Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Satwa Liar Kembali saat Tambang Batu Berhenti

583
×

Satwa Liar Kembali saat Tambang Batu Berhenti

Share this article
Cekakak sungai (Todiramphus chloris), salah satu burung liar yang ditemukan oleh tim SWR ketika melakukan monitoring di daerah bekas tambang Gunung Sirnalanggeng, Pegunungan Sanggabuana, Karawang. | Sumber: SWR/Kompas
Cekakak sungai (Todiramphus chloris), salah satu burung liar yang ditemukan oleh tim SWR ketika melakukan monitoring di daerah bekas tambang Gunung Sirnalanggeng, Pegunungan Sanggabuana, Karawang. | Sumber: SWR/Kompas

Gardaanimalia.com – Banyak satwa liar kembali ke Gunung Sirnalanggeng di kawasan Pegunungan Sanggabuana setelah tambang batu andesit milik PT Atlasindo Utama berhenti beroperasi.

Hal ini diutarakan oleh salah satu personel Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) Komarudin yang melakukan monitoring untuk mendata spesies satwa yang berada di lokasi tersebut.

pariwara
usap untuk melanjutkan

“Kami mendapat puluhan jenis burung, beberapa merupakan satwa dilindungi,” katanya, Selasa (28/11/2023) dilansir dari Kompas.

Hasil monitoring tersebut mencatat keberadaan kelompok primata yang terdiri dari lutung jawa (Trachypithecus mauritius) dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Sementara, dari kelompok burung, tim menemukan elang brontok (Nisaetus cirrhatus), elangular bido (Spilornis cheela), dan punai pengantin (Treron griseicauda).

Selain itu, terdapat juga cekakak sungai (Todiramphus chloris), cekakak jawa (Halcyon cyanoventris), dan kirik-kirik senja (Merops leschenaulti).

“Selain sering terlihat kucing hutan (Prionailurus bengalensis) juga ditemukan jejak karnivora besar macan tutul jawa (Panthera pardus melas),” ujarnya.

Mengutip Karawang Bekasi Disway, Komarudin mengatakan, pihaknya belum memasang kamera trap untuk merekam satwa yang ada, terutama jenis kucing besar di Sirnalanggeng.

Di antara satwa-satwa tersebut, elang brontok, elangular bido, kucing hutan, dan macan tutul jawa termasuk satwa yang dilindungi dalam Permen LHK Nomor P.106 Tahun 2018.

Di samping monitoring, Ia juga melakukan pemasangan plang adopsi sarang burung milik Panglima Kostrad yang beberapa waktu lalu ikut kegiatan penanaman 1000 pohon di wilayah Pegunungan Sanggabuana.

“Masyarakat yang monitoring dengan menjaga sarang mendapat biaya operasional dari Pangkostrad,” tambah Komarudin.

Belum Ada Rehabilitasi Tambang

Sementara itu, aktivis lingkungan Karawang Eris Suhendra mengatakan bahwa wilayah Sirnalanggeng memang habitat banyak satwa liar.

Ketika perusahaan datang untuk melakukan penambangan, banyak masyarakat yang melakukan aksi penolakan.

“Jadi, setelah elemen masyarakat melakukan penolakan dan gugatan atas kegiatan penambangan di Sirnalanggeng dan berhenti beroperasi. Ya, sekarang banyak satwa yang kembali dan berbiak di Sirnalanggeng,” ungkapnya.

Namun, Eris menyayangkan karena lokasi bekas galian belum direhabilitasi. Menurutnya, hal tersebut merupakan tugas dari PT Atlasindo Utama selaku pengelola tambang.

Pengelola tambang umumnya memberikan deposit ke kas negara yang digunakan untuk menjalankan rehabilitasi jika pihak pengelola tambang tidak mampu melakukan kegiatan tersebut.

Tetapi, lanjutnya, jika tidak segera direhabilitasi terutama yang di lahan Perum Perhutani, pihaknya bersama SCF dan beberapa elemen masyarakat akan bertindak.

“Akan mengajak Perum Perhutani untuk merehabilitasi hutan di Sirnalanggeng, supaya daya dukung kawasannya untuk satwa liar meningkat,” imbuh Eris.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments