Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Muncul di Perkebunan Sawit, Buaya Muara Ditangkap

712
×

Muncul di Perkebunan Sawit, Buaya Muara Ditangkap

Share this article
Buaya yang ditangkap di area perkebunan sawit Desa Muara Asam Asam, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut pada Sabtu (18/2/2023) siang. | Foto: Kusri/Tribun Kalteng
Buaya yang ditangkap di area perkebunan sawit Desa Muara Asam Asam, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut pada Sabtu (18/2/2023) siang. | Foto: Kusri/Tribun Kalteng

Gardaanimalia.com – Seekor buaya muara (Crocodylus porosus) berukuran empat meter berhasil diamankan dari daerah rawa dekat perkebunan sawit, pada Sabtu (18/2/2023).

Buaya ditangkap atas kerja sama petugas gabungan dan warga Desa Muara Asam Asam, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Satwa ini sebelumnya ditemukan warga saat masuk ke area perkebunan sawit, tepatnya di belakang SMPN 4 Jorong.

Dilansir dari Tribun News, kemunculan satwa liar di daerah rawa dekat kebun sawit dikarenakan tempat tersebut sering menjadi lokasi membuang bangkai. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Desa Muara Asam Asam, Yahrudun.

“Di rawa itu informasinya sering menjadi tempat orang membuang ayam yang mati. Nah, mungkin itu yang kemudian mengundang buaya datang,” ujarnya.

Buaya Muara Sering Muncul, BKSDA: Memang Habitatnya

Seperti diketahui, akhir-akhir ini hewan bersisik itu sering terlihat oleh warga, termasuk warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai.

Kepala BKSDA Kalsel, Mahrus Aryadi menjelaskan, buaya di Desa Muara Asam Asam itu sejatinya merupakan penghuni sungai tersebut.

Tempat itu merupakan habitat buaya yang ada di Kalsel untuk berkembang biak, kata Mahrus saat dihubungi Garda Animalia melalui telepon, Senin (20/2/2023).

“Jadi memang di situlah habitat mereka sudah dari dulu. Melihat sering muncul di tengah warga itu adalah hal biasa. Oleh karenanya, masyarakat tidak perlu panik”.

Penyebab lain mengapa buaya di desa itu sering muncul adalah faktor alami. Biasanya, dikarenakan salah satu satwa melata di sana kalah bersaing dengan sejenisnya.

Selain itu, kata Mahrus, ada kemungkinan terjadi pergeseran habitat tempat mereka mencari pakan. Dari situ, tidak menutup kemungkinan perlahan mereka mencari tempat lain untuk mendapatkan makanan.

Cegah Konflik, Upaya Sosialisasi Dilakukan

Dalam upaya menghindari terjadinya konflik antara satwa seperti buaya muara dengan manusia, pihak BKSDA Kalsel terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat.

Di antaranya dengan memberikan papan imbauan di bantaran sungai yang dianggap tempat para buaya tinggal.

“Jadi papan imbauan kita pasang agar mereka mengetahui tempat rawan buaya. Apalagi untuk yang suka memancing ikan, harus bisa lebih berhati-hati,” ucapnya.

Dirinya menjelaskan, kita tidak bisa mengusir mereka dari habitatnya. Untuk itu, ada waktu yang tepat jika masyarakat ingin beraktivitas dengan aman, yaitu pagi hingga sore hari.

Apabila lewat waktu tersebut, semua buaya sudah mulai beraktivitas. Seperti diketahui, Sungai Muara Asam Asam merupakan salah satu tempat yang paling banyak ditemukan reptil tersebut.

Ilustrasi, buaya muara dengan nama latin Crocodylus porosus. | Foto: Wikipedia
Ilustrasi, buaya muara dengan nama latin Crocodylus porosus. | Foto: Wikipedia

Kendati belum diketahui persis jumlah populasinya oleh BKSDA Kalsel, tetapi dipastikan hampir semua buaya yang ada di sana merupakan buaya muara.

Mahrus menerangkan bahwa satwa dilindungi yang ditangkap itu kemungkinan berada di luar kawasan konservasi hutan lindung. Namun, Ia mengatakan hal itu tetap menjadi tugas BSKDA.

“Setiap temuan baik di dalam maupun di luar kawasan itu masih tanggung jawab kami, terlebih menyangkut soal satwa. Tujuannya agar tidak terjadi konflik dengan masyarakat,” terang Mahrus.

Tak Ada Penangkaran Buaya di Kalsel

Dirinya menambahkan, sejauh ini masih belum ada tempat penangkaran khusus buaya di Kalsel. Meski demikian, tindakan lebih lanjut juga telah pihaknya lakukan terhadap satwa yang diserahkan ke BKSDA.

“Kita memang belum ada penangkaran buaya. Namun, ada yang namanya lembaga konservasi yang bisa untuk titip merawat buaya. Jadi kalau kami menemukan yang cacat atau sulit bersaing lagi di habitat aslinya, terpaksa kita titipkan yaitu di Lembaga Taman Satwa Jhonlin Lestari di Tanah Bumbu,” ungkapnya.

Koordinator Conservation Action Network (CAN) Indonesia, Naya Mida mengungapkan hal yang sama dengan Mahrus. Menurutnya, sungai di daerah Desa Muara Asam adalah salah satu habitatnya.

“Jadi memang di sekitaran sungai yang ada di Kalsel hampir banyak dihuni buaya. Seperti di daerah tersebut, itu juga habitat buaya,” terang Naya kepada Garda Animalia, Senin (20/2/2023).

Naya tidak menampik, buaya yang sudah mulai muncul ini dikarenakan sedang mencari makan ke wilayah lain. Hal ini dikarenakan makanan sudah mulai berkurang di habitat aslinya.

“Lebih pentingnya tidak merusak habitat tempat mereka untuk berkembang biak,” ungkapnya.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments