Alasan Mengapa Tiong Nias Tak Boleh Punah

Gardaanimalia.com - Beo nias (Gracula robusta) atau juga dikenal sebagai tiong nias adalah satwa endemik yang hanya tersebar di Pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara. Maraknya perdagangan burung dilindungi ini membuat para pedagang memungutnya langsung dari habitatnya, sehingga eksistensi satwa endemik ini kian terancam. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis, Yoga Sutisna dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada penangkaran beo nias yang tercatat secara resmi di BKSDA.
Di Indonesia, beo nias masuk dalam jenis burung dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. P 106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. Sedangkan data Red List IUCN menetapkan status beo nias dalam kategori Endangered (EN) atau terancam, yang menjelaskan bahwa keberadaan satwa ini di alam liar berada dalam kondisi genting dan tengah menghadapi risiko kepunahan. Berikut adalah sejumlah alasan mengapa kita harus berusaha menghentikan kepunahan Beo Nias.
Aspek budaya
Jika dilihat dari aspek budaya, Indonesia merupakan negara yang sarat dengan budaya. Segala sesuatu yang melekat pada sebuah wilayah pasti memiliki nilai budayanya tersendiri, entah karena legenda maupun karena suatu peristiwa yang benar terjadi di daerah tersebut pada masa lampau. Begitu pula dengan hewan di Indonesia yang memiliki nilai budaya tersendiri.
Prof. Dr. Johan Iskandar, M.Sc., guru besar bidang etnobiologi Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran, menjelaskan bahwa bagi masyarakat Indonesia, hewan selalu berafiliasi dengan cerita rakyat tertentu. Seperti halnya pada masyarakat Baduy di Banten yang memiliki kepercayaan erat dengan burung, yang kerap kali disebut dengan Ratu Manuk.
“Pada umumnya di setiap etnik di Indonesia memiliki cerita rakyat yang berkaitan dengan jenis-jenis fauna. Misalnya, di masyarakat Baduy dikenal ada cerita tentang Ratu Manuk. Sayangnya, saya belum memiliki data tentang cerita rakyat di Kep. Nias tentang hal fauna, termasuk terhadap burung beo. Tapi, saya percaya setiap etnik di Indonesia memiliki pengetahuan lokal (local knowledge) atau pengetahuan ekologi tradisional (Traditional Ecological Knowledge) tentang burung,” terangnya.
Baca juga: Unik! Komodo Betina Dapat Bereproduksi Tanpa Satwa Jantan
Prof. Johan juga menjelaskan bahwa terdapat keterkaitan antara suatu mitos yang berhubungan dengan hewan tertentu dengan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Perilaku penduduk dapat terlihat jelas dari cara mereka memperlakukan satwa tersebut.
“Kajian saya tentang etnoornitologi di etnik Sunda menunjukkan banyak sekali cerita masyarakat Sunda yang berkaitan dengan burung. Berdasarkan cerita dan mitos penduduk, hal tersebut dapat memengaruhi perilaku penduduk. Misalnya, orang baduy sangat takut terhadap burung lok-lok. Pasalnya, burung tersebut ada kisah mitosnya memangsa orang (ngalok-lok jalma). Imbasnya secara kearifan ekologi, burung lok-lok dilindungi masyarakat karena diyakini adanya larangan membunuhnya, atau dalam bahasa Sunda disebut pantang/teu wasa. Hal serupa dapat terjadi di etnik lain di Indonesia," terangnya.
“Maka, dampak punahnya jenis burung di alam, seperti contohnya burung beo di Nias, konsekuensinya bakal hilang segala fungsi atau peranannya secara ekologi di dalam beserta fungsi sosial budaya yang dimilikinya,” pungkasnya mempertegas penjelasan bahwa akan ada konsekuensi dari punahnya beo Nias.
Kami pun mencoba untuk menghubungi Dinas Pariwisata Nias Barat untuk memperjelas mengenai kedudukan budaya yang dimiliki beo nias selaku satwa endemik Pulau Nias. Hanya saja sampai tulisan ini selesai ditulis, kami masih belum mendapatkan jawaban.
Fungsi di alam
Selanjutnya, eksistensi seekor hewan di dunia ini tentu saja dengan sebuah alasan yang jelas. Selain menjadi satwa endemik yang menjadi ciri khas suatu daerah, keberadaannya dalam rantai makanan tentu dapat memengaruhi keseimbangan ekosistem suatu lingkungan. Tiong nias bertugas sebagai seed dispersal atau penyebar biji-bijian di hutan sehingga proses regenerasi pohon-pohon di dalam hutan tetap terjaga.
Ketika ada suatu populasi yang menghilang dari sebuah ekosistem, maka hal buruk akan terjadi. Mulai dari populasi lain yang terlalu banyak hingga serangan hewan ke pemukiman warga sebagai buntut dari pencarian makanan yang baru.
Sayangnya, hal ini belum diindahkan masyarakat. Praktik lapangan etnoornitologi yang dilakukan Prof. Johan dan timnya membuktikan bahwa minat masyarakat yang tinggi membuat harga burung menjadi mahal, sehingga terus dicari pedagang untuk diperjualbelikan guna mendapatkan keuntungan materil yang menggiurkan.
Apa yang terjadi jika tiong nias punah?
Kami bertanya kepada Prof. Johan, jika suatu hari nanti tiong nias sungguh punah dari alam liar apa konsekuensi yang harus ditanggung umat manusia? Dengan runut Prof. Johan menjelaskan, kepunahan suatu jenis burung, termasuk burung beo nias, merupakan suatu kerugian luar biasa bagi umat manusia. Sekali punah jenis satwa itu, alam tidak bisa menciptakannya lagi, maka hilang pula berbagai manfaat ekologi, sosial, ekonomi dan budaya bagi masyarakat tentang jenis satwa tersebut.
Langkah kecil yang dapat kita lakukan untuk turut menjaga kelestarian beo nias adalah dengan meningkatkan kepekaan kita terhadap sekitar. Misalnya saja ketika melihat tindak kejahatan burung beo nias dalam bentuk perburuan, perdagangan, penyelundupan, dan termasuk kepemilikan satwa dilindungi ini di tempat yang bukan habitatnya, kita bisa melaporkannya dengan prosedur sebagai berikut:
Pertama, kita bisa menghubungi call center unit pelaksanaan teknis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) terdekat, menghubungi nomor Kantor KSDAE, atau melalui aplikasi Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (GAKKUM LHK). Selanjutnya, laporan akan diverifikasi sebelum dilakukan penindakan.

Warga Ditangkap Lantaran Jual Burung Beo Langka di Facebook
17/06/22
Alasan Mengapa Tiong Nias Tak Boleh Punah
24/08/21
Investigasi Perdagangan Beo Nias di Pasar Burung Sukahaji dan Facebook
09/04/21
Jual Orang Utan hingga Lutung, YI Ditangkap Polda Metro Jaya
28/01/21
Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar

Seri Macan Tutul Jawa: Agung Ganthar Kusumanto, Macan Tutul itu Keren!
![[Infografis] Hiu Tutul dan Kemunculannya di Jawa Timur](https://gardaanimalia.cloudapp.web.id/uploads/1744790117_ebae26a40ee2dbd50796.jpg)
[Infografis] Hiu Tutul dan Kemunculannya di Jawa Timur

Uji Lab Buktikan Keaslian Cula Badak asal Tiongkok yang Disita di Manado

Seri Macan Tutul Jawa: Mengamati Macan Tutul dari Prau sampai Sanggabuana

Hendak Jual Cula Badak dan "Kerupuk Udang", Empat Tersangka Diringkus Polisi

Orangutan Terpotret di Jendela Rumah di Thailand, Polisi Rencanakan Investigasi

Jejak Buaya Muara Pulau Bacan: Didagangkan Hidup-Hidup ke Negeri Singa

Puluhan Anak Penyu Belimbing Dilepas di Pantai Along, Aceh

FATWA: Evolusi Ubur-Ubur di Danau Kakaban

Gajah Mati di Sawah Warga, Kabel Listrik Ditemukan di Sekitar Lokasi

Berkarya dengan Visi: Merekam Kekerasan di Balik Topeng

FATWA: Taring Babirusa dapat Membunuh Dirinya Sendiri!

Bangkai Gajah Ditemukan di Perbatasan Kebun Sawit dan TN Gunung Leuser

Tiga Opsetan Tanduk Rusa Diamankan saat Arus Balik Mudik

Seorang Pria Paruh Baya Ditangkap setelah Ketahuan Berdagang Penyu

Macan Dahan yang Masuk Gudang di OKU sudah Dievakuasi
![Berpacu dengan Kepunahan [3]](https://gardaanimalia.cloudapp.web.id/uploads/1742879417_fd2dc5f16700a5b9fff5.jpg)
Berpacu dengan Kepunahan [3]
![Ambulans untuk Harimau Sumatera [2]](https://gardaanimalia.cloudapp.web.id/uploads/1742875241_b9bd802809c6c35df99a.jpg)
Ambulans untuk Harimau Sumatera [2]
![Bisnis Cuan Berbalut Kepahlawanan [1]](https://gardaanimalia.cloudapp.web.id/uploads/1742875243_39937082cc8949808434.jpg)
Bisnis Cuan Berbalut Kepahlawanan [1]
