Kapitalisme Jadi Akar Kejahatan Terhadap Satwa dan Kehidupan Liar

3 min read
2021-03-19 12:57:41
Iklan
Belum ada deskripsim Lorem ipsum dolor sit amet, corrupti tempore omnis esse rem.



Gardaanimalia.com - Pembahasan permasalahan terhadap lingkungan dan kehidupan liar saat ini makin serius mempertimbangkan satu sistem yang diyakini menjadi akar dari krisis ekologi: kapitalisme. Pada dasarnya, sistem ekonomi kapitalisme adalah menginvestasikan modal untuk memperoleh profit yang lebih banyak.((Gilpin, Robert (5 Juni 2018). The Challenge of Global Capitalism : The World Economy in the 21st Century.)) Hal ini dilakukan dengan cara memproduksi barang atau menyediakan jasa, lalu menjual produk atau jasa tersebut dengan nilai yang lebih tinggi dari cost atau biaya produksinya. Impian dari sistem ini adalah pertumbuhan ekonomi tanpa batas.

Namun, penting untuk selalu diingat bahwa tujuan utama dari sistem ekonomi ini adalah memperoleh keuntungan dan mengakumulasikan modal sebanyak-banyaknya tanpa henti, bukan menyediakan kebutuhan dasar hidup bagi setiap orang, bukan juga untuk melindungi alam.((Magdoff, F. Why capitalism is toxic to the environment?. http://physics.bu.edu/~pankajm/Activism/FinishedPamphlets/magdoff-pamphlet.pdf)) Mengapa demikian? Sistem ekonomi kapitalisme senantiasa melakukan ekspansi ke banyak negeri dengan tujuan pengerukan sumber daya alam tanpa terkendali. Ini merupakan hukum pasti yang dilakukan sistem ini. Sebab dengan cara inilah sistem kapitalisme bekerja untuk mengakumulasi keuntungannya. Akibatnya, secara perlahan namun pasti, alam dan segala isinya termasuk satwa liar akan dihadapkan pada kehancuran.

Pertumbuhan ekonomi tanpa batas yang dicita-citakan para kapitalis tidak bisa diwujudkan dengan alasan yang sederhana, bahwa sumber daya planet ini terbatas. Pertumbuhan ekonomi berdasarkan kekayaan mendorong peningkatan konsumsi secara terus-menerus. Prinsip dasar kapitalisme tersebut, yakni pertumbuhan ekonomi tak terbatas yang ditopang oleh peningkatan konsumsi, hanya dianggap rasional oleh para korporasi dan kapitalis, pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan terbanyak dari sistem ini.((Magdoff, F. (1 Mei 2015). Monthly Review. A Rational Agriculture Is Incompatible with Capitalism. https://monthlyreview.org/2015/03/01/a-rational-agriculture-is-incompatible-with-capitalism))

Kepunahan Spesies Akibat Kapitalisme


Peningkatan konsumsi manusia yang tidak terkendali akibat kapitalisme mengancam keberlangsungan kehidupan lainnya di bumi ini.((WWF. The Living Planet Report 2020. https://f.hubspotusercontent20.net/hubfs/4783129/LPR/PDFs/ENGLISH-SUMMARY.pdf)) E.O.Wilson (pakar biologi Universitas Harvard), memperkirakan bahwa tiap tahunnya, 30 ribu spesies didorong menuju kepunahan, atau sekitar tiga spesies per jam, akibat peningkatan pesat populasi dan konsumsi manusia.((Center for Biological Diversity. Human Population Growth and Extinction. https://www.biologicaldiversity.org/programs/population_and_sustainability/extinction/)) Overeksploitasi satwa dan kehidupan liar akibat ledakan perdagangan dan konsumsi global menyebabkan hilangnya sekitar 68% populasi invertebrata sejak tahun 1970an.((WWF. The Living Planet Report 2020. https://f.hubspotusercontent20.net/hubfs/4783129/LPR/PDFs/ENGLISH-SUMMARY.pdf)) Diperkirakan 1 dari 3 invertebrata liar terancam diperjualbelikan di seluruh dunia.((Briggs, H. (7 Oktober 2019). BBC. Global wildlife trade higher than was thought. https://www.bbc.com/news/science-environment-49904668))

Baca juga: Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit Jadi Ancaman Bagi Kehidupan Satwa

Proses produksi, ekstraksi, dan konsumsi komoditas alam yang dikayuh tanpa henti juga mengorbankan ratusan juta hewan dan tumbuhan liar setiap tahun((WWF. Illegal Wildlife Trade. https://wwf.panda.org/discover/our_focus/wildlife_practice/problems/illegal_trade/?)), serta mengancam satu juta spesies hewan dan tumbuhan menuju kepunahan.((Estrada, A; Garber, P. (29 Desember 2019). Mongabay. Global consumer demands fuel the extinction crisis facing the world’s primates. https://news.mongabay.com/2019/12/global-consumer-demands-fuel-the-extinction-crisis-facing-the-worlds-primates/)) Kemajuan ekonomi saat ini yang hanya mengedepankan tingkat PDB dan pendapatan perkapita berjalan beriringan dengan kemusnahan satwa dan kehidupan liar.



Disamping satwa dan kehidupan liar, korban lainnya akibat bencana lingkungan dari kapitalisme ialah orang-orang termiskin, pihak-pihak yang mana aktivitasnya menimbulkan jejak ekologi paling sedikit.((King, A; Harrington, L. (29 Mei 2018). Geophysical Research Letters. The Inequality of Climate Change From 1.5 to 2oC. American Geophysical Union. https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1029/2018GL078430)) Separuh populasi global yang termiskin hanya berkontribusi atas 10% emisi karbon dan jejak ekologi global((Oxfam International. (2 Desember 2015). Extreme Carbon Inequality. https://oi-files-d8-prod.s3.eu-west-2.amazonaws.com/s3fs-public/file_attachments/mb-extreme-carbon-inequality-021215-en.pdf?cid=aff_affwd_donate_id78888&awc=5991_1616031206_c2db5c9f5bdf8ba008ac1728882a91fd)), bandingkan dengan 10% populasi global terkaya yang bertanggung jawab atas 50% emisi karbon dan jejak ekologi global.10% populasi terkaya dunia juga mengonsumsi sumber daya 20 kali lipat lebih banyak daripada 10% populasi termiskin global.((Wiggins, B. (18 Maret 2020). Global Citizens. The World’s Wealthiest Consume 20 Times More Energy Than the World’s Poorest. https://www.globalcitizen.org/en/content/wealthy-people-climate-change-energy-consumption/#:~:text=The%20wealthiest%2010%25%20of%20the,Leeds%20University%2C%20BBC%20News%20reported.&text=As%20a%20result%2C%20the%20responsibility,unevenly%20shared%20around%20the%20world.))

Singkatnya, mayoritas kerusakan habitat dan kebinasaan satwa serta kehidupan liar disebabkan oleh segelintir orang-orang terkaya, namun dampak dari bencana ekologi tersebut dirasakan paling kuat oleh orang-orang yang aktivitasnya paling sedikit berdampak terhadap lingkungan.

Achim Steiner (Direktur Program Pembangunan PBB), menyatakan bahwa model pertumbuhan ekonomi saat ini, yang didominasi oleh sistem kapitalisme, tidak bisa dilepaskan dengan kerusakan lingkungan.((DW Indonesia. Direktur UNDP: Manusia Binasa Jika Tidak Pisahkan Emisi dari Pertumbuhan Ekonomi. https://www.dw.com/id/menjauhkan-emisi-dari-pertumbuhan-ekonomi/a-56406681)) Beliau mencontohkan bagaimana bencana tumpahan minyak di satu sisi menciptakan pertumbuhan ekonomi, karena upaya pembersihan dan pemulihan menyedot uang dalam jumlah yang besar, namun meninggalkan kerusakan kepada flora, fauna, serta ekosistem di sekitarnya.

Oleh karena itu, sistem ekonomi yang hanya berkutat pada konsumsi dan kekayaan finansial tidak hanya akan mengancam keberlangsungan hidup satwa dan kehidupan liar, namun juga keberlangsungan hidup masyarakat modern saat ini. Para elite kapitalis yang terus mengorbankan kehidupan bumi ini demi akumulasi modal dan kekayaan semata bisa dikatakan sebagai pelaku kejahatan terbesar terhadap satwa dan kehidupan liar, serta umat manusia.

Tags :
satwa kerusakan lingkungan kapitalisme
Writer:
Pos Terbaru
Seri Macan Tutul Jawa: Agung Ganthar Kusumanto, Macan Tutul itu Keren!
Seri Macan Tutul Jawa: Agung Ganthar Kusumanto, Macan Tutul itu Keren!
Liputan Khusus
16/04/25
[Infografis] Hiu Tutul dan Kemunculannya di Jawa Timur
[Infografis] Hiu Tutul dan Kemunculannya di Jawa Timur
Berita
16/04/25
Uji Lab Buktikan Keaslian Cula Badak asal Tiongkok yang Disita di Manado
Uji Lab Buktikan Keaslian Cula Badak asal Tiongkok yang Disita di Manado
Berita
16/04/25
Seri Macan Tutul Jawa: Mengamati Macan Tutul dari Prau sampai Sanggabuana
Seri Macan Tutul Jawa: Mengamati Macan Tutul dari Prau sampai Sanggabuana
Liputan Khusus
15/04/25
Hendak Jual Cula Badak dan "Kerupuk Udang", Empat Tersangka Diringkus Polisi
Hendak Jual Cula Badak dan "Kerupuk Udang", Empat Tersangka Diringkus Polisi
Berita
15/04/25
Orangutan Terpotret di Jendela Rumah di Thailand, Polisi Rencanakan Investigasi
Orangutan Terpotret di Jendela Rumah di Thailand, Polisi Rencanakan Investigasi
Berita
14/04/25
Jejak Buaya Muara Pulau Bacan: Didagangkan Hidup-Hidup ke Negeri Singa
Jejak Buaya Muara Pulau Bacan: Didagangkan Hidup-Hidup ke Negeri Singa
Liputan Khusus
14/04/25
Puluhan Anak Penyu Belimbing Dilepas di Pantai Along, Aceh
Puluhan Anak Penyu Belimbing Dilepas di Pantai Along, Aceh
Berita
11/04/25
FATWA: Evolusi Ubur-Ubur di Danau Kakaban
FATWA: Evolusi Ubur-Ubur di Danau Kakaban
Edukasi
11/04/25
Gajah Mati di Sawah Warga, Kabel Listrik Ditemukan di Sekitar Lokasi
Gajah Mati di Sawah Warga, Kabel Listrik Ditemukan di Sekitar Lokasi
Berita
11/04/25
Berkarya dengan Visi: Merekam Kekerasan di Balik Topeng
Berkarya dengan Visi: Merekam Kekerasan di Balik Topeng
Feature
07/04/25
FATWA: Taring Babirusa dapat Membunuh Dirinya Sendiri!
FATWA: Taring Babirusa dapat Membunuh Dirinya Sendiri!
Edukasi
07/04/25
Bangkai Gajah Ditemukan di Perbatasan Kebun Sawit dan TN Gunung Leuser
Bangkai Gajah Ditemukan di Perbatasan Kebun Sawit dan TN Gunung Leuser
Berita
07/04/25
Tiga Opsetan Tanduk Rusa Diamankan saat Arus Balik Mudik
Tiga Opsetan Tanduk Rusa Diamankan saat Arus Balik Mudik
Berita
05/04/25
Seorang Pria Paruh Baya Ditangkap setelah Ketahuan Berdagang Penyu
Seorang Pria Paruh Baya Ditangkap setelah Ketahuan Berdagang Penyu
Berita
26/03/25
Macan Dahan yang Masuk Gudang di OKU sudah Dievakuasi
Macan Dahan yang Masuk Gudang di OKU sudah Dievakuasi
Berita
26/03/25
Berpacu dengan Kepunahan [3]
Berpacu dengan Kepunahan [3]
Liputan Khusus
25/03/25
Ambulans untuk Harimau Sumatera [2]
Ambulans untuk Harimau Sumatera [2]
Liputan Khusus
25/03/25
Bisnis Cuan Berbalut Kepahlawanan [1]
Bisnis Cuan Berbalut Kepahlawanan [1]
Liputan Khusus
25/03/25
Belasan Gajah Liar Masuk Sawah, Warga Berharap ada Solusi
Belasan Gajah Liar Masuk Sawah, Warga Berharap ada Solusi
Berita
25/03/25