Si Jambul dari Sulawesi, Fauna Ikonik yang Terancam Punah

Gardaanimalia.com - Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan aneka ragam fauna unik. Berbagai fauna endemik dilindungi tersebar di seluruh penjuru Indonesia dari Sabang hingga Merauke.
Di daratan Sulawesi, tinggal sekelompok satwa unik yang memiliki gaya rambut khas berjambul hitam. Masyarakat mengenalnya sebagai yaki. Dalam istilah ilmiah dinamakan Macaca nigra atau dikenal dengan nama kera hitam jambul sulawesi.((https://www.mongabay.co.id/2013/04/20/perburuan-marak-selamatkan-yaki-si-monyet-hitam-sulawesi/amp/))
Yaki menjadi salah satu dari tujuh spesies Macaca yang hidup di Sulawesi. Menambah nilai keistimewaan yaki, satwa ini hanya bisa ditemui di Sulawesi Utara saja dari seluruh penjuru dunia.
Spesies kunci ini tersebar di hutan primer tepatnya sebagian kecil pecahan hutan di Sulawesi Utara, yaitu Cagar Alam Tangkoko, Bitung, dan beberapa hutan lindung Sulawesi Utara lainnya.((https://faunatis.com/fakta-menarik-yaki-monyet-hitam-dari-sulawesi))
Dibandingkan dengan spesies Macaca lain di Sulawesi, yaki memiliki tubuh yang cukup besar dengan tinggi sekitar 44 sampai 60 sentimeter dan berat badan sekitar 7 sampai 15 kilogram.
Satwa ini identik dengan jambul serta bulu hitam legam yang menyelimuti tubuhnya. Bagian bokong yaki berwarna merah muda dengan bentuk hati yang dikenal sebagai ischial callosities. Spesies Macaca ini terlihat sangat mencolok dan ikonik.((https://faunatis.com/fakta-menarik-yaki-monyet-hitam-dari-sulawesi))
Kera jambul ini hidup dalam kelompok besar yang terdiri dari 20 sampai 70 individu. Setiap kelompok didominasi oleh yaki betina dengan perbandingan 4 banding 1.
Yaki bersifat dimorfisme seksual, artinya terdapat perbedaan antara yaki jantan dan betina. Pejantan memiliki ukuran hampir dua kali lipat, dengan ukuran gigi taring lebih besar yang sering digunakan untuk menunjukkan perilaku agresif.((https://www.planterandforester.com/2020/12/macaca-nigra-desmarest-yaki-monyet.html))
Sebagian besar yaki mengonsumsi buah-buahan, daun, biji, bunga, dan umbi. Selain itu, yaki juga diketahui memakan tikus bahkan ular.
Mereka lebih senang menghabiskan waktu di tanah dan memiliki daerah jelajah berkisar 114 sampai 320 hektare, dengan jelajah harian mencapai 5 kilometer.((https://faunatis.com/fakta-menarik-yaki-monyet-hitam-dari-sulawesi))
Saat musim kawin, bokong yaki akan berwarna lebih menyala. Pada yaki betina, warna merah muda menyala ini akan bertahan hingga yaki melahirkan anak-anaknya, sedangkan pada jantan hanya bertahan setelah musim kawin usai.
Yaki lebih sering hamil pada Juli hingga Desember dan melahirkan paling tinggi pada Maret hingga April.
Antje Engelhardt, peneliti dari Proyek Monyet Hitam mengatakan bahwa satwa hitam legam ini akan sering melahirkan saat curah hujan tinggi. Di waktu-waktu itu, sumber makanan akan melimpah.((https://www.mongabay.co.id/2013/04/20/perburuan-marak-selamatkan-yaki-si-monyet-hitam-sulawesi/amp/))
Meneropong Ancaman terhadap Yaki
Sangat disayangkan, berdasarkan literatur, saat ini populasi yaki kian berkurang. Dalam kurun waktu 20 tahun diketahui sebanyak 80 persen populasi yaki menurun.((https://www.mongabay.co.id/2013/04/20/perburuan-marak-selamatkan-yaki-si-monyet-hitam-sulawesi/amp/))
Berbagai bahaya dihadapi yaki dengan ancaman terbesar adalah perburuan yang dilakukan dengan masif, baik secara pasif (pemasangan perangkap) dan secara aktif (menggunakan senjata api).
Risiko lainnya adalah perusakan hutan yang menyebabkan hilangnya habitat yaki. Sudah lama hutan Sulawesi terdegradasi, hutan yang masih terjaga lebih banyak di wilayah yang tidak terjangkau manusia, seperti lembah dan pegunungan. Hutan primer yaki semakin lama hanya tersisa hutan inti.((https://www.selamatkanyaki.ngo/yaki-info/threats/))
Kabar baiknya, menurut Program Supervisor Selamatkan Yaki Yunita saat diwawancara oleh Garda Animalia, di protected area secara keseluruhan masih terdapat yaki meskipun jumlahnya belum bisa dipastikan.
Sekitar lima ribu yaki diperkirakan masih ada di Sulawesi Utara. Di Tangkoko, tren populasi yaki sedikit meningkat dengan ancaman mati alami.
Akan tetapi, di luar wilayah yang dilindungi, beberapa yaki mati karena perburuan serta terkena jerat babi hutan. Selain itu, didapatkan laporan dari masyarakat beberapa yaki masih terpantau turun ke desa.
Tak hanya itu, perburuan yaki masih dilakukan untuk diambil dagingnya. Sebagian masyarakat Sulawesi Utara meyakini daging yaki dapat menjadi obat penguat.(( https://www.selamatkanyaki.ngo/yaki-info/threats/))
Saat induk yaki diburu dan dibunuh, anak yaki biasanya akan ditangkap untuk dijadikan peliharaan.
Menyelamatkan Yaki: Menyelamatkan Hutan dan Manusia
Keberadaan yaki memainkan peran penting dalam keberlangsungan hidup manusia. Mengapa demikian? Dalam ekosistem hutan, yaki memakan hingga 145 jenis buah-buahan dan tumbuhan yang berbeda.((https://www.kompasiana.com/fransiscawenas0640/6364264708a8b5380b6e2f22/peran-besar-yaki-macaca-nigra-dalam-mencegah-global-warming))
Dari perilaku makannya, ia kemudian menyebarkan biji-bijinya di seluruh hutan agar bisa bertumbuh menjadi pohon baru. Yunita mengatakan, yaki memiliki suatu enzim di dalam air liurnya yang memengaruhi pertumbuhan biji.
Melalui suatu penelitian, lanjut Yunita, biji yang disebarkan yaki menjadi lima kali lebih cepat bertumbuh dibandingkan dengan penanaman yang biasa dilakukan oleh manusia.
Selanjutnya, hutan akan menyediakan air bersih, oksigen, serta mencegah terjadinya global warming. Adanya hutan juga dapat mencegah terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.
Dengan menjaga populasi yaki, kita dapat melindungi hutan, berikutnya hutan dapat melindungi manusia.
Saat ini yang perlu dilakukan adalah peningkatan kesadaran akan populasi yaki. Hal ini dilakukan mengingat yaki adalah satwa unik yang hanya ditemukan di Sulawesi Utara dan berstatus dilindungi berdasarkan Permen LHK Nomor P.106 Tahun 2018.
Adanya fakta bahwa spesies tersebut diburu, diperdagangkan, atau dikonsumsi adalah perbuatan ilegal. Dalam hal tersebut, Selamatkan Yaki membentuk beberapa program dalam melakukan pendekatan pada masyarakat.
Program yang dilakukan seperti pemberdayaan masyarakat, ekowisata, berkampanye dengan masuk ke sekolah-sekolah dan pendekatan pada komunitas agama.
Yunita sebut, upaya yang dilakukan tim Selamatkan Yaki bersifat komprehensif dan berdasarkan pada apa yang terjadi secara nyata di masyarakat.
Misalnya, dengan adanya pengembangan ekowisata, yaki tidak hanya memiliki manfaat ekologis, tetapi juga manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Masyarakat–utamanya anak muda–di beberapa wilayah Sulawesi Utara saat ini mulai sadar terkait keterancaman status yaki. Hal ini menumbuhkan optimisme keberhasilan program yang dilakukan Selamatkan Yaki dalam beberapa tahun ke depan.
"Yaki adalah satwa endemik Sulawesi Utara yang sudah seharusnya kita lestarikan bersama. Suatu areal ketika masih ada yaki, berarti areal tersebut dapat dikatakan masih mendukung spesies lain untuk hidup di dalamnya," tutup Yunita.

Orangutan Viral di Kawasan Tambang Akhirnya Dievakuasi

Beruang Madu di Perbebunan, BKSDA: Itu Habitatnya

Konflik Gajah di Aceh Barat Terulang, Perubahan Habitat Menyulitkan Penghalauan

Akhirnya, Enam Pemburu Badak Jawa Divonis 11 dan 12 Tahun Penjara

Dikirim Tanpa Dokumen, 67 Satwa Diamankan di Pelabuhan Tanjung Priok

Memisahkan dengan Jelas: Pemeliharaan Satwa Liar Bukan Penyelamatan!

Tiga Orangutan Kelaparan Mencari Makan di Kebun Sawit, BKSDA Lakukan Pemantauan

Harimau yang Masuk Kandang Jebak di Aceh Timur akan Direlokasi

Lagi, Seekor Dugong Mati Terdampar di Kupang

Relasi Harmonis Gajah-Manusia dalam Sejarah dan Tradisi Budaya di Aceh

Pagar Terbuka! 15 Rusa Timor Berlari Bebas di TN Baluran

Dagangkan Cula Badak dan Gading Gajah, Dua Terdakwa Divonis 4 Tahun

Terjerat Jaring, Lumba-Lumba di Kenjeran Berhasil Kembali ke Laut

Bayi Bekantan Terpisah dari Induk, Diduga karena Habitat Rusak

Kesalahan Penanganan Diduga Sebabkan Kematian Orangutan yang Tersengat Listrik

Cegah Zoonosis, Pengamatan Tidak Langsung Manfaatkan Ekolokasi Kelelawar Pemakan Serangga

Petugas Amankan 30 Kilogram Sisik Trenggiling di Atas Kapal Cepat

Soa Payung, Kadal dengan Leher Berjumbai yang Unik

Dugong Fitri yang Terjerat Jaring Berhasil Dilepasliarkan

Gajah Betina Berusia 8 Tahun Ditemukan Mati di Aceh Timur
