Menjarah
Menjarah
Menjarah
Investigasi

Serdadu Penjual Paruh Bengkok Dunia Maya

291
×

Serdadu Penjual Paruh Bengkok Dunia Maya

Share this article

Oknum tentara diduga terlibat jual beli burung langka di platform dunia maya. Memanfaatkan asrama, rumah warga, dan pos sebagai penampungan.

Penjualan maupun penawaran satwa langka, parrot atau burung paruh bengkok sering kali terlihat di media sosial, terutama Facebook. | Ilustrasi: Garda Animalia
Penjualan maupun penawaran satwa langka, parrot atau burung paruh bengkok sering kali terlihat di media sosial, terutama Facebook. | Ilustrasi: Garda Animalia

Gardaanimalia.com – Selonjoran di kamar kos, Indah mengisi waktu libur kuliah—menggulir postingan di beranda Facebook.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Jari jempol mahasiswa itu spontan terhenti pada layar sentuh gawai ketika melihat foto nuri kepala-hitam (Lorius lory). Famili Psittaculidae ini, dijadikan profil grup Facebook Pencinta Paruh Bengkok Ambon.

Kala itu, Sabtu, 1 Juni 2024, dia lalu bergabung di grup beranggotakan 22 ribu pengikut itu. Dia mengamati satu per satu postingan foto burung yang diunggah. Mayoritas, spesies burung terancam punah dan kritis di habitatnya.

“Burung paruh bengkok ramai dijual beli,” kata perempuan 23 tahun itu kepada Tim Kolaborasi.

Indah cukup tahu spesies parrot. Pasalnya, tempat tinggal dia di salah satu dusun di Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, habitatnya satwa endemik ini.

“Kakatua maluku, betet, nuri kepala-hitam, dan perkici masih diburu, tapi sembunyi-sembunyi karena penangkapannya dilarang,” jelasnya.

Sebelum Indah, rupanya Faisal—nama samaran—sudah memantau aktivitas grup ini sejak 2023. Sehari-hari Faisal berkuliah di salah satu perguruan tinggi di Ambon—dulu—relawan NGO—fokus mengamati perdagangan satwa di Maluku.

Postingan dan Informasi soal burung dari grup, rupanya menarik hati Faisal untuk menyelidiki.

Berbekal chat messenger dan kontak yang diberikan rekan dunia mayanya, dia datang ke tiga asrama beda kesatuan dalam wilayah Kodam XV/Pattimura yang berlokasi di Desa Waiheru, Kawasan Kedewatan, dan terakhir Desa Rumah Tiga.

“Khusus asrama tentara Desa Rumah Tiga, ada enam ekor kakatua maluku. Lima masih liar dan satu jinak,” ungkapnya kepada Tim Kolaborasi, Selasa, 4 Juni 2024.

Saat itu, awal April 2023, Faisal bertamu ke asrama Desa Rumah Tiga. Di sana ia hanya bertemu asisten rumah tangga (ART), lalu di antar masuk ke asrama. Di belakang rumah, kakatua jambul oranye disimpan.

“Pak La Rudi lagi ke Suli, makanya dia menyuruh saya bertemu ART-nya,” ujar Faisal.

La Rudi adalah bintara peleton (Baton) di kesatuannya—Denzipur 5/Cakti Mandraguna. Sehari-hari, ia bertugas menjadi penghubung antara prajurit dan perwira.

Selain akun mengatasnamakan Huriyah Abdul—nama akun samaran—La Rudi, di grup Facebook itu ada dua akun yang mengatasnamakan anggota Batalion Artileri Medan 1/ Ajusta Yudha Kopda Hanung Pujo dan Kopda Agus Riyandi.

Agus di akun Facebook-nya memposting dua kakatua maluku, pada Kamis (13/4/2023). Melalui aplikasi Getcontact, dia diduga bertugas di Pos PAM perbatasan Desa Hualoy-Tomalehu dan Latu, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram bagian barat.

Sepanjang 2023 itu, akun Agus rutin memposting berbagai spesies parrot. Meski pasukan batalion—Artileri Medan 1/ Ajusta Yudha—tempat tugas sudah ditarik dari Maluku awal 2024, akun Agus terpantau masih memposting burung pada 2 Juni 2024.

Menurut Sandi—nama samaran—pengepul kakap di Pulau Seram, burung-burung yang diposting oleh akun Agus dibeli Rp800 ribu hingga Rp1 juta dari para pemburu. Mereka tersebar di desa yang dekat dengan pos tugas.

“Kalau dijual kembali harganya berkisar Rp1,2-Rp1,5 juta. Tapi tergantung usia kakatua maluku, kalau bayi Rp2 juta,” jelasnya.

Sandi juga mengenal Sersan Kepala La Rudi, yang diduga juga bermain burung. Dia mengatakan, stok kakatua maluku didapat La Rudi dari Bula—Ibu Kota Kabupaten Seram bagian timur.

Rute penyelundupan melalui jalur lawas Wailey, dusun dari Desa Latu menuju Kota Ambon. Dusun Wailey juga disebut pemburu musiman di Liang Awaiya, Kecamatan Teluk Elpaputih, Kabupaten Maluku.

Pemburu ini punya lebih dari lima puluh nuri maluku bercampur perkici pelangi, yang terkurung dalam kandang kayu. Ada dua rumah penyimpanannya yang disambangi Tim Kolaborasi.

Satu rumah tepat di belakang Pos PAM—ditempati prajurit Batalion Artileri Medan 1/ Ajusta Yudha. Burung sebanyak itu pesanan pengepul dari dusun tersebut. Entah mengapa, ia tak kunjung mengambil pesanannya.

“Biasanya dibawa pakai speedboat carteran,” kata Sandi.

Ketika Tim Kolaborasi mendatangi La Rudi dengan menyamar sebagai pembeli, La Rudi menyatakan bisa melayani jumlah besar.

Burung paruh bengkok. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia
Burung paruh bengkok. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia

“Kalau perlu banyak nanti saya suruh cari,” ujarnya kepada jurnalis Tim Kolaborasi.

“Kakatua jambul kuning (Cacatua galerita) mau?” dia menawarkan spesies parrot dari Suaka Alam Sungai Nief, Kabupaten Seram bagian timur.

Saat pernyataannya dikonfirmasi ulang Tim Kolaborasi, Jumat, 7 Juni 2024, Sersan Kepala La Rudi mengaku tidak pernah terlibat jual beli kakatua maluku dan kakatua koki.

Dia juga mengaku tak pernah sekali pun terlibat dengan satwa langka tersebut.

“Oh tidak, tidak pernah saya terlibat dengan jual beli burung. Itu Fitnah,” jelasnya. Dia mengatakan, aktivitasnya hanya sibuk berdinas.

Padahal, Tim Kolaborasi menemukan anggota Denzipur 5/Chakti Mandraguna Sersan Kepala La Rudi juga ada di grup Facebook penjaja parrot.

Demikian pula, Kopral Dua Agus Riyandi membantah semua tuduhan tersebut. “Waduh, kapan itu? Belum, belum pernah bertugas di Kabupaten Seram bagian barat dan Maluku,” ujarnya.

Menurut Sandi, yang didagangkan di dunia maya tak hanya burung maluku. Dia mengatakan famili Cacatuidae dan kakatua raja (Probosciger aterrimus) juga kerap didatangkan dari Papua, dibarter dengan kakatua maluku.

Jalur penyelundupan melalui Pelabuhan Sesar, Kabupaten Seram bagian timur.

Terkadang burung dititipkan di kapal perintis dan kapal motor yang melayari rute Bula, Papan Lap, Yellu dan Sorong, Papua Barat Daya. Makanya tak heran dua spesies ramai diperdagangkan di Maluku.

Jalur Barter Maluku-Papua

Sayup-sayup terdengar suara azan menggema di suatu Subuh, 14 September 2023. Kala itu, Pelabuhan Sesar, Kabupaten Seram bagian timur, masih sepi dari runitas. Mobil merek Mobilio dengan kelir oranye, terparkir di belakang toko.

Pemilik mobil itu seorang pengepul. Perawakannya persis seperti disampaikan Sandi—berbadan gempal—tinggi semampai sedang menikmati teh, matanya melototi gawai.

Kalangan sopir mobil pangkalan Bula-Ambon cukup mengenalnya. Dia dulunya juga sopir, tetapi banting setir jadi pengepul burung. Kini dia yang bayar ongkos kirim ke sopir. Kakatua maluku per ekor Rp400 ribu, jika masih bayi Rp800 ribu.

Dia diduga berjejaring dengan sejumlah oknum tentara di Ambon. Burung biasa dibawa ke asrama tentara kawasan Batu Gajah, Kecamatan Nusaniwe, dan Desa Waiheru, Kecamatan Baguala.

“Ada pengepul di Bula yang barter burung dengan pengepul-pembeli di Papua,” kata Sandi.

Saat KM Fajar Indah bersandar di Pelabuhan Sesar, lelaki itu bergerak. Dua buruh bagasi ia pekerjakan untuk membawa burung ke atas kapal.

Burung itu sudah dikemas di pipa dan dibungkus dalam karung. Meski begitu, masih terlihat bentuk pipa.

Seorang jurnalis Tim Kolaborasi mengikuti kapal itu dari Bula hingga Sorong—Ibu Kota Provinsi Papua Barat Daya.

Salah satu spesies burung paruh bengkok asal dari Papua—kakatua raja—diposting di akun Facebook bernama Kopral Dua Hanung Pujo bersama enam kakatua maluku yang ditempatkan di dua kandang berbeda, Minggu, 6 Agustus 2023.

Ketika dihubungi, Hanung mengaku mendapat famili Cacatuidae ini dari Ambon, tanpa menyebutkan didatangkan melalui jalur mana dan harganya.

“Kakatua raja dibeli dari Merauke,” katanya kepada Tim Kolaborasi. Sedangkan, kakatua maluku dibeli di Bula, per ekor Rp1,5 juta.

Saat dikonfirmasi kembali, Hanung Pujo membantah pernyataannya itu. Meski begitu, dia mengaku pernah memelihara percicik pelangi yang diberikan warga.

“Saya enggak pernah nampung kakatua maluku, kakatua raja, dan nuri kepala-hitam. Kita di Maluku sebagai satgas bertugas membina masyarakat,” jelasnya.

“Saya tak punya waktu pelihara dan menampung. Kita banyak gelar operasi”.

Selain pos yang ditempati Hanung Pujo, Tim Kolaborasi menemukan oknum tentara dari batalion itu di pos lainnya yang juga diduga kerap menjual kakatua maluku di Facebook. Dia menempati Pos PAM perbatasan Desa Wakal dan Hitu.

Rupanya, aktivitas para prajurit ini sudah tercium atasannya. Di video Instagram BKSDA Maluku yang diunggah Selasa, 20 Juni 2023, terlihat mantan Kepala Hukum Kodam XV/Pattimura Kolonel Chk Maulana bertemu Kepala BKSDA Maluku Denny Pattipeilohy.

Usai pertemuan itu, Maulana mengatakan agenda utamanya adalah membicarakan satwa dan tumbuhan yang dilindungi. Dia juga mengatakan banyak prajurit pelihara burung dilindungi supaya bisa diarahkan oleh petugas BKSDA Maluku.

“Supaya pemeliharaannya itu tidak terlibat pada jaringan-jaringan pejualan hewan dan tumbuhan langka. Sehingga diharapkan tidak terlibat masalah hukum,” ujarnya.

Ketika dihubungi Tim Kolaborasi, Kapendam XV/Pattimura Letkol Arh Agung Sinaring M mengatakan, pihaknya akan memeriksa silang informasi yang didapat oleh Tim Kolaborasi.

Dia juga meminta diberikan nama satuan, termasuk juga lokasi pos dan siapa Danpos-nya.

“Kalau perlu buktinya sekalian untuk mempermudah beta (saya) cari informasi,” kata Agung, Jumat, 7 Juni 2024.

Diburu di Hutan, Diobral di Media Sosial

Burung kakatua hasil sitaan di Pusat Penyelamatan SatwaTasikoki, Sulawesi Utara. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia
Burung kakatua hasil sitaan di Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki, Sulawesi Utara. | Foto: Tim Kolaborasi/Garda Animalia

Maraknya perdagangan burung paruh bengkok di media sosial terutama Facebook juga melibatkan warga sipil. Misalnya, Hairul nama samaran pemburu yang mendiami Dusun Ampera, Desa Tamilouw, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah.

Dia kerap menjual kakatua maluku—hasil berburu di grup Facebook Pencinta Paruh Bengkok Ambon. Di belakang rumahnya, terdapat dua kakatua maluku yang baru ditangkap.

“Biasa dijual di Facebook saja, pembeli datang menjemput,” jelas kepada Tim Kolaborasi, Kamis, 31 Agustus 2023.

Perdagangan parrot secara online pernah diteliti oleh Wahyu Nurbandi. Kala itu, dia meneliti untuk Global Initiative against Transnational Organized Crime (GI-TOC) sepanjang 2021-2022.

Wahyu menjelaskan, ada tiga alasan permintaan kakatua cukup tinggi dalam perdagangan online. Pertama, dipicu budaya memelihara burung yang sudah melekat di masyarakat Indonesia, terutama di Pulau Jawa.

Kedua, burung kakatua termasuk jenis yang memiliki harga cukup mahal dibandingkan burung kicau non-parrot. Sejumlah spesies yang tergolong langka dan dilindungi juga memiliki harga tinggi.

“Ketiga, burung kakatua memiliki daya tarik tersendiri, seperti kemampuan menirukan suara manusia dan juga bentuk fisik yang relatif bagus,” jelasnya.

Dia menerangkan, di antara burung paruh bengkok wilayah timur Indonesia, jenis kakatua maluku dan goffin paling sering diperdagangkan.

Spesies lain yang juga laris termasuk palm cockatoo (Probosciger aterrimus) dan yellow-crested cockatoo (Cacatua sulphurea).

Untuk yellow-crested cockatoo, jumlah perdagangannya termasuk kecil karena jenis ini sangat langka dan sulit ditemukan di alam, tetapi harganya paling mahal.

“Spesies lain yang juga banyak diperdagangkan yaitu sulphur-crested cockatoo. Secara fisik hampir mirip dengan yellow-crested cockatoo (Cacatua sulphurea), tetapi harganya murah dan jumlahnya masih banyak,” jelasnya.

Meski begitu, kata dia, komunitas pencinta burung di Indonesia sangat besar. Perdagangan burung online di Indonesia juga berjejaring dengan kuat.

Untuk itu, nama pembeli sangat sulit dilacak sebab mereka melakukan transaksi secara privat.

Untuk penjual, sejumlah akun Facebook yang cukup sering menjual burung kakatua adalah Kian Santang, Bang Johan, Wisang Geni, Sutejo, Maluku Parrots, Susan Parrot, Joko Susilo Pradana.

“Perdagangan online menawarkan banyak kemudahan: bisa dilakukan kapan saja, tidak perlu kontak langsung, tersedia jasa rekber [rekening bersama] untuk keamanan transaksi, terdapat banyak jasa pengiriman”.

“Ada beberapa dari mereka yang kenal satu sama lain. Hal ini kemungkinan karena komunitas burung di Indonesia yang besar dan mereka memiliki acara-acara tertentu, seperti lomba burung kicau”.

Cerita Wahyu benar. Dari pemantauan sepanjang 2023-Mei 2024, Garda Animalia menemukan, meski pedagang menggunakan akun anonim, di antara mereka ternyata saling kenal.

Para akun anonim itu juga tak segan memposting bukti transferan burung.

Namun, menurut Hairul, kalau burung dijual di Facebook, pembeli biasa transfer tanda jadi awal. Usai burung diambil langsung dikasih tunai.

“Biasanya begitu, saya alami,” ujarnya.

Dia menambahkan, kalau burung dijual di Facebook sebanding dengan tenaga saat berburu. “Melalui perantara untung kita sedikit, tidak menutupi biaya pembelian bekal selama berburu,” jelasnya.

***

Laporan ini merupakan kolaborasi Gardaanimalia.com, Jaring.id, Mongabay.co.id, Tempo, Zonautara.com, Kalesang.id. Liputan ini berupaya mengungkap perdagangan ilegal satwa endemik Wallacea dan Papua dari dalam negeri hingga mancanegara. Liputan ini didukung dan didanai Garda Animalia lewat program Fellowship Bela Satwa Project 2023. 

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments