Gardaanimalia.com - Setidaknya ada tiga gunung di Pulau Jawa yang menjadi favorit para pendaki, yaitu Gunung Gede Pangrango, Gunung Papandayan di Jawa Barat, dan Gunung Prau di Jawa Tengah.
Namun, di antara para pendaki ada yang tidak tahu bahwa ada bagian wilayah gunung itu yang merupakan habitat macan tutul jawa (Panthera pardus melas).
Kepala Balai Besar TNGGP Sapto Aji Prabowo pada Juni 2024 pernah mengungkapkan pada Kompas bahwa ada 24 macan tutul jawa dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Jawa Barat. Sapto menjelaskan, jumlah itu ideal dengan 15.000 hektare luas TNGGP.
Apakah pernah ada pertemuan antara macan tutul dengan para pendaki? Sapto mengatakan tidak pernah ada laporan pertemuan antara macan tutul dan pendaki.
“Andai misalnya bertemu di kawasan, hal yang pertama dilakukan adalah tenang, tidak panik. Tidak membuat gerakan yang dianggap mengancam si macan, karena ia akan bereaksi ketika ada gerakan yang mengancamnya,” kata Sapto.
Begitu juga dengan kawasan Papandayan, setidaknya terdapat sepuluh individu macan tutul tertangkap camera trap oleh survei Conservation International Indonesia, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, dan Chevron pada 2019.
Dari informasi yang terekam dalam kamera, macan tutul jawa berada pada ketinggian 1.114 – 2.635 meter di atas permukaan laut.
Sementara, konservasionis Agung Ganthar Kusumanto mengungkapkan bahwa kecil kemungkinan macan tutul bertemu pendaki di jalur pendakian resmi Papandayan.
Ia mengatakan, jalur pendakian Papandayan resmi hanya sampai Pondok Salada. Sementara, di sebagian jalur-jalur ilegal memang merupakan jalur macan tutul.
“Macan secara umum cukup menghindari terlihat langsung oleh manusia. Cukup sering sebenarnya manusia di jalur pendakian melewati macan tanpa sadar, karena macannya menyembunyikan diri,” ujar Agung kepada Garda Animalia.
Konservasionis lain yang bertugas di Gunung Prau, Bernard T. Wahyu Wiryanta, mengungkapkan bahwa salah satu kamera jebak Tim JWLS dipasang di jalur pendakian juga di puncak Gunung Prau di bukit Teletubies.
Berbeda dengan harimau yang cenderung menyerang manusia jika terancam, macan tutul jawa tidak menyerang manusia. Belum pernah ada laporan macan tutul jawa menyerang manusia. Mereka akan memilih menghindar dari manusia.
“Jadi kalau misal ketemu macan tutul, di hutan ya santai saja, misalnya takut macan tutul mendekat dan menyerang, bikin saja bunyi bunyian yang berikik seperti memukul mukul alat masak dari logam misalnya, membunyikan peluit, maka dia akan menyingkir. Tapi kalau ketemu, dan kebetulan kita membawa alat rekam, mending direkam dulu sebelum mereka kabur masuk hutan,” tutur Bernard kepada Garda Animalia.
Yang terjadi, Bernard malah pernah memergoki pemburu mengincar macan tutul di Gunung Sanggabuana pada 2002.
Dia mengikuti seorang pria yang di pundaknya bergantung senapan dorlok. Seekor macan tutul pernah ditemukan tewas di tangan pemburu, kata dia seperti dikutip dari Detik.
Jadi, siapa yang terancam di gunung, para pendaki (juga pemburu) atau macan tutulnya?