Sisi Lain dari Kisah Burung Kakatua

3 min read
2021-10-19 13:18:18
Iklan
Belum ada deskripsim Lorem ipsum dolor sit amet, corrupti tempore omnis esse rem.



Gardaanimalia.com - Burung kakatua adalah jenis burung paruh bengkok. Ia tergolong ke dalam suku Psittacidae dan marga Cacatua. Burung ini terbilang pintar dan punya kemampuan untuk beradaptasi secara baik dengan manusia. Termasuk dapat menirukan perkataan manusia.

Makanan utama burung kakatua adalah biji-bijian berukuran besar, serta keras. Lain daripada itu, ia juga suka makan buah-buahan, pun tunas daun.

Akan tetapi, kehidupan burung yang memiliki bulu indah ini tidak selalu semenawan bentuknya. Berikut sisi lain dari kisah burung kakaktua yang perlu Sobat satwa ketahui:

Hewan yang Sering Diselundupkan Hingga Nyaris Mati


Burung kakaktua merupakan salah satu spesies burung paruh bengkok yang keberadaannya kini tinggal sedikit di alam. Banyaknya perdagangan dan penangkapan burung jenis beo ini tentu berisiko terhadap kelangsungan hidupnya di masa depan.

Apabila ancaman ini terus berlangsung, maka generasi akan datang mungkin saja tidak dapat lagi menyaksikan keindahan dan kicau burung kakatua.

Burung kakatua termasuk jenis yang banyak diperdagangkan dan diminati karena bentuknya yang indah. Dikutip dari mongabay.id, sebanyak 24 kakatua jambul kuning diselundupkan ke Surabaya melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, meskipun akhirnya berhasil digagalkan.

Hal tersebut diketahui pihak Polres Pelabuhan Tanjung Perak saat pelaku baru turun dari kapal KM Tidar jurusan Papua-Makasar-Surabaya-Jakarta, Senin (04/05/2015).

Kasubbag Humas Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya AKP Lily Djafar mengatakan, penangkapan pelaku penyelundupan kakatua ini setelah petugas kepolisian mendapati penumpang membawa 2 ekor burung yaitu kakatua jambul kuning dan bayan hijau.

"Ketika itu burung dimasukkan ke dalam botol air mineral. Sesudah dilakukan diinterogasi dan pencarian, akhirnya ditemukan 22 ekor lainnya di atas kapal dalam kondisi ditempatkan pada botol sejenis," jelasnya.

Masih di lokasi yang sama. Kali ini dilansir dari jawapos.com. Penyelundupan 133 burung dilindungi dan langka dari Sulawesi Selatan ke Surabaya ini digagalkan oleh aparat gabungan Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Balai Karantina Pertanian, dan BKSDA Jatim.

Dari ratusan ekor burung tersebut, beberapa di antaranya dipastikan adalah satwa dilindungi oleh Undang-Undang yakni kakatua jambul kuning dan kakatua jambul putih. Pun beberapa ekor burung bayan hijau dan merah.

Menurut keterangan lipi.go.id, perdagangan satwa ini tiap tahunnya cenderung meningkat. Di pasar burung lokal diperdagangkan burung Cacatua galerita dengan harga Rp750 ribu, Cacatua goffini Rp250 ribu, dan Cacatua moluccensis Rp1,25 juta. Kian bertambah langka suatu satwa, maka harganya juga akan semakin mahal.

Menjadi Saksi Pembunuhan Sadis di Amerika


Pada 2016 silam, seekor burung kakatua abu-abu afrika menjadi saksi kunci pembunuhan sadis di Ensley, Amerika Serikat.

Usai burung kakatua bernama Bud itu berkoak Don’t f**king shoot atau Jangan tembak!.
Ayah korban yakin kakatua itu menirukan kata terakhir korban. Senada dengan itu, istiri korban juga mengakui bahwa burung itu dapat menirukan perkataan orang di sekitar termasuk perkataan kotor.

Ditahan oleh Kepolisian India


Seekor burung kakatua ditahan oleh Kepolisian India usai seorang wanita membuat laporan polisi tentang perilaku buruk hewan tersebut.

Burung kakatua bernama Hariyal itu ditahan karena mengeluarkan kata-kata kotor kepada wanita tersebut. Diduga itu masalah perebutan harta warisan, di mana anak tirinya mengajari Hariyal berkata yang tidak baik.

Selama dua tahun wanita itu dihina oleh burung kakatua milik anak tirinya dan sudah tiga kali ia membuat laporan kepolisian. Sementara polisi menyelidiki kasus ini, burung kakatua itu ditahan dan diserahkan ke Departemen Kehutanan dan Margasatwa India.

Mudah Terinfeksi Penyakit


Sama seperti halnya monyet, memelihara burung juga memiliki risiko tertular penyakit, yaitu terserang Psittacosis atau Parrot fever.

Burung dengan jenis semacam kakatua, beo, macaw dan parkit mudah terinfeksi bakteri bernama Chlamydophila psittaci dan bisa menularkan ke manusia.

Bakteri bisa masuk ke dalam tubuh melalui udara. Apabila manusia menghirup udara yang sudah tercemar dengan kotoran burung terinfeksi, bahkan saat burung tersebut tidak menunjukkan gejala sakit, manusia bisa saja jadi terinfeksi.

Gejala yang akan dialami orang terinfeksi bakteri ini yaitu timbulnya demam, meriang, nyeri otot, dan batuk kering. Kalau sudah begini, cepat-cepat periksakan ke dokter saja ya Sob.

Nah oleh karena itu, maka sebaiknya kita tidak mengganggu kebebasan satwa di alam liar. Selain agar terhindar dari burung terinfeksi, penangkapan dan perdagangan kakatua juga mengancam kelangsungan hidupnya lho Sobat.

Tags :
kakatua
Writer:
Pos Terbaru
Tiga Ekor Kanguru Tanah Diselundupkan di Pelabuhan Jayapura
Tiga Ekor Kanguru Tanah Diselundupkan di Pelabuhan Jayapura
Berita
09/05/25
Telaga Paring, Orangutan yang Terjebak Banjir Besar di Kalteng Berhasil Dilepasliarkan
Telaga Paring, Orangutan yang Terjebak Banjir Besar di Kalteng Berhasil Dilepasliarkan
Berita
09/05/25
Sebelum Indonesia Merdeka, Ternyata Trenggiling Sudah Jadi Satwa Dilindungi
Sebelum Indonesia Merdeka, Ternyata Trenggiling Sudah Jadi Satwa Dilindungi
Berita
09/05/25
Tiga Individu Baru Badak Jawa Terdeteksi di Ujung Kulon
Tiga Individu Baru Badak Jawa Terdeteksi di Ujung Kulon
Berita
06/05/25
Ternyata Amir Simatupang Pernah Tawarkan Taring Harimau Seharga Rp50 Juta
Ternyata Amir Simatupang Pernah Tawarkan Taring Harimau Seharga Rp50 Juta
Berita
06/05/25
Kabar Baik, Dua Ekor Harimau Lahir di Suaka Barumun!
Kabar Baik, Dua Ekor Harimau Lahir di Suaka Barumun!
Berita
06/05/25
Hampir setiap Malam Beruang Madu Berkeliaran di Kabupaten Abdya
Hampir setiap Malam Beruang Madu Berkeliaran di Kabupaten Abdya
Berita
05/05/25
WN Tiongkok jadi Tersangka Perdagangan Cula Badak di Manado
WN Tiongkok jadi Tersangka Perdagangan Cula Badak di Manado
Berita
02/05/25
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung
Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung
Berita
02/05/25
Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan
Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan
Berita
02/05/25
Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI
Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI
Berita
02/05/25
Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam
Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam
Berita
30/04/25
Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU
Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU
Berita
30/04/25
Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa
Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa
Liputan Khusus
29/04/25
Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana
Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana
Berita
29/04/25
Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka
Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka
Berita
28/04/25
Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun
Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun
Berita
28/04/25
Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet
Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet
Berita
27/04/25
Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan
Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan
Berita
26/04/25
Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah
Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah
Berita
25/04/25