Burung-Burung Migran: Para Perantau Lintas Benua

Aditya
3 min read
2023-05-19 14:32:03
Iklan
Belum ada deskripsim Lorem ipsum dolor sit amet, corrupti tempore omnis esse rem.



Gardaanimalia.com - Lebaran sudah usai. Orang-orang sudah kembali ke kesibukan mereka masing-masing. Kota lagi-lagi semarak, sedangkan jalan-jalan pedesaan kembali lengang.

Di langit, arus mudik juga baru tuntas. Para pemudik langit itu sebelumnya datang dari tempat yang begitu jauh, di mana hujan turun dalam bentuk es dan danau membeku di musim salju.

Mereka adalah burung-burung migran, perantau lintas benua. Saat ini mereka sudah kembali ke utara. Musim panas siap menyambut di sana. Mereka akan berkembang biak dan menabung asupan nutrisi untuk kembali lagi ke selatan pada musim dingin selanjutnya.

Dari ratusan spesies, perjalanan paling fantastis barangkali dilakukan oleh biru-laut ekor-blorok (Limosa lapponica) atau bar-tailed godwit.((Bizarre Beasts. 2022. The World’s Longest Non-Stop Flight.)) Mereka berumah di perbatasan utara Bumi–semenanjung Skandinavia, taiga Siberia, pesisir Alaska.

Sarang mereka disembunyikan bilah-bilah rumput pada padang yang langsung menghadap laut. Di musim panas, tundra itu hijau dan pantainya dilimpahi kerang dan kepiting, kudapan favorit godwit.

Namun, di penghujung tahun suhu jatuh jauh di bawah titik beku. Langit menggelap. Di beberapa tempat, matahari tidak akan terbit selama berbulan-bulan. Tak ada alasan untuk tinggal. Terbanglah para godwit ke selatan.

Yang bukan sekadar selatan. Tak tanggung-tanggung, beberapa subspesies godwit mengelana sampai Selandia Baru. Dibelahnya Samudra Pasifik ketika masa migrasi tiba. Sejarak 12.000 kilometer! Jika seseorang bekerja di Sabang dan mudik ke Merauke, jarak yang dia tempuh hanya 5.100 kilometer. Tidak sampai setengah yang dilalui para godwit.

Tiga subspesies burung ini menyebut kepulauan Indonesia sebagai rumah kedua mereka. Alasannya kentara: hangat tidak pernah minggat dari Nusantara. Garis pantainya juga begitu panjang dan makanan melimpah di mana-mana. Tidak aneh kalau Indonesia menjadi destinasi bukan hanya bagi godwit, tapi juga bagi berbagai spesies burung migran.


Migrasi, Lalu Tak Kembali


Dalam hiruk pikuk rute migrasi burung dunia, Indonesia berada pada lokasi strategis, yaitu di bagian selatan rute East Asian Flyways (EAF), salah satu rute migrasi dengan variasi spesies burung paling beragam di dunia.((Yong, D.L., Heim, W., Chowdhury, S.U., dkk. 2021. “The State of Migratory Landbirds in the East Asian Flyway: Distributions, Threats, and Conservation Needs”. Frontiers in Ecology and Evolution. 9:613172.))

Terbukti, Kepulauan Sunda Besar (Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi) merupakan wilayah dengan jumlah burung migran terbesar bagi EAF di luar daerah Indocina dan Semenanjung Malaya. Burung migran di Indonesia Timur pun tidak kalah melimpahnya.



Indonesia dilalui oleh berbagai jenis burung yang masing-masing mampu memberikan manfaat bagi ekosistem. Misalnya saja para burung kicau yang mengonsumsi dan menyebarkan benih berbagai jenis tumbuhan pada rute migrasi yang dilewatinya.

EAF juga kondang dengan ragam spesies burung insektivora yang gemar mencaplok serangga-serangga pengganggu lahan pertanian.((Yong, D.L., Heim, W., Chowdhury, S.U., dkk. 2021. “The State of Migratory Landbirds in the East Asian Flyway: Distributions, Threats, and Conservation Needs”. Frontiers in Ecology and Evolution. 9:613172.)) Mereka dibantu oleh para burung pemangsa seperti elang dan alap-alap yang menyantap hama-hama berukuran lebih besar seperti reptil dan tikus.

Yang tak diketahui oleh para burung, lokasi migrasi mereka belakangan telah berubah menjadi sebuah perangkap raksasa. Jauh di bawah jangkauan langit, para manusia mendongak, melihat gerombolan bulu berwarna-warni, tergiur. Lalu mereka meracik pulut–perekat burung hasil campuran karet mentah, lem tikus, dan lem kertas.

Banyak spesies burung seperti anis siberia (Geokichla sibirica) tanpa sadar hinggap pada dahan yang telah dililit pulut. Mereka terjebak. Bulu mereka koyak karena memberontak. Lalu mereka dibawa ke pasar dan dijual sebesar 400-700 ribu rupiah untuk dimasukkan sangkar seumur hidup.



Daratan telah menjadi ladang penculikan besar-besaran bagi para burung migran. Tercatat, Indonesia merupakan negara penjebak burung terbanyak di EAAF. Sekitar 66 - 84 juta burung tangkapan saat ini berdesakkan di pasar dan rumah priayi Pulau Jawa, penjara burung terbesar Indonesia.((Aditya. 2021. Mengenai Pulau Jawa, Penjara Burung Terbesar di Indonesia. Garda Animalia.))

Sedangkan musim panas menunggu para burung, ribuan kilometer di utara sana.

Bukan hanya jebakan, daratan juga telah menjadi padang kerontang. Petak-petak hutan tempat para burung migran singgah mendadak berubah menjadi lahan perkebunan dan permukiman.

Degradasi hutan berarti pengurangan sumber makanan. Padahal, banyak burung migran di Indonesia merupakan burung pemakan biji-bijian dan serangga yang bertumpu pada ekosistem hutan. Kebun monokultur dan konstruksi beton hanya menyediakan porsi yang sedikit untuk kedua asupan tersebut.

Indonesia lagi-lagi menjadi juaranya. Kepulauan Sunda Besar saat ini menjadi sorotan para pakar migrasi burung karena alih fungsi masif hutan dataran rendah yang merupakan destinasi bagi banyak spesies burung migran.

Menambal Lubang Pengetahuan


Sayangnya, kita tidak pernah melihat mayoritas pengelanaan burung-burung migran karena sulitnya medan untuk melacak jalur terbang yang mereka tempuh.

Selama ini, para peneliti hanya mengandalkan pendeteksi dari perwakilan para burung melalui pemasangan GPS, pengolahan citra satelit, atau pengamatan langsung di lapangan. Angkatan peneliti burung pun tidak banyak di Indonesia.

Alhasil, banyak lubang-lubang dalam pengetahuan kita mengenai perilaku burung migran. Rute mana yang mereka ambil? Di mana mereka singgah? Seberapa banyak subpopulasi yang bermigrasi dalam satu waktu? Apa peran ekosistem tertentu dalam kelangsungan migrasi burung? Apa peran migrasi burung dalam kelangsungan ekosistem tertentu?((Yong, D.L., Heim, W., Chowdhury, S.U., dkk. 2021. “The State of Migratory Landbirds in the East Asian Flyway: Distributions, Threats, and Conservation Needs”. Frontiers in Ecology and Evolution. 9:613172.))

Padahal, pengetahuan yang lengkap adalah jalan untuk menentukan arah konservasi yang akurat.

Namun, walaupun kekurangan akademisi, ternyata negara ini memiliki banyak pengamat burung amatir–para orang yang gemar mengidentifikasi burung yang berseliweran di kebun belakang rumah atau yang kebetulan hinggap di pohon-pohon pekarangan.

Muncullah cara baru untuk memetakan persebaran burung-burung migrasi. Perkenalkan: citizen scientist atau peneliti warga. Hari ini, para pengamat burung di seluruh Indonesia dapat berkontribusi dalam memetakan persebaran burung, termasuk burung-burung migrasi.

Salah satu penyokong citizen scientist bagi persebaran burung adalah Burungnesia, aplikasi yang memuat data lokasi pengamatan burung di seluruh Indonesia. Anggotanya bukan hanya dapat melihat peta lokasi pengamatan, tapi juga memasukkan hasil amatan mereka sendiri.((Global Vision International. 2023. Bird Citizen Science: Contributing to Conservation Efforts One Sighting at a Time.))



Semakin banyak yang menjadi anggota, semakin banyak yang berkontribusi. Semakin banyak yang berkontribusi, semakin representatif persebaran habitat burung yang terpetakan. Global Vision International menerangkan, gerakan kolektif para citizen scientist dapat membantu memetakan pola migrasi berbagai spesies burung.((Aplikasi Burungnesia. 2021. Tentang Kami.))

Selain itu, gerakan milik organisasi non-pemerintah juga semakin menguat. Burung Indonesia, misalnya, aktif melakukan kegiatan-kegiatan penjagaan habitat alam.

Selama 2021, Burung Indonesia telah melakukan berbagai program seperti pemantauan hutan di Bentang Alam Popayato-Paguat (BAPP) Gorontalo, pengembangan agroforestri di Gunung Patuha, sampai digitalisasi data kayu jati.((Burung Indonesia. 2022. Laporan Tahunan Burung Indonesia 2021.))

Hari ini, lewat kemunculan tren data terbuka dan semakin rekatnya jejaring organisasi pencinta burung, semua orang bisa menjaga kelangsungan perjalanan-perjalanan lintas benua yang dilakukan para perantau terhandal dunia, burung-burung migran.

Tanpa perlu ditangkap dan dimuat dalam sangkar, tentunya.

Tags :
satwa liar burung migrasi burung burung indonesia citizen scientist
Writer: Aditya
Pos Terbaru
Orangutan Viral di Kawasan Tambang Akhirnya Dievakuasi
Orangutan Viral di Kawasan Tambang Akhirnya Dievakuasi
Berita
17/02/25
Beruang Madu di Perbebunan, BKSDA: Itu Habitatnya
Beruang Madu di Perbebunan, BKSDA: Itu Habitatnya
Berita
17/02/25
Konflik Gajah di Aceh Barat Terulang, Perubahan Habitat Menyulitkan Penghalauan
Konflik Gajah di Aceh Barat Terulang, Perubahan Habitat Menyulitkan Penghalauan
Berita
15/02/25
Akhirnya, Enam Pemburu Badak Jawa Divonis 11 dan 12 Tahun Penjara
Akhirnya, Enam Pemburu Badak Jawa Divonis 11 dan 12 Tahun Penjara
Berita
15/02/25
Dikirim Tanpa Dokumen, 67 Satwa Diamankan di Pelabuhan Tanjung Priok
Dikirim Tanpa Dokumen, 67 Satwa Diamankan di Pelabuhan Tanjung Priok
Berita
14/02/25
Memisahkan dengan Jelas: Pemeliharaan Satwa Liar Bukan Penyelamatan!
Memisahkan dengan Jelas: Pemeliharaan Satwa Liar Bukan Penyelamatan!
Opini
13/02/25
Tiga Orangutan Kelaparan Mencari Makan di Kebun Sawit, BKSDA Lakukan Pemantauan
Tiga Orangutan Kelaparan Mencari Makan di Kebun Sawit, BKSDA Lakukan Pemantauan
Berita
13/02/25
Harimau yang Masuk Kandang Jebak di Aceh Timur akan Direlokasi
Harimau yang Masuk Kandang Jebak di Aceh Timur akan Direlokasi
Berita
13/02/25
Lagi, Seekor Dugong Mati Terdampar di Kupang
Lagi, Seekor Dugong Mati Terdampar di Kupang
Berita
10/02/25
Relasi Harmonis Gajah-Manusia dalam Sejarah dan Tradisi Budaya di Aceh
Relasi Harmonis Gajah-Manusia dalam Sejarah dan Tradisi Budaya di Aceh
Edukasi
07/02/25
Pagar Terbuka! 15 Rusa Timor Berlari Bebas di TN Baluran
Pagar Terbuka! 15 Rusa Timor Berlari Bebas di TN Baluran
Berita
07/02/25
Dagangkan Cula Badak dan Gading Gajah, Dua Terdakwa Divonis 4 Tahun
Dagangkan Cula Badak dan Gading Gajah, Dua Terdakwa Divonis 4 Tahun
Berita
06/02/25
Terjerat Jaring, Lumba-Lumba di Kenjeran Berhasil Kembali ke Laut
Terjerat Jaring, Lumba-Lumba di Kenjeran Berhasil Kembali ke Laut
Berita
06/02/25
Bayi Bekantan Terpisah dari Induk, Diduga karena Habitat Rusak
Bayi Bekantan Terpisah dari Induk, Diduga karena Habitat Rusak
Berita
06/02/25
Kesalahan Penanganan Diduga Sebabkan Kematian Orangutan yang Tersengat Listrik
Kesalahan Penanganan Diduga Sebabkan Kematian Orangutan yang Tersengat Listrik
Berita
05/02/25
Cegah Zoonosis, Pengamatan Tidak Langsung Manfaatkan Ekolokasi Kelelawar Pemakan Serangga
Cegah Zoonosis, Pengamatan Tidak Langsung Manfaatkan Ekolokasi Kelelawar Pemakan Serangga
Edukasi
05/02/25
Petugas Amankan 30 Kilogram Sisik Trenggiling di Atas Kapal Cepat
Petugas Amankan 30 Kilogram Sisik Trenggiling di Atas Kapal Cepat
Berita
04/02/25
Soa Payung, Kadal dengan Leher Berjumbai yang Unik
Soa Payung, Kadal dengan Leher Berjumbai yang Unik
Edukasi
03/02/25
Dugong Fitri yang Terjerat Jaring Berhasil Dilepasliarkan
Dugong Fitri yang Terjerat Jaring Berhasil Dilepasliarkan
Berita
03/02/25
Gajah Betina Berusia 8 Tahun Ditemukan Mati di Aceh Timur
Gajah Betina Berusia 8 Tahun Ditemukan Mati di Aceh Timur
Berita
03/02/25