Teka-Teki Keberadaan Baza Hitam si Predator Cilik

Arifa
3 min read
2025-03-21 08:28:04
Iklan
Baza hitam (Aviceda leuphotes) sedang terbang. | Foto: singaporebird.com

Gardaanimalia.com - Ngomongin soal burung pemangsa, siapa sosok yang langsung terlintas di benak teman-teman? Apakah elang, burung hantu, atau alap-alap?

Ketiga nama tersebut memang sangat familiar di telinga kita. Namun, perlu kalian ketahui masih ada satu jenis burung pemangsa yang keberadaannya sangat misterius di Indonesia. Ya, betul, seperti nama yang tertera di judul artikel ini, sosok tersebut ialah baza hitam.

Layaknya burung pamangsa pada umumnya, baza hitam termasuk bagian dari keluarga Accipitridae.

Satwa dengan nama ilmiah Aviceda leuphotes ini berada dalam genus Aviceda bersama dengan spesies baza lainnya, seperti baza jerdon (Aviceda jerdoni) dan baza pasifik (Aviceda subcristata). Ketiganya dilindungi di Indonesia berdasarkan Permen LHK Nomor P.106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. 

Predator Berukuran Cilik


Baza hitam sedang bertengger. | Foto: Bird Count India 


Baza hitam atau yang dalam bahasa Inggris biasa dikenal dengan nama black baza memiliki ukuran tubuh yang tergolong kecil.

Panjang tubuhnya berkisar 30 sampai 35 sentimeter, dengan rentang sayap mencapai 66 sampai 80 sentimeter, dan berat sekitar 168 sampai 224 gram. 

Saat bertengger, jambul tegaknya yang mencolok serta pola warna kontras menjadikannya mudah dikenali dan mudah dibedakan dari spesies lain. Sedangkan pada saat terbang, burung pemangsa ini cenderung mengatupkan jambulnya.

Burung jantan memiliki ciri khas berupa bulu putih pada bagian scapulars (tulang belikat) serta sebagian bulu sekunder.

Sementara itu, betinanya hanya memiliki warna putih pada skapular dan menampilkan lebih banyak pita berwarna cokelat kemerahan di bagian bawah tubuh dibandingkan dengan jantan yang memiliki lebih sedikit pola serupa.

Pemburu Lincah dengan Kebiasaan Unik


Baza hitam sedang merentangkan sayapnya di angkasa. | Foto: Mike Prince/Wikimedia Commons


Saat berada di udara, baza hitam sekilas mirip burung gagak. Mereka sering terlihat terbang dalam kelompok kecil atau bahkan kawanan besar, terutama saat musim migrasi.

Sebagai predator, baza hitam mengandalkan kelincahannya dalam menangkap mangsa. Mereka berburu serangga dengan menerkam langsung dari udara atau mengambilnya dari dedaunan menggunakan kaki mereka.

Tak jarang, mereka juga menyergap burung kecil seperti kicuit dengan terjangan cepat ke arah kawanan. 

Selain berburu sendiri, baza hitam juga diketahui bergabung dalam kelompok burung dari berbagai spesies saat mencari makanan. Uniknya, meskipun dikenal sebagai pemangsa, mereka juga memakan buah kelapa sawit.

Tak hanya perilakunya yang menarik, baza hitam juga memiliki ciri fisik yang khas. Paruh bagian atasnya memiliki dua lekukan kecil seperti gigi yang merupakan ciri khas burung dalam genus Aviceda

Suara baza hitam terdengar seperti "chu-weep". Beberapa deskripsi lain menyebutkan suaranya mencicit lembut atau berisul melengking yang mirip dengan burung camar.

Salah satu fakta menarik lainnya adalah burung ini memiliki aroma yang tidak sedap, sering digambarkan seperti bau serangga tertentu.

Keberadaan yang Misterius di Indonesia


Baza hitam sedang bertengger di antara dedaunan. | Foto: Renjusplace/Wikimedia Commons


Pengamat Burung Amatir, Asman Adi Purwanto, menuliskan dalam blog pribadinya bahwa keberadaan baza hitam di Indonesia masih menjadi teka-teki.

Burung pemangsa kecil ini hanya tercatat dalam beberapa perjumpaan di wilayah Jawa dan Sumatra, membuat informasi tentang keberadaannya di Indonesia sangat terbatas.

Salah satu catatan penting datang dari Bas van Balen, seorang ahli burung yang dihormati di Indonesia. Pada tahun 1984, ia menulis laporan singkat tentang perjumpaannya dengan baza hitam di kawasan Bogor. 

Selain itu, dalam Symposium Asian Raptor 2006 di Malaysia, Wishnu Sukmantoro juga melaporkan adanya individu baza hitam yang terlihat di Gunung Merapi dan Taman Nasional Kerinci Seblat pada 2001. Meski begitu, data lebih lanjut tentang penyebaran dan jumlah mereka masih minim.

Secara umum, baza hitam berkembang biak di hutan gugur terbuka atau hutan hijau sepanjang tahun, termasuk kawasan hutan sekunder dan daerah yang didominasi bambu.

Mereka cenderung memilih area dekat sungai atau daerah dengan banyak celah terbuka. 

Di luar musim kawin, mereka dapat ditemukan di berbagai habitat lain, seperti hutan bakau, perkebunan, taman, sawah, hingga lahan pertanian yang dikelola manusia.

Meskipun populasinya diperkirakan menurun, baza hitam masih dikategorikan sebagai least concern atau risiko rendah oleh IUCN Red List.

Hal ini dikarenakan jangkauan penyebaran mereka yang sangat luas, berada di Asia Selatan dan Asia Tenggara, sehingga tidak memenuhi kriteria spesies yang rentan terhadap kepunahan. 

Namun, tren penurunan populasi tetap menjadi perhatian, terutama karena perubahan lingkungan dan berkurangnya habitat alami mereka.


Sumber:

  1. Black Baza. Thai National Parks
  2. 5 Fakta Baza Hitam, Burung Pemangsa yang Eksotis. IDN Times 
  3. Baza Hitam, Pengembara yang Misterius di Indonesia. 4 Raptor
  4. Black Baza. International Union for Conservation of Nature

Tags :
baza hitam Aviceda leuphotes burung migran predator
Writer: Arifa