Menjarah
Menjarah
Menjarah
Edukasi

Mengenal Monkeypox, Bermula Ditemukan di Monyet lalu Manusia

40
×

Mengenal Monkeypox, Bermula Ditemukan di Monyet lalu Manusia

Share this article

Gardaanimalia.com – Pada awal Agustus 2022, seorang pria berusia 27 tahun asal Indonesia pergi ke beberapa negara di Eropa—Belanda, Swiss, Belgia dan Prancis.

Nahas ketika pulang, sekujur tubuhnya merasa demam dan pembesaran kelenjar getah bening. Nyeri dan lemas tak perlu ditanya. Ditambah ruam-ruam kulit yang menyebar, seperti cacar[1]https://www.antaranews.com/berita/4276783/apakah-monkeypox-ada-di-indonesia.

Ia adalah penyintas pertama monkeypox di Indonesia. Setelah dirujuk ke salah satu rumah sakit milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, hasil tes PCR pada 19 Agustus 2022 menyatakan ia positif terjangkit virus monkeypox.

“Pasien dalam keadaan baik, tidak sakit berat, ada cacar atau ruam-ruamnya di muka, telapak tangan dan kaki. Tak perlu dirawat di rumah sakit, tapi cukup isolasi mandiri,” jelas Juru Bicara Kemenkes RI dr. Mohammad Syahril dalam keterangan persnya, 20 Agustus 2022 silam[2]https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20220820/3140968/kasus-monkeypox-pertama-di-indonesia-terkonfirmasi-2/.

Setelah itu, virus ini lantas menyebar di Indonesia. Data teranyar Kemenkes RI per 17 Agustus 2024, terdapat 88 kasus monkeypox.

Terkonfirmasi ada 59 kasus di DKI Jakarta, 13 kasus di Jawa Barat, 9 kasus di Banten, masing-masing 3 kasus di Jawa Timur dan DIY, serta 1 kasus di Kepulauan Riau.

Dari jumlah tersebut sebanyak 87 kasus dinyatakan sembuh. Sebanyak 54 di antaranya merupakan varian Clade IIB. Clade II ini mayoritas tersebar pada 2022.

“Dengan fatalitas lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual,” ujar Plh. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr. Yudhi Pramono.

Data distribusi kasus mpox di Indonesia pada 2022-2024. | Foto: sehatnegeriku.kemkes.go.id
Data distribusi kasus mpox di Indonesia pada 2022-2024. | Foto: sehatnegeriku.kemkes.go.id

Bukan Virus Baru

Monkeypox atau mpox ini merupakan cacar yang disebabkan oleh virus anggota genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae.

Untuk mengetahui bagaimana monkeypox ini ada, dalam sebuah kesempatan Garda Animalia mewawancarai seorang pakar dan dokter hewan yang berfokus kepada epidemiologi, drh. Farida Camallia Zenal, M.Sc namanya.

Ia bekerja di Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), di satu unit teknis yang bekerja dalam fokus pada kesehatan hewan dan masyarakat.

Wanita ini menerima kami dengan baik lewat pertemuan video daring. Dengan ramah, ia menjelaskan bahwa pada dasarnya monkeypox sebenarnya bukanlah virus yang baru-baru ini ditemukan.

Pada 1958 di Denmark, dalam sebuah riset, peneliti menemukan sebuah virus cacar yang sedikit berbeda dari virus cacar lainnya. Virus tersebut ditemukan di tubuh monyet sehingga disebut monkeypox atau cacar monyet.

Selanjutnya, kasus manusia pertama yang terdampak monkeypox terjadi pada 1970 di Republik Demokratik Kongo, Afrika Tengah.

Menurut riset, virus yang menjangkit orang itu cenderung mirip dengan virus yang ditemukan di monyet pada riset tahun 1958 Denmark.

Meski namanya monkeypox, ternyata virus ini juga ditemukan di satwa-satwa liar lain, seperti hewan-hewan kecil pengerat, tupai, atau tikus hutan.

“Yang pasti hewan dari keluarga pengerat dan juga non human primate atau hewan, seperti monyet dan kera.. Nah, itulah yang dianggap peka dan dapat membawa monkeypox ini,” jelas Farida.

Namun, menurut Farida, hingga saat ini belum ditemukan kasus penularan dari hewan ke manusia sejak 2022 monkeypox masuk ke Indonesia.

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) sebagai salah satu satwa pembawa virus monkeypox. | Foto: Garda Animalia
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) sebagai salah satu satwa pembawa virus monkeypox. | Foto: Garda Animalia

Risiko Penularan Monkeypox

Pada umumnya, penularan virus yang terjadi saat ini adalah dari manusia ke manusia, melalui kontak langsung cairan. Seperti keluarga cacar lainnya, jika ruam-ruam tersebut pecah akan sangat mudah menularkan virus ke orang lain.

Virus ini pada dasarnya memiliki varian ‘anak’ seperti Covid-19, yaitu omicron, alpha betha, dan lainnya. Monkeypox juga terbagi dua, yakni Clade I dan Clade II.

Clade I memiliki virulensi yang sangat tinggi dengan mortalitasnya hingga 10 persen. Sedangkan dalam Clade II hanyai 3,6 persen.

Di Indonesia, seperti di Thailand, yang beredar adalah Clade II. Karena mortalitasnya lebih rendah, ia cenderung memberikan rasa sakit yang tinggi, tetapi diiringi dengan risiko kematian yang lebih rendah pula.

“Gejala yang dialaminya seperti gejala cacar pada umumnya, dengan demam tinggi, ada ruam, ada blister-blister di area kepala, wajah dan kaki. Namun, setelah 13 hari penderita akan cenderung sembuh setelah diobati gejalanya,” jelas Farida.

Untuk diketahui, blister adalah kondisi kulit melepuh berupa benjolan yang berisi cairan.

Namun, seperti Covid-19, jika penderita mempunyai penyakit bawaan dan komorbid, seperti punya masalah soal imun, atau penyakit lain yang dapat memperberat gejala, maka monkeypox dapat menjadi sebab kematian.

Tak hanya kontak fisik, penularannya pun dapat melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh cairan monkeypox itu sendiri. 

“Kalau dari tatap-tatapan, ya enggak menular lah. Jika saya lagi sakit, ada orang berkunjung, tetapi tidak langsung bersentuhan, itu kemungkinan menularnya tetap ada. Namun, tidak besar. Tetapi kalau saya bersentuhan dengan yang kena monkeypox, apalagi ada sekresi atau cairan itu ke tempat duduk, dan saya duduki, itu bisa tertular,” jelasnya lagi.

Menurut Farida, virus ini juga menular melalui kontak seksual. Setelah melalui screening tertentu, ia menjelaskan bahwa kelompok yang beresiko tertular ada di populasi tertentu. 

“Melalui hasil monitoring, yang lebih beresiko untuk terkena monkeypox ini ada di populasi orang-orang tertentu,terutama di komunitas penyuka sesama jenis dan (yang) terkena HIV,” kata dia.

Sementara, penularan dari manusia ke hewan atau sebaliknya justru sangat kecil. Ia menjelaskan sejak 2022 di Indonesia, belum ada laporan terkait manusia yang tertular karena hewan. Penyebaran virus justru dari manusia ke manusia lain.

Tahapan kemunculan ruam akibat monkeypox. <yoastmark class=
Tahapan kemunculan ruam akibat monkeypox. Tahap 1: Makula, area kulit datar dan berubah warna. Tahap 2: Papula, bintik-bintik pada kulit yang lebarnya kurang dari satu sentimeter. Tahap 3: Vesikel, lepuh kecil yang berisi cairan pada kulit. Tahap 4: Pustula, luka atau lesi, radang, dan benjolan yang berisi nanah. Terakhir, tahap 5: Keropeng, kerak darah yang mengeras yang terbentuk di atas luka. | Foto dan keterangan: Mountsinai

Kesiapsiagaan Menghadapi Virus

Menurutnya, sejauh ini Indonesia telah siap siaga menghadapi virus ini, berbekal pengalaman Covid-19 dahulu.

Di antaranya adalah pemberian vaksin terhadap orang-orang yang berisiko tinggi, orang yang berkontak dengan pasien monkeypox, dan peningkatan kualitas laboratorium dalam menghadapi virus ini.

Di samping itu, dalam konteks manusia ke hewan atau sebaliknya, dilakukan monitoring terhadap satwa-satwa yang peka terhadap monkeypox menjadi hal yang diprioritaskan. Satwa-satwa pengerat yang mungkin diimpor dari luar negeri, khususnya dari negara-negara di Afrika Tengah dan Afrika Barat.

Kemudian, menjadi sorotan untuk hewan-hewan piaraan, seperti anjing. Meski dianggap tidak peka dengan monkeypox dan belum ada laporan terkait hewan piaraan yang terjangkit virus ini, Farida merasa perlu ada pemantauan lebih lanjut.

Sebab, anjing merupakan hewan piaraan yang dekat dengan manusia. Ia mencontohkan seperti pandemi Covid-19 silam, tidak sedikit hewan piaraan yang terjangkit Covid sebab tertular dari pemiliknya.

“Kemudian, melakukan tata laksana pengobatan yang baik, memberi antivirus, kemudian melakukan vaksinasi kepada orang orang yang dianggap beresiko. Juga memonitor bagaimana arus perdagangan dari hewan-hewan yang dianggap akan membawa virus ini,” terang Farida.

Ia juga memandang perlu untuk memberhentikan terlebih dahulu arus perdagangan satwa, khususnya dari negara-negara yang tinggi kasus monkeypox, untuk menahan laju penyebaran virus di Indonesia.

Satwa yang terkena monkeypox juga pasti menunjukan gejala. Bagi hewan pengerat, ia akan ada merah-merah di tubuhnya, ruam dan pustula seperti manusia terkena cacar. Ia juga akan cenderung tidak bergairah dan terdampak demam.

Jika seekor monyet terjangkit virus tersebut, gejalanya sama persis dengan gejala di manusia.

Ada pula beberapa satwa tertentu yang membawa virus monkeypox, tetapi tak memperlihatkan gejala, utamanya satwa-satwa pengerat liar. Namun, kasus tersebut baru ditemukan di Benua Afrika saja–sebab kasusnya masih berputar di sana.

Menghindari Paparan Monkeypox

Agar tidak terjangkit monkeypox, Farida menjelaskan bahwa kita bisa mulai dari menjaga kebersihan personal.

Bagi yang memelihara hewan piaraan di rumahnya, kandang dan alat-alat satwa mesti dibersihkan juga.

“Kurang lebih sama [dengan Covid]. Karena ia adalah virus, salah satunya adalah mencuci tangan pakai sabun, ditambah hand sanitizer (penyanitasi tangan). Pokoknya bagaimana mengurangi agar virus tidak masuk ke dalam tubuh kita,” terang Farida.

Selain itu, setelah menyentuh hewan, sebaiknya langsung mencuci tangan.

Ia menjelaskan, jika tangan kita sudah dalam keadaan bersih setelah mencuci tangan, penggunaan penyanitasi tangan akan mengoptimalkan matinya virus

“Tapi percuma kalo tangan kotor langsung disemprot hand sanitizer. Sama aja bohong. Tetap cuci tangan dahulu,” jelasnya.

0 0 votes
Article Rating

Referensi[+]

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments