selain melakukan pengawasan di kawasan hutan konservasi, BKSDA bersama pihak terkait juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di sana untuk sama-sama menjaga agar satwa tidak punah.

“Hentikan pemburuan dan biarlah hewan endemik khas Sulawesi yang hidup di hutan kita bisa berkembang sehingga populasinya terus meningkat,” pungkasnya.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments