Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Nelayan Temukan Pesut Tak Bersirip Mati di Perairan Ketapang

1156
×

Nelayan Temukan Pesut Tak Bersirip Mati di Perairan Ketapang

Share this article
Pesut tak bersirip (Finless porpoise) yang ditemukan mati di perairan Dusun Kelapa Enam, Desa Mekar Utama, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang. | Foto: Pokdarwis Cempedak Jaya/Kumparan
Pesut tak bersirip (Finless porpoise) yang ditemukan mati di perairan Dusun Kelapa Enam, Desa Mekar Utama, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang. | Foto: Pokdarwis Cempedak Jaya

Gardaanimalia.com – Seekor pesut tak bersirip ditemukan mati di perairan Desa Mekar Utama, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

Tepatnya, lokasi kematian satwa itu berada di sekitar Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Taman Pulau Kecil (TPK) Kendawangan.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Riyan, seorang nelayan asal Dusun Kelapa Enam mendapati bangkai finless porpoise tersebut, pada Minggu (23/10), tak jauh dari tempatnya mencari ikan.

Ia dan warga sekitar mengaku bahwa ada lebih dari satu satwa serupa sering dijumpai di sekitar kawasan tersebut. Namun, sebelumnya tak pernah ditemukan dalam kondisi mati.

Penemuan bangkai jenis lumba-lumba tanpa sirip tersebut kemudian dilaporkan ke Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Cempedak Jaya, sebagai pihak yang rutin melakukan monitoring pesut.

Ketua Pokdarwis Cempedak Jaya, Hartono mengonfirmasi kejadian tersebut. “Pesut tak bersirip ini pertama kali ditemukan oleh Pak Riyan,” ujarnya, Senin, (24/10).

Menurutnya, satwa ditemukan masih dalam kondisi cukup segar. Ditandai dengan kulit yang masih utuh 95 persen dan belum mengelupas. Meski demikian, terdapat luka bekas gigitan satwa liar, serta tubuhnya mulai membengkak.

Dalam prosesnya, tim dibantu mahasiswa Ilmu Kelautan FMIPA, serta didampingi petugas Lanal Ketapang. Guna melakukan identifikasi morfometri terhadap bangkai finless porpoise tersebut.

Untuk kepentingan jika diperlukan nekropsi atau akan diambil kembali kerangkanya. Setelah itu, finless porpoise tersebut langsung dikubur di Mako Lanal Ketapang.

Adapun hasil pengamatan dan identifikasi, tim menduga satwa tersebut adalah Indo-Pasific Finless Porpoise dengan nama ilmiah Neophocaena phocaenoides.

Panjang tubuhnya mencapai 130 sentimeter dengan lingkar badan 88 sentimeter. Satwa dalam ordo Cetacea tersebut ditemukan mati kode 3, yang artinya terjadi pembengkakan.

Setra: Kematian Pesut  Diduga Karena Perubahan Iklim

Identifikasi yang dilakukan Tim Pokdarwis Cempedak Jaya bersama mahasiswa Kelautan FMIPA Untan dan petugas Lanal Ketapang. | Foto: Pokdarwis Cempedak Jaya
Identifikasi yang dilakukan Tim Pokdarwis Cempedak Jaya bersama mahasiswa Kelautan FMIPA Untan dan petugas Lanal Ketapang. | Foto: Pokdarwis Cempedak Jaya

Sepanjang 2020-2022, Yayasan Webe Konservasi Ketapang mencatat tiga kasus kematian pesut diduga Orcaella brevirostris dan satu kasus lumba-lumba tanpa sirip, yakni Neophocaena phocaenoides.

Direktur Yayasan Webe Konservasi Ketapang, Setra Kusumardana mendorong adanya penelitian lebih lanjut terkait penyebab insiden-insiden kematian mamalia laut belakangan ini.

“Meningkatnya insiden kematian pesut di sekitar kawasan ini (KKP3K TPK Kendawangan) perlu menjadi perhatian para pihak,” kata Setra, Senin (24/10).

Tak hanya itu, lanjutnya, harapannya ada penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab meningkatnya kematian mamalia laut yang terancam punah itu di Kendawangan.

Sementara, Ia menduga hal itu dikarenakan terjadinya perubahan keseimbangan ekosistem perairan sungai dan laut di kawasan Kendawangan.

Di mana ekosistem yang tak seimbang tersebut akibat dari meningkatnya aktivitas masyarakat, meluasnya kawasan perkebunan di Hulu Sungai Kendawangan, dan meningkatnya angkutan barang tambang dan industri lain.

Setra menambahkan, padahal wilayah Selatan Kendawangan diapit dua kawasan konservasi, yakni Cagar Alam Muara Kendawangan dan KKP3K TPK Kendawangan.

Untuk diketahui, finless porpoise merupakan mamalia unik sebab memiliki karakteristik antara lumba-lumba dan dugong. Ia memiliki tampilan fisik yang lebih mirip dengan dugong, tapi berada dalam satu ordo dengan lumba-lumba.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments