Tiga Hari Perangkap Terpasang, BKSDA Ceritakan Tantangan Mengevakuasi Beruang Madu

Gardaanimalia.com - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah (Kalteng) pasang dua perangkap dalam upaya mengatasi konflik beruang madu dan warga Gang Burnia Raya, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Senin (19/8/2024) lalu.
Komandan Pos Jaga Sampit BKSDA Kalteng Muriansyah menjelaskan bahwa pemasangan dilakukan sekitar pukul 09.00 sampai 12.30 WIB.
"Dua personil Resor Sampit melakukan pemasangan dua unit perangkap beruang madu dengan umpan buah nanas dan gula merah," ucapnya.
Pemasangan perangkap juga dilakukan bersama Komunitas Reptil Sampit dan warga yang melaporkan kemunculan mamalia tersebut.
Muriansyah mengatakan, pemasangan dua unit perangkap itu berdasarkan laporan warga yang melihat beruang dewasa dan anakan.
"Kenapa sekaligus dipasang dua buah perangkap? Karena dilaporkan ada beruang yang berukuran besar dan berukuran sedang," tutur Muriansyah.
Namun, hingga pagi hari ini, Rabu (21/8/2024), belum ada tanda-tanda kemunculan beruang.
Tantangan Mengevakuasi Beruang Madu
Muriansyah kemudian menjelaskan, pemasangan perangkap untuk beruang memang membutuhkan waktu yang lama.
"Pemasangan perangkap biasanya berlangsung lama, bisa bulanan," ucapnya kepada Garda Animalia, Rabu (21/8/2024).
Sulitnya memerangkap satwa bernama latin Helarctos malayanus karena satwa selalu berpindah-pindah dan memiliki penciuman yang sangat kuat.
"Satu minggu setelah dipasang perangkap, beruang biasanya tidak akan datang, walaupun sebelum dipasang perangkap, pelapor menginformasikan setiap malam beruang datang," sambungnya.
Muriansyah juga menambahkan bahwa lokasi pemasangan perangkap yang dipilih merupakan jalur atau jalan beruang.
"Dan saat pemasangan perangkap, harus sedikit mungkin aktivitas pergerakan di lokasi tersebut. Semakin banyak pergerakan, semakin banyak pula jejak bau yang ditinggalkan, dan ini akan berpengaruh pada aktivitas beruang," tuturnya.
Selain itu, ia mengungkapkan perilaku satwa berambut hitam ini sudah berubah, terutama pada yang berusia remaja.
"Seharusnya beruang aktif di malam hari atau nokturnal. Di sini, di siang hari pun beruang bisa terlihat berkeliaran mencari makan. Kemarin, pukul 14.00 WIB, ada warga yang melapor bertemu beruang," terangnya.
Muriansyah sebut, serangan beruang pada tim yang bertugas juga rawan terjadi. Sebab, beruang madu sering berada di semak-semak sehingga menyulitkan tim mendeteksi posisinya.
"Kecuali ketika beruang ada di atas pohon, kita bisa melihatnya," tuturnya.
Kronologi Kemunculan Beruang
Sebelumnya, pada Jumat (16/8/2024), BKSDA mendapat laporan dari seorang warga bernama Burhan yang melihat kemunculan 5 ekor beruang, yang terdiri dari 2 beruang dewasa dan 3 anak beruang.
Atas laporan tersebut, keesokan harinya, Muriansyah bersama tim turun ke lokasi untuk melakukan observasi.
Selama observasi, tim menemukan tanda-tanda kemunculan beruang di lokasi yang dilaporkan Burhan.
"Dari pengamatan petugas di lokasi gangguan, terdapat tanaman yang rusak dan buah-buahan yang sudah dimakan, seperti nanas, kelapa dan sarang tawon,” ucap Muriansyah.
Selain itu, tim juga menemukan bekas sarang beruang madu dan cakarannya di sebuah pohon.
Sebelum datang kembali ke lokasi untuk memasang perangkap, tim memberikan arahan kepada pelapor dan keluarga terkait perilaku beruang madu.
"Mengingatkan untuk berhati-hati saat beraktivitas di luar rumah terutama saat malam hari, mengingat beruang itu nokturnal atau aktif di malam hari," pesan Muriansyah.
Peristiwa beruang madu mendekat ke area kebun, ladang, atau permukiman Muriansyah klaim selalu terjadi setiap tahun saat musim kemarau.
Penyebabnya adalah kekurangan makan dan minum di hutan, serta upaya satwa menghindari titik-titik api di hutan atau semak belukar.

Hampir setiap Malam Beruang Madu Berkeliaran di Kabupaten Abdya
05/05/25
Seekor Beruang Madu Terluka Akibat Jerat di Kawasan Konservasi Riau
11/03/25
Beruang Madu di Perkebunan, BKSDA: Itu Habitatnya
17/02/25
Masuk Permukiman di Sampit, Beruang Madu Diamankan ke Pangkalan Bun
04/10/24
Beruang Madu yang Berkonflik dengan Warga Talang Babungo telah Dievakuasi
28/09/24
Sempat Terkena Jerat, Seekor Beruang Madu Akhirnya Dilepasliarkan!
20/09/24
Seri Macan Tutul Jawa: Gunung Favorit Para Pendaki di Habitat Macan Tutul Jawa

Perdagangkan Siamang, Pelaku Ditangkap di Bojonggede

Tiga Ekor Kanguru Tanah Diselundupkan di Pelabuhan Jayapura

Telaga Paring, Orangutan yang Terjebak Banjir Besar di Kalteng Berhasil Dilepasliarkan

Sebelum Indonesia Merdeka, Ternyata Trenggiling Sudah Jadi Satwa Dilindungi

Tiga Individu Baru Badak Jawa Terdeteksi di Ujung Kulon

Ternyata Amir Simatupang Pernah Tawarkan Taring Harimau Seharga Rp50 Juta

Kabar Baik, Dua Ekor Harimau Lahir di Suaka Barumun!

Hampir setiap Malam Beruang Madu Berkeliaran di Kabupaten Abdya

WN Tiongkok jadi Tersangka Perdagangan Cula Badak di Manado

Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung

Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan

Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI

Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam

Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU

Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa

Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana

Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka

Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun

Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet
