Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Terkena Jerat Pemburu, Orangutan Alami Luka hingga ke Tulang

1677
×

Terkena Jerat Pemburu, Orangutan Alami Luka hingga ke Tulang

Share this article
Satu individu orangutan terkena jebakan jerat pemburu berupa tali sepanjang empat meter di Kalimantan Barat. | Foto: Eksplora Republika
Satu individu orangutan terkena jebakan jerat pemburu berupa tali sepanjang empat meter di Kalimantan Barat. | Foto: Eksplora Republika

Gardaanimalia.com – Seekor orangutan ditemukan terluka akibat jebakan jerat yang dipasang pemburu di Dusun Pebahan Raya, Desa Pulau Kumbang, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.

Satwa dilindungi tersebut pertama kali ditemukan oleh warga Desa Pulau Kumbang di ladang pada Selasa (15/2), yang kemudian diinformasikan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Menindaklanjuti laporan, BKSDA menurukan tim Wildlife Rescue Unit (WRU) yang dibantu oleh Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Ketapang, Resort Sukadana.

Selain itu, dalam penyelematan orangutan, BKSDA juga melakukannya bersama Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi (IAR) Indonesia, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kayong Utara, dan Lembaga Pengelola Hutan Desa Pulau Kumbang.

Berdasarkan verifikasi lapangan, individu orangutan jantan dewasa yang diperkirakan berusia sekitar 15 tahun tersebut terjerat tali sepanjang empat meter yang menyebabkan luka di lengannya cukup parah.

Lebih lanjut, diungkapkan dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh tim medis IAR Indonesia bahwa luka akibat tali pemburu tersebut telah masuk ke dalam daging dan mengenai tulang dari orangutan.

Setelah dilakukan pemeriksaan, tim memutuskan untuk membawa orangutan ke klinik satwa liar di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi IAR Indonesia di Desa Sungai Awan Kiri, Ketapang.

Lokasi tersebut diketahui berjarak 6 jam perjalanan dari Desa Pulau Kumbang untuk dilakukan observasi dan diberikan perawatan lebih lanjut.

Sadtata Noor Adirahmanta, Kepala BKSDA Kalimantan Barat mengungkapkan apresiasi kepada masyarakat atas kesadaran dan kepeduliannya terhadap satwa liar, khususnya satwa dilindungi.

Hal itu, menurutnya terbukti melalui laporan yang disampaikan oleh warga kepada pihak berwenang dan tidak melakukan tindakan sendiri yang mungkin dapat membahayakan keselamatan warga dan satwa.

Terlebih, mengingat konflik yang masih sering terjadi antara manusia dan satwa liar, ujar Sadtata, sehingga semua harus siap memproduksi pola pikir baru terhadap kehidupan liar.

”Perlu dicari dan dirumuskan pola-pola penanganan baru yang bisa memberikan solusi jangka panjang/permanen atas semakin meningkatnya interaksi antara satwa liar dan manusia. Ke depan, manusia harus lebih siap dan bisa hidup ‘berdampingan’ dengan satwa liar,” pungkasnya, Rabu (23/2) dilansir dari Eksplora Republika.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments