Burung Rangkong, Sang Petani Hutan Sesungguhnya

Gardaanimalia.com - Kalian yang bergerak pada bidang konservasi pasti mengenal burung Rangkong, avifauna besar dengan paruh berwarna terang yang berbentuk seperti tanduk sapi. Nama ilmiahnya "Buceros" merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki arti "tanduk sapi" dalam Bahasa Yunani. Warna paruhnyanya bervariasi dari hitam, putih, kuning, hingga kemerahan. Sedangkan warna bulu dari burung ini adalah hitam atau abu-abu.
Di Indonesia, ada 13 jenis rangkong dari total 62 jenis rangkong di dunia. Sembilan jenis rangkong tersebar di Sumatera dan Kalimantan, serta empat jenis yang merupakan jenis endemik berada di Sumba, Sulawesi, dan Papua.
Di Indonesia, rangkong seringkali disamakan dengan julang, enggang, atau kangkareng. Kenyataannya, mereka memang sama-sama berasal dari famili Bucerotidae. Hanya saja, keempatnya ternyata merupakan jenis yang berbeda loh. Perbedaan itu dapat dilihat dari cula di atas paruh burungnya. Rangkong memiliki cula yang besar dan jelas terlihat di atas paruhnya. Rangkong badak dan rangkong gading misalnya, mereka memiliki cula perpaduan warna merah dan kuning yang sangat jelas terlihat. Sementara julang memiliki ciri khas cula yang berkerenyut di atas paruhnya, ukurannya kecil. Julang emas misalnya, di atas paruh kuningnya terlihat cula kecil berkerenyut. Untuk kangkareng, culanya berukuran sedang dan terlihat jelas tidak berkerenyut. Sedangkan pada jenis Enggang, cula di atas paruhnya tidak terlalu jelas terlihat.
Baca juga: Mengenal Jalak Bali, Maskot Pulau Dewata
Petani hutan
Rangkong sering dijuluki petani hutan yang tangguh karena kemampuannya dalam menyebarkan benih tanaman hutan. Burung rangkong memakan buah-buahan berkulit keras atau berdaging dan buah ara (ficus). Sebagai agen pemencar biji tanaman hutan, buah rangkong memiliki perilaku makan yang unik. Burung Rangkong jantan bertugas mencari makan, sedangkan rangkong betina menunggu di dalam sarang. Rangkong jantan meletakkan biji atau buah yang mereka dapatkan di dalam temboloknya lalu mengeluarkannya lewat mulut saat tiba tepat di depan sarang, untuk makan sang betina dan anaknya.
Margaret F. Kinnaird dan Timothy G. O’Brien dalam buku "Birds and mammals of the Bukit Barisan Selatan National Park, Sumatra" mengatakan bahwa keberadaan rangkong dapat dijadikan suatu indikator hutan yang sehat. Hal itu karena Rangkong hanya bisa ditemukan pada virgin forest atau hutan primer dimana spesiesnya dapat bersarang pada pohon-pohon besar yang menjulang ke langit, atau yang biasa disebut emergent tree, seperti pohon-pohon dari famili Dipterocarpaceae yang hanya ditemukan pada hutan hujan tropis dataran rendah.
Selain nilai ekologi, burung rangkong juga memiliki nilai budaya. Contohnya di masyarakat Dayak, burung ini diagungkan karena dianggap sebagai penjelmaan roh alam yang melindungi Pulau Kalimantan dan masyarakat Dayak.
Rangkong juga sangat sensitif dengan keberadaan manusia atau mamalia lain. Saat penulis melakukan survey sarang rangkong, rangkong jantan yang sedang memberi makan rangkong betina merasakan adanya gerakan manusia di bawah pohon sarangnya, ia langsung terbang ke dahan terdekat dan mengeluarkan bunyi keras yang berbeda dengan bunyinya saat terbang atau bertengger normal. Selanjutnya, rangkong akan berpindah sarang saat kondisinya sudah memungkinkan.
Nyaris punah
Deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi secara terus menerus menyebabkan habitat yang sesuai bagi rangkong terus berkurang, sehingga keberadaan spesies ini menjadi terancam. Menurut laporan TRAFFIC, Perburuan liar menjadi ancaman utama bagi spesies ini. Khususnya rangkong gading yang terus diburu karena tingginya permintaan dari China yang memanfaatkan paruhnya untuk obat, ukiran, atau hiasan bernilai tinggi.
Tiga belas jenis rangkong tersebut telah dilindungi melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang perubahan atas Peraturan menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Tiga belas jenis tersebut tersebar hanya di hutan hujan tropis Indonesia dengan kondisi iklim yang sesuai untuk hidup rangkong. Jenis-jenis tersebut diantaranya:
No | Nama spesies | Nama lokal | Persebaran | Status konservasi |
1 | Rhinoplax vigil | Rangkong gading | Sumatera dan Kalimantan | CR |
2 | Buceros bicornis | Rangkong papan | VU | |
3 | Buceros rhinoceros | Rangkong badak | VU | |
4 | Anthracoceros albirostris | Kangkareng perut putih | LC | |
5 | Anthracoceros malayanus | Kangkareng hitam | VU | |
6 | Rhyticeros undulatus | Julang emas | VU | |
7 | Rhabdotorrhinus corrugatus | Julang jambul hitam | EN | |
8 | Berenicornis comatus | Enggang Jambul | EN | |
9 | Anorrhinus galeritus | Enggang Klihingan | NT | |
10 | Rhyticeros everetti | Julang sumba | Sumba | VU |
11 | Rhabdotorrhinus exarhatus | Kangkareng Sulawesi | Sulawesi | VU |
12 | Rhyticeros cassidix | Julang Sulawesi | Sulawesi | VU |
13 | Rhyticeros plicatus | Julan Papua | Papua | LC |

Dua Kepala Rangkong Diamankan di Perbatasan RI-Malaysia
18/01/24
Dua Pasang Rangkong Terekam di Tahura Lati Petangis
31/05/23
Warga Selamatkan Enggang Cula dan Serahkan ke BKSDA
19/09/22
Mau Dijual ke Cina, Puluhan Kilo Sisik Trenggiling Disita
11/08/22
Awetkan Satwa Dilindungi, Pelaku Terancam Jeruji Besi
17/06/22
Ungkap Jual Beli Organ Satwa, Gakkum Kalimantan Temukan Tengkorak Orangutan
01/04/22
Tiga Ekor Kanguru Tanah Diselundupkan di Pelabuhan Jayapura

Telaga Paring, Orangutan yang Terjebak Banjir Besar di Kalteng Berhasil Dilepasliarkan

Sebelum Indonesia Merdeka, Ternyata Trenggiling Sudah Jadi Satwa Dilindungi

Tiga Individu Baru Badak Jawa Terdeteksi di Ujung Kulon

Ternyata Amir Simatupang Pernah Tawarkan Taring Harimau Seharga Rp50 Juta

Kabar Baik, Dua Ekor Harimau Lahir di Suaka Barumun!

Hampir setiap Malam Beruang Madu Berkeliaran di Kabupaten Abdya

WN Tiongkok jadi Tersangka Perdagangan Cula Badak di Manado

Pembangunan Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur Segera Rampung

Saksi Nyatakan Sisik Trenggiling Tidak Terdaftar sebagai Barbuk di Polres Asahan

Bukan hanya Sisik, Alex Tanyakan Kulit Harimau pada 2 Anggota TNI

Tahap Kedua Pelepasliaran, 182 Ekor Kura-Kura Moncong Babi kembali ke Alam

Dua Pelaku Perdagangan Organ Satwa Dilindungi Diserahkan ke JPU

Seri Macan Tutul Jawa: Upaya Yayasan SINTAS Selamatkan Predator Puncak Tersisa di Jawa

Perburuan Burung di TN Ujung Kulon Berujung 2 Tahun Pidana

Bripka Alfi Siregar ‘Amnesia’ di Pengadilan, Hakim Dorong Penetapannya jadi Tersangka

Batal Vonis Bebas, Willy Pembeli Cula Badak Dibui 1 Tahun

Kabar Baru, Pria asal AS Dijatuhkan Hukuman atas Kasus Penyiksaan Monyet

Jadi Saksi Ahli, Hinca Panjaitan Pakai Kaos Save Trenggiling ke Pengadilan

Konflik kembali Terjadi, Ternak Warga Ditemukan Mati di Area Sawah
