Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

10 Ton Daging Satwa Liar Tercatat Melintasi Jalur Trans Sulawesi

439
×

10 Ton Daging Satwa Liar Tercatat Melintasi Jalur Trans Sulawesi

Share this article
Petugas saat memeriksa kendaraan pengangkut daging satwa liar. | Foto: RonnyA.Buol/Zonautara
Petugas saat memeriksa kendaraan pengangkut daging satwa liar. | Foto: RonnyA.Buol/Zonautara

Gardaanimalia.com – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara gelar patroli pemeriksaan tumbuhan dan satwa liar di jalur Trans Sulawesi.

Operasi ini dilakukan untuk menekan masuknya satwa liar dilindungi ke berbagai pasar di Sulut, baik yang masih hidup atau sudah mati.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Patroli yang berlangsung sejak 21 hingga 23 Desember 2022 tersebut berhasil mencatat setidaknya sepuluh ton daging satwa liar masuk ke Sulut.

Dalam pelaksanaannya, BKSDA Sulut menggandeng Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), Polsek Lolak, Masyarakat Mitra Polhut, PPS Tasikoki, dan pihak lainnya.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sulut, Yakub Ambagau, mengatakan bahwa kegiatan ini telah dilakukan dari tahun ke tahun. Pasalnya, pasokan daging hewan liar di Sulut juga berasal dari daerah lain.

“Operasi ini sudah beberapa kali dilakukan untuk meminimalisir peredaran tumbuhan dan satwa liar ilegal. Karena daging-daging satwa liar di Sulut sudah bukan lagi berasal dari Sulut tetapi lebih banyak berasal dari Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Gorontalo,” paparnya.

Patroli di tahun sebelumnya, BKSDA Sulut berhasil mengamankan 10,65 ton daging satwa liar. Daging tersebut berasal dari berbagai provinsi di Sulawesi.

“Nanti kita akan hitung apakah tahun ini terjadi penurunan atau tidak,” ujarnya.

Pasar Tomohon Jadi Tujuan Utama

Patroli melibatkan dua ekor anjing pelacak terlatih. Mereka ditugaskan untuk membantu mengendus keberadaan satwa liar, baik yang sudah mati ataupun yang hidup.

Hasilnya, didapati 1,5 ton daging babi di salah satu kendaraan yang dicegat. Ratusan ekor anjing yang masih hidup, daging anjing, kelelawar, bahkan ular piton juga ditemukan di kendaraan-kendaraan pengangkut lainnya.

Berdasarkan data yang dihimpun BKSDA Sulut, sebagian besar daging tersebut akan dikirim ke Pasar Tomohon.

“Karena penampung besarnya ada di Tomohon. Kemudian dibawa juga ke Kawangkoan, Langowan, Modoinding, Motoling, Amurang dan juga Pasar Karombasan,” terang Yakub.

Jelang perayaan natal, permintaan daging di pasar-pasar Sulut memang meningkat drastis. Termasuk daging satwa liar seperti babi hutan dan ular.

“Kecenderungannya paling banyak adalah daging babi hutan, lalu kelelawar, tikus dan ular piton,” kata Yakub.

Meski tidak dilindungi, jumlah daging satwa liar seperti babi hutan dan ular piton harus sesuai dengan kuota tangkap. Terlebih jika satwa liar tersebut didapatkan dari hasil berburu di kawasan konservasi.

Sementara itu, jumlah permintaan untuk daging satwa dilindungi sudah sangat turun dalam beberapa tahun terakhir.

Pasokan Terbanyak Berasal dari Raha

Dilansir dari Zonautara, sopir truk pengangkut daging tersebut mengaku mendapat pasokan paling banyak dari Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.

“Kita ambil dari pengepul yang sudah langganan, dan juga beli langsung dari masyarakat,” ujar salah satu sopir yang dihentikan jalan raya Desa Pinagoluman, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolmong, Mongondow.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments