Gardaanimalia.com – Indonesia yang cukup banyak memiliki rawa dan sungai menjadi tempat yang cocok untuk buaya bersarang dan berkembang biak. Tak heran jika Indonesia menjadi rumah bagi beberapa jenis buaya. Jika melihat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor Nomor P.106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, setidaknya ada empat jenis buaya dilindungi. Itu artinya penangkapan, perburuan, pemeliharaan, maupun pembunuhan terhadap keempat buaya ini tidak boleh dilakukan.
1. Buaya Irian (Crocodylus novaeguineae)
Buaya irian dikenal sebagai predator yang memiliki ciri umum mirip seperti buaya muara. Yang membedakan keduanya adalah warnanya. Buaya irian memiliki warna yang cenderung lebih gelap dibandingkan buaya muara. Untuk ukuran tubuh, predator ini memiliki panjangnya rat-rata 3,35 meter pada jantan dan 2,65 meter pada betina. Ukuran ini sedikit lebih kecil dibandingkan dengan buaya muara.
Ciri lain yang cukup mudah dikenali untuk membedakan buaya irian dengan jenis buaya lainnya ialah ukuran sisiknya yang cukup besar jika dibandingkan jenis lainnya. Di bagian belakang kepalanya, ada empat hingga tujuh sisik lebar yang melintang. Lalu, sisik besarnya juga terdapat pada bagian punggung dengan jumlah sekitar 8-11 lajur. Untuk sisik perut, buaya ini memiliki 23 hingga 28 deret dari depan ke belakang.
Perlu diketahui juga, buaya dilindungi ini merupakan hewan nokturnal yang artinya dia aktif pada malam hari. Satu lagi fakta unik dari buaya ini yakni kemampuannya dalam bertahan di air asin. Meski dapat beradaptasi dengan air asin, sejauh ini sangat jarang ditemukan buaya irian yang tinggal di perairan air asin.
Seperti namanya, buaya irian hidup di pedalaman Papua tepatnya di daerah air tawar seperti rawa, sungai, dan danau. Musim telurnya terjadi pada musim kemarau. Yang disayangkan, adalah telurnya masih banyak diburu sehingga jumlahnya terus berkurang. Buaya irian saat ini berstatus risiko rendah atau least concern menurut daftar merah IUCN.
2. Buaya Muara (Crocodylus porosus)
Buaya muara merupakan jenis buaya terganas jika dibandingkan jenis lainnya. Jenis buaya ini juga sering terlibat konflik dengan manusia. Selain itu, predator ini juga dikenal sebagai buaya terbesar dan terpanjang yang pernah tercatat. Buaya muara dapat tumbuh hingga mencapai 12 meter dengan berat 200 kilogram.
Dinamakan buaya muara karena buaya ini hidup di perairan sungai yang dekat dengan muara atau laut. Karena itu pula, buaya muara menjadi buaya air asin. Untuk wilayah persebarannya sendiri terbilang cukup luas dan menjadi yang terluas dibandingkan spesies buaya lainnya. Selain di Indonesia, satwa liar ini juga dapat dijumpai di Teluk Benggala (India, Sri Langka, dan Bangladesh) hingga Kepulauan Fiji.
Baca juga: Konten Satwa Eksotis di Youtube Tingkatkan Angka Perdagangan
Saat masa bertelur buaya betina dapat menghasilkan telur sebanyak 40 hingga 90 butir. Telur-telur itu akan menetas setelah dierami selama 90 hari. Tidak hanya masuk dalam daftar buaya dilindungi, binatang ini juga masuk daftar merah IUCN. Buaya jenis ini memiliki status konservasi risiko rendah.
3. Buaya Siam (Crocodylus siamensis)
Pernah dengar soal buaya siam? Ini merupakan jenis buaya yang ukurannya terbilang cukup kecil. Panjangnya rata-rata dua hingga tiga meter. Buaya ini memiliki gigir memanjang dan tampak jelas di bagian selang kedua matanya. Warnanya hijau tua kecoklatan pada bagian punggung. Oleh masyarakat Jawa, buaya ini dikenal dengan nama buaya kodok.
Habitat dari buaya siam berada di perairan yang cenderurng tenang dan berarus lambat seperti rawa, sungai di wilayah daratan, dan danau. Buaya siam tersebar Malaysia yaitu Sabah dan Serawak, Laos, Kamboja, Thailand, dan Vietnam. Sedangkan di wilayah Indonesia, buaya ini hanya terdapat di Jawa serta Kalimantan.
Buaya siam betina akan bertelur saat musim penghujan dengan banyak telur 20 sampai 80 butir setiap kali bertelur. Telur tersebut akan menetas setelah 80 hari. IUCN memasukkan buaya ini dalam status terancam kritis atau critically endangered.
4. Buaya Senyulong (Tomistoma schlegelii)
Buaya senyulong atau buaya sepit bukan merupakan anggota genus buaya sejati oleh karena itu nama latin dari buaya senyulong berbeda dengan tiga jenis buaya lainnya. Ukuran tubuhnya kecil dengan panjang maksimal hanya 3,5 meter. Buaya ini memiliki ciri khusus berupa moncong yang sempit dan runcing. Ada juga yang moncongnya melengkung ke atas. Buaya ini berwarna abu-abu dengan beberapa bagian tubuhnya yang berwarna kuning dan gelap.
Predator ini dapat ditemukan di sungai yang terletak di pedalaman Sulawesi, Sumatera, dan Kalimantan. Di daerah Sumatera bagian timur, buaya senyulong jumlahnya terus berkurang sekitar 30% sampai 40% dikarenakan adanya perburuan, penebangan, kebakaran, serta pembukaan lahan pertanian di daerah sungai. Populasinya yang semakin langka, membuat buaya ini masuk dalam daftar merah IUCN yang status rentan atau vulnerable.