Burung Rangkong, Sang Petani Hutan Sesungguhnya

3 min read
2020-11-13 14:20:53
Iklan
Belum ada deskripsim Lorem ipsum dolor sit amet, corrupti tempore omnis esse rem.



Gardaanimalia.com - Kalian yang bergerak pada bidang konservasi pasti mengenal burung Rangkong, avifauna besar dengan paruh berwarna terang yang berbentuk seperti tanduk sapi. Nama ilmiahnya "Buceros" merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki arti "tanduk sapi" dalam Bahasa Yunani. Warna paruhnyanya bervariasi dari hitam, putih, kuning, hingga kemerahan. Sedangkan warna bulu dari burung ini adalah hitam atau abu-abu.

Di Indonesia, ada 13 jenis rangkong dari total 62 jenis rangkong di dunia. Sembilan jenis rangkong tersebar di Sumatera dan Kalimantan, serta empat jenis yang merupakan jenis endemik berada di Sumba, Sulawesi, dan Papua.

Di Indonesia, rangkong seringkali disamakan dengan julang, enggang, atau kangkareng. Kenyataannya, mereka memang sama-sama berasal dari famili Bucerotidae. Hanya saja, keempatnya ternyata merupakan jenis yang berbeda loh. Perbedaan itu dapat dilihat dari cula di atas paruh burungnya. Rangkong memiliki cula yang besar dan jelas terlihat di atas paruhnya. Rangkong badak dan rangkong gading misalnya, mereka memiliki cula perpaduan warna merah dan kuning yang sangat jelas terlihat. Sementara julang memiliki ciri khas cula yang berkerenyut di atas paruhnya, ukurannya kecil. Julang emas misalnya, di atas paruh kuningnya terlihat cula kecil berkerenyut. Untuk kangkareng, culanya berukuran sedang dan terlihat jelas tidak berkerenyut. Sedangkan pada jenis Enggang, cula di atas paruhnya tidak terlalu jelas terlihat.

Baca juga: Mengenal Jalak Bali, Maskot Pulau Dewata

Petani hutan


Rangkong sering dijuluki petani hutan yang tangguh karena kemampuannya dalam menyebarkan benih tanaman hutan. Burung rangkong memakan buah-buahan berkulit keras atau berdaging dan buah ara (ficus). Sebagai agen pemencar biji tanaman hutan, buah rangkong memiliki perilaku makan yang unik. Burung Rangkong jantan bertugas mencari makan, sedangkan rangkong betina menunggu di dalam sarang. Rangkong jantan meletakkan biji atau buah yang mereka dapatkan di dalam temboloknya lalu mengeluarkannya lewat mulut saat tiba tepat di depan sarang, untuk makan sang betina dan anaknya.



Margaret F. Kinnaird dan Timothy G. O’Brien dalam buku "Birds and mammals of the Bukit Barisan Selatan National Park, Sumatra" mengatakan bahwa keberadaan rangkong dapat dijadikan suatu indikator hutan yang sehat. Hal itu karena Rangkong hanya bisa ditemukan pada virgin forest atau hutan primer dimana spesiesnya dapat bersarang pada pohon-pohon besar yang menjulang ke langit, atau yang biasa disebut emergent tree, seperti pohon-pohon dari famili Dipterocarpaceae yang hanya ditemukan pada hutan hujan tropis dataran rendah.

Selain nilai ekologi, burung rangkong juga memiliki nilai budaya. Contohnya di masyarakat Dayak, burung ini diagungkan karena dianggap sebagai penjelmaan roh alam yang melindungi Pulau Kalimantan dan masyarakat Dayak.

Rangkong juga sangat sensitif dengan keberadaan manusia atau mamalia lain. Saat penulis melakukan survey sarang rangkong, rangkong jantan yang sedang memberi makan rangkong betina merasakan adanya gerakan manusia di bawah pohon sarangnya, ia langsung terbang ke dahan terdekat dan mengeluarkan bunyi keras yang berbeda dengan bunyinya saat terbang atau bertengger normal. Selanjutnya, rangkong akan berpindah sarang saat kondisinya sudah memungkinkan.

Nyaris punah


Deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi secara terus menerus menyebabkan habitat yang sesuai bagi rangkong terus berkurang, sehingga keberadaan spesies ini menjadi terancam. Menurut laporan TRAFFIC, Perburuan liar menjadi ancaman utama bagi spesies ini. Khususnya rangkong gading yang terus diburu karena tingginya permintaan dari China yang memanfaatkan paruhnya untuk obat, ukiran, atau hiasan bernilai tinggi.

Tiga belas jenis rangkong tersebut telah dilindungi melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang perubahan atas Peraturan menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Tiga belas jenis tersebut tersebar hanya di hutan hujan tropis Indonesia dengan kondisi iklim yang sesuai untuk hidup rangkong. Jenis-jenis tersebut diantaranya:





























































































No Nama spesies Nama lokal Persebaran Status konservasi
1 Rhinoplax vigil Rangkong gading Sumatera dan Kalimantan CR
2 Buceros bicornis Rangkong papan VU
3 Buceros rhinoceros Rangkong badak VU
4 Anthracoceros albirostris Kangkareng perut putih LC
5 Anthracoceros malayanus Kangkareng hitam VU
6 Rhyticeros undulatus Julang emas VU
7 Rhabdotorrhinus corrugatus Julang jambul hitam EN
8 Berenicornis comatus Enggang Jambul EN
9 Anorrhinus galeritus Enggang Klihingan NT
10 Rhyticeros everetti Julang sumba Sumba VU
11 Rhabdotorrhinus exarhatus Kangkareng Sulawesi Sulawesi VU
12 Rhyticeros cassidix Julang Sulawesi Sulawesi VU
13 Rhyticeros plicatus Julan Papua Papua LC

Tags :
rangkong enggang
Writer:
Pos Terbaru
Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres
Persidangan Ungkap Fakta, 1,2 Ton Sisik Diduga Berasal dari Gudang Polres
Berita
18/04/25
Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
Menyoroti Kaburnya Monyet di BPBD Kabupaten Tangerang dan Pentingnya Kesejahteraan Satwa Liar
Berita
18/04/25
Seri Macan Tutul Jawa: Agung Ganthar Kusumanto, Macan Tutul itu Keren!
Seri Macan Tutul Jawa: Agung Ganthar Kusumanto, Macan Tutul itu Keren!
Liputan Khusus
16/04/25
[Infografis] Hiu Tutul dan Kemunculannya di Jawa Timur
[Infografis] Hiu Tutul dan Kemunculannya di Jawa Timur
Berita
16/04/25
Uji Lab Buktikan Keaslian Cula Badak asal Tiongkok yang Disita di Manado
Uji Lab Buktikan Keaslian Cula Badak asal Tiongkok yang Disita di Manado
Berita
16/04/25
Seri Macan Tutul Jawa: Mengamati Macan Tutul dari Prau sampai Sanggabuana
Seri Macan Tutul Jawa: Mengamati Macan Tutul dari Prau sampai Sanggabuana
Liputan Khusus
15/04/25
Hendak Jual Cula Badak dan "Kerupuk Udang", Empat Tersangka Diringkus Polisi
Hendak Jual Cula Badak dan "Kerupuk Udang", Empat Tersangka Diringkus Polisi
Berita
15/04/25
Orangutan Terpotret di Jendela Rumah di Thailand, Polisi Rencanakan Investigasi
Orangutan Terpotret di Jendela Rumah di Thailand, Polisi Rencanakan Investigasi
Berita
14/04/25
Jejak Buaya Muara Pulau Bacan: Didagangkan Hidup-Hidup ke Negeri Singa
Jejak Buaya Muara Pulau Bacan: Didagangkan Hidup-Hidup ke Negeri Singa
Liputan Khusus
14/04/25
Puluhan Anak Penyu Belimbing Dilepas di Pantai Along, Aceh
Puluhan Anak Penyu Belimbing Dilepas di Pantai Along, Aceh
Berita
11/04/25
FATWA: Evolusi Ubur-Ubur di Danau Kakaban
FATWA: Evolusi Ubur-Ubur di Danau Kakaban
Edukasi
11/04/25
Gajah Mati di Sawah Warga, Kabel Listrik Ditemukan di Sekitar Lokasi
Gajah Mati di Sawah Warga, Kabel Listrik Ditemukan di Sekitar Lokasi
Berita
11/04/25
Berkarya dengan Visi: Merekam Kekerasan di Balik Topeng
Berkarya dengan Visi: Merekam Kekerasan di Balik Topeng
Feature
07/04/25
FATWA: Taring Babirusa dapat Membunuh Dirinya Sendiri!
FATWA: Taring Babirusa dapat Membunuh Dirinya Sendiri!
Edukasi
07/04/25
Bangkai Gajah Ditemukan di Perbatasan Kebun Sawit dan TN Gunung Leuser
Bangkai Gajah Ditemukan di Perbatasan Kebun Sawit dan TN Gunung Leuser
Berita
07/04/25
Tiga Opsetan Tanduk Rusa Diamankan saat Arus Balik Mudik
Tiga Opsetan Tanduk Rusa Diamankan saat Arus Balik Mudik
Berita
05/04/25
Seorang Pria Paruh Baya Ditangkap setelah Ketahuan Berdagang Penyu
Seorang Pria Paruh Baya Ditangkap setelah Ketahuan Berdagang Penyu
Berita
26/03/25
Macan Dahan yang Masuk Gudang di OKU sudah Dievakuasi
Macan Dahan yang Masuk Gudang di OKU sudah Dievakuasi
Berita
26/03/25
Berpacu dengan Kepunahan [3]
Berpacu dengan Kepunahan [3]
Liputan Khusus
25/03/25
Ambulans untuk Harimau Sumatera [2]
Ambulans untuk Harimau Sumatera [2]
Liputan Khusus
25/03/25