Gardaanimalia.com – Jalak bali atau yang sering disebut dengan Curik bali merupakan burung pengicau dari suku Sturnidae. Burung dengan nama latin Leucopsar rothschildi ini merupakan satu-satunya satwa endemik yang berada di pulau Bali. Jalak endemik ini merupakan maskot fauna dari provinsi Bali yang mana telah ditetapkan pada tahun 1910.
Burung ini tersebar di bagian barat pulau Bali yaitu daerah Bubunan-Buleleng hingga Gilimanuk. Habitat asli dari burung ini tidaklah luas, yaitu kawasan Taman Nasional Bali Barat, yang mencakup wilayah Semenanjung Tanjung Gelap Pahlengkong dan Prapat Agung, selain itu burung ini pun dapat dijumpai di wilayah Telum Brumbun, Tegal Bunder, Batu Gondang dan Batu Licin. Burung kicau ini menyukai habitat hutan mangrove, hutan rawa, hutan musim daratan rendah dan daerah hutanan sabana.
Populasi yang kian menurun diakibatkan rusaknya habitat serta perburuan liar yang maraknya permintaan dari kolektor satwa menjadikan burung ini terancam punah.
Tahun 1910 awal mula Jalak bali ditemukan. Saat itu populasinya berada sekitar 500-900 ekor di alam liar. Namun ketika ditelusuri pada tahun 1984, hanya ditemukan 125 hingga 180 ekor saja. Hingga pada titik terendah melalui data dari Mongabay tahun 2005, jumlah burung ini sudah turun menjadi 50 ekor di Taman Nasional Bali Barat.
Peningkatan populasi yang signifikan ditunjukan pada tahun 2019 berdasarkan side monitoring dari Taman Nasional Bali Barat, jumlah yang tercatat mencapai 191 ekor melalui laporan dari Indra Exploitasia selaku Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati. Pada Mei 2020, populasi burung endemik ini bertambah menjadi 303 ekor.
Baca juga: Populasi “Saola” Kritis! Berikut Fakta-Fakta yang Menyertainya
Jalak bali memiliki bulu putih diseluruh tubuhnya dengan corak hitam pada ujung ekor dan sayapnya serta memiliki warna mata cokelat yang dihiasi warna biru pada kelopak matanya yang menyerupai kacamata, hal ini menyebabkan burung endemik bali ini berbeda dengan spesies Jalak lainnya.
Burung ini memiliki tubuh sedang yang mana tidak kecil dan tidak besar dengan ukuran tubuh sekitar 21 cm sampai 25 cm untuk jalak dewasa dengan berat tubuh 107,75 gram serta panjang paruh 3 cm dengan ujungnya yang berwarna kuning kecokelatan. Jalak bali juga memiliki jambul yang akan diperlihatkan ketika tengah berkicau, namun terkadang akan diperlihatkan juga meski tidak dalam keadaan sedang berkicau.
Seperti pada jenis burung pada umumnya, Jalak bali berkembang biak dengan cara bertelur dengan jumlah 2 hingga 4 butir yang mana telur ini memiliki bentuk oval berdiameter 3 cm dengan warna hijau kebiruan. Satwa dilindungi ini biasanya memasuki musim kawin pada bulan september hingga maret, namun ketika masa penetasan, hanya ada 1 hingga 2 butir saja yang berhasil menetas dikarenakan rendahnya presentase penetasan dari Jalak bali yang menyebabkan semakin berkurang populasinya.
Adapun cara membedakan jalak berjenis kelamin jantan dan betina dapat dilihat dari ukuran tubuh jantan yang lebih besarserta jambul atau surai jantan lebih panjang dibanding betina. Sementara betina memiliki tubuh lebih kecil dan ramping.
Jalak bali merupakan burung omnivora yang mana mereka biasa memakan buah-buahan, serangga, serta cacing dan ulat. Burung ini menyukai habitat hutan mangrove, hutan rawa, hutan musim daratan rendah dan daerah savanna.