Mengenal Orangutan, Si Kera Besar yang Terancam Punah
3 min read

Belum ada deskripsim Lorem ipsum dolor sit amet, corrupti tempore omnis esse rem.
Gardaanimalia.com - Siapa yang tidak kenal dengan Orangutan? Namun, mungkin tidak banyak yang sadar jika Orangutan merupakan satwa endemik Indonesia. Nah, sebagai orang Indonesia, kamu tentunya harus mengenal si kera besar satu-satunya di Asia ini.
Di Indonesia, ada tiga spesies Orangutan yaitu Orangutan sumatra (Pongo abelii), Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus), dan Orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis).
Selain habitat asalnya, ketiga spesien Orangutan ini memiliki beberapa perbedaan mendasar. Ayo kita lihat, apa saja sih perbedaannya!
Orangutan sumatra
Orangutan sumatra mungkin memiliki bentuk wajah yang paling 'familiar.' Para pejantan dewasa memiliki bantalan pipi yang menggelambir ke bawah dan dagu yang panjang. Dengan bentuk tersebut, wajah mereka menjadi lebih oval daripada jenis orangutan lainnya.
Tubuh mereka juga lebih kecil jika dibandingkan dengan Orangutan kalimantan. Orangutan sumatra yang sudah dewasa, biasanya memiliki bobot maksimal hinggal 90 kilogram saja.
Rambut mereka cenderung lebih panjang, tebal dan warnanya juga lebih terang. Mereka juga biasa hidup dengan bergelantungan di atas pohon karena tinggal di wilayah hutan hujan tropis yang didominasi pohon yang tinggi.
Sayangnya, saat ini primata pemakan buah-buahan ini sudah terancam punah. Menurut IUCN, selama 75 tahun terakhir populasi Orangutan sumatra telah berkurang sebanyak 80%. Diperkirakan, pada tahun 2019 lalu, Orangutan sumatra hanya tinggal 14.500 ekor saja sesuai data dari Orangutan Information Centre (OIC).
Orangutan kalimantan
Jika Orangutan sumatera memiliki rambut berwarna coklat terang-jingga, maka Orangutan kalimantan terkenal dengan rambutya yang berwarna lebih gelap dan kemerahan. Selain tubuh mereka yang hampir dua kali lipat lebih besar, Orangutan kalimantan juga memiliki wajah yang bulat karena bantalan pipi yang melebar.
Karena tubuhnya yang lebih besar, Orangutan kalimantan cenderung lebih suka melakukan aktivitas di tanah. Meski terkadang, mereka akan bergelantungan di dahan-dahan pohon hutan rawa gambut.
Makanan yang disukai primata asal kalimantan lebih variatif. Selain memakan buah-buahan, mereka juga sangat menyukai biji-bijian, pucuk daun, kulit pohon yang lunak, dan serangga.
Meski jumlah mereka lebih banyak daripada Orangutan sumatra, namun Orangutan kalimantan juga terancam dari kepunahan. Berdasarkan data Forum Orangutan Indonesia (Forina), saat ini diperkirakan jumlah Orangutan kalimantan hanya tinggal 57 ribu saja.
Orangutan tapanuli
Pada 2017 lalu, muncul kabar baik dari kawasan Batang Toru, Sumatera Utara. Seorang profesor di bidang Bio-antropoligi dari Australia Nation University, Anton Nurcahyo, berhasil menemukan spesies orangutan baru yang diberi nama Orangutan tapanuli.
Sebenarnya, Nurcahyo dan tim sudah memulai penelitian ini sejak 2003 lalu. Namun, mereka baru berhasil membuktikan jika genetik Orangutan tapanuli berbeda dengan dua spesies lainnya setelah 14 tahun kemudian.
Secara fisik, Orangutan tapanuli terkesan seperti perpaduan antara Orangutan sumatra dan Orangutan kalimantan. Wajahnya mirip dengan Orangutan kalimantan, namun bentuk tubuhnya lebih mirip dengan Orangutan Sumatra.
Yang membuat Orangutan tapanuli terlihat berbeda adalah rambutnya yang lebih lebat, keriting, dan memiliki kumis serta jenggot berwarna terang. Dengan rambut yang kusut dan suara yang lebih nyaring, orangutan Tapanuli ini benar-benar terlihat unik.
Sayangnya, ‘Si Bungsu’ ini justru nasibnya jauh lebih tragis daripada kedua kakaknya. Saat ini, diprediksi jumlah Orangutan tapanuli hanya tinggal 800 ekor saja. Populasi kecil ini tinggal dalam kawasan seluas 1.100 km2 di hutan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Apa sih yang membuat orangutan terancam punah di rumah sendiri?
Orangutan memang merupakan hewan khas Indonesia yang hanya bisa ditemukan di Indonesia. Namun, meski masih tinggal di ‘tanah sendiri,’ para orangutan itu justru menjadi korban ‘penjajahan’ manusia.
Hutan yang merupakan rumah mereka, kini banyak yang diambil alih oleh manusia untuk dijadikan ladang, perkebunan, hingga pertambangan. Banyak juga manusia tidak bertanggung jawab yang melakukan penebangan hutan liar.
Akibatnya, hutan menjadi semakin sempit. Keluarga orangutan yang tadinya bisa hidup tenang bersama anak-anaknya, kini menjadi terdesak. Dengan rumah yang sudah rusak dan pasokan makanan yang menipis, mereka terpaksa merangsek masuk ke ladang milik manusia.
Orangutan yang hanya ingin mencari makan itu pun dianggap sebagai hama oleh manusia. Pada akhirnya, para manusia yang menjajah wilayah hutan ini tak segan-segan memberikan hukuman keji dan membunuh orangutan. Sebagian masyarakat di daerah tertentu menjadikan Orangutan sebagai bahan makanan.
Padahal, Mereka memegang peranan penting bagi regenerasi hutan melalui buah-buahan dan biji-bijian yang mereka makan. Menurut Jurnal Ilmu Kehutanan, satu ekor Orangutan dapat menjelajah hutan seluas 0,7 - 26 hektar setiap harinya. Semakin luas daya jelajahnya, maka semakin terjaga keanekaragaman hayati di wilayah tersebut seperti yang dikatakan Sri Suci Utami Atmoko, Direktur Pusat Riset Primata UNAS.
Orangutan tercantum dalam Appendiks I Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Langka (CITES), yang berarti perdagangannya dilarang berdasarkan hukum internasional. Namun, ada permintaan lokal, nasional, dan internasional yang sangat besar untuk memelihara bayi orangutan sebagai satwa peliharaan. Kepemilikan Orangutan biasa dijadikan simbol status oleh para pemiliknya.
Kejamnya, para pemburu umumnya membunuh sang induk terlebih dahulu sebelum mengambil bayi orangutan untuk diperdagangkan. Harganya yang tinggi diduga menjadi salah satu faktor banyaknya perburuan dan perdagangan primata ini. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan satu ekor anak orangutan harganya dapat mencapai 30 ribu dolar AS atau setara Rp 400 juta di pasar internasional.
Orangutan bukan satwa yang bisa dipelihara di rumah. Sebab, 97 persen DNA yang mereka miliki sama dengan manusia. Sehingga, manusia dan orangutan bisa saling menularkan penyakit dengan mudah. Beberapa penyakit menular seperti Tuberkulosis, Hepatitis, Typhoid, bakteri, virus, maupun infeksi saluran pernafasan dapat ditularkan dari manusia ke orangutan atau sebaliknya.
Tags :
orangutan
Writer:
Pos Terkait

FOTO: Perbedaan Orangutan Tapanuli dan Orangutan Sumatera
19/03/25
BKSDA Kalteng Selamatkan Dua Orangutan dalam Dua Hari
26/02/25
Payang, Bayi Orangutan yang Diselamatkan dari Kejaran Anjing
18/02/25
Orangutan Viral di Kawasan Tambang Akhirnya Dievakuasi
17/02/25
Tiga Orangutan Kelaparan Mencari Makan di Kebun Sawit, BKSDA Lakukan Pemantauan
13/02/25
Kesalahan Penanganan Diduga Sebabkan Kematian Orangutan yang Tersengat Listrik
05/02/25Pos Terbaru

Seorang Pria Paruh Baya Ditangkap setelah Ketahuan Berdagang Penyu
Berita
26/03/25
Macan Dahan yang Masuk Gudang di OKU sudah Dievakuasi
Berita
26/03/25![Berpacu dengan Kepunahan [3]](https://gardaanimalia.cloudapp.web.id/uploads/1742879417_fd2dc5f16700a5b9fff5.jpg)
Berpacu dengan Kepunahan [3]
Liputan Khusus
25/03/25![Ambulans untuk Harimau Sumatera [2]](https://gardaanimalia.cloudapp.web.id/uploads/1742875241_b9bd802809c6c35df99a.jpg)
Ambulans untuk Harimau Sumatera [2]
Liputan Khusus
25/03/25![Bisnis Cuan Berbalut Kepahlawanan [1]](https://gardaanimalia.cloudapp.web.id/uploads/1742875243_39937082cc8949808434.jpg)
Bisnis Cuan Berbalut Kepahlawanan [1]
Liputan Khusus
25/03/25
Belasan Gajah Liar Masuk Sawah, Warga Berharap ada Solusi
Berita
25/03/25
Dua Opsetan Tanduk Rusa Diamankan di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon
Berita
24/03/25
Akan Dibawa ke Pulau Jawa, 34 Burung Diamankan di Sampit
Berita
24/03/25
FATWA: Komodo Malas Merantau!
Edukasi
24/03/25
Petugas Gabungan Sita 72 Satwa Dilindungi di Mimika
Berita
22/03/25
Buntut Konflik di Riau, Harimau Masuk Boxtrap untuk DIevakuasi
Berita
22/03/25
Teka-Teki Keberadaan Baza Hitam si Predator Cilik
Edukasi
21/03/25
Gakkum Beroperasi, Puluhan Tengkorak Satwa Liar jadi Barang Bukti
Berita
20/03/25
FOTO: Perbedaan Orangutan Tapanuli dan Orangutan Sumatera
Edukasi
19/03/25
Labi-labi Ditemukan di Pulau Bawean, BKSDA: Penting untuk Terus Dijaga
Berita
18/03/25
Sebanyak 5 Penyu Diamankan dari Penyelundupan, 1 dalam Kondisi Stres
Berita
18/03/25
FATWA: Satwa yang 'Bangkit dari Kepunahan'
Edukasi
17/03/25
BKSDA Turun Tangan Pantau Harimau yang Melintasi Kebun
Berita
17/03/25
Lima Peniaga Kulit dan Tulang Harimau Diciduk Polisi
Berita
17/03/25
Bangkai Paus Terdampar di Simeulue, Evakuasi Terkendala Kondisi Pantai
Berita
16/03/25Bacaan Populer
Baca berita terbaru seputar satwa liar di sini

1
Wajib Tahu! 13 Jenis Biawak Dilindungi di Indonesia
09/03/20
2
Pemilik Kura-kura Impor yang Ditangkap Tipidter Bareskrim Mabes Polri Dijerat UU Karantina Hewan
01/08/18
19677
3
Selundupkan Murai Batu ke Malaysia, Patrum Dihukum 3 Bulan Penjara dan Denda 100 juta
11/10/19
17109
4
5 Jenis Burung Takur Dilindungi di Indonesia yang Masih Diperdagangkan
15/04/21
16472
5
Sering Dianggap Sama, Inilah Perbedaan Rusa dan Kijang
03/08/21
14987
6
Kenali Jenis Otter yang Tidak Boleh Dipelihara di Indonesia
10/12/20
14693
7
Kejanggalan Penangkaran Harimau Benggala Milik Alshad Ahmad
14/01/20
14335
8
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P106 Tahun 2018
30/01/19
13756
9
Kenali 4 Jenis Ikan Belida yang Dilindungi
15/03/21
12675
10
Binturong, Musang Besar yang Menjadi Spesies Kunci Ekosistem
07/12/18
12251