Menjarah
Menjarah
Menjarah
Berita

Kabupaten Pidie Penyumbang Konflik Gajah Tertinggi

1042
×

Kabupaten Pidie Penyumbang Konflik Gajah Tertinggi

Share this article
Ilustrasi gajah sumatera yang mati di Provinsi Aceh. | Foto: Humas Polres Aceh Timur
Ilustrasi gajah sumatera yang mati di Provinsi Aceh. | Foto: Humas Polres Aceh Timur

Gardaanimalia.com – Konflik gajah sumatera di wilayah kerja Kepala Seksi Konservasi Wilayah 1 Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh tercatat paling tinggi.

Wilayah kerja tersebut membawahi 9 kabupaten yaitu Pidie, Pidie Jaya, Bener Meriah, Takengon, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang.

pariwara
usap untuk melanjutkan

Kepala Seksi Konservasi Wilayah 1 BKSDA Aceh, Kamaruzzaman mengatakan bahwa di wilayah kerjanya konflik gajah dan manusia memang memiliki intensitas paling tinggi.

“Dari sekian kabupaten paling tinggi berkonflik dengan gajah ada di Pidie,” jelas Kamaruzzaman, Selasa (19/7) dilansir dari AJNN.

Ia menyebut, bahwa penyebab terjadinya konflik satwa liar dilindungi itu dikarenakan habitat perburuan gajah untuk mencari makanan yang semakin menyempit.

Akibatnya, lanjut Kamaruzzaman, satwa liar mulai masuk ke kawasan masyarakat dan terjadi konflik yang berdampak, salah satunya pada rusaknya kebun milik warga.

Ia mengungkapkan, bahwa konflik gajah sumatera dan manusia tersebut terjadi hampir setiap hari. “Kira-kira ada puluhan kasus konflik sampai saat ini,” ujarnya.

Konflik yang terjadi, ucapnya, menyebabkan kehidupan satwa dan manusia terganggu, dan yang paling dirugikan adalah terganggunya populasi mamalia bertubuh besar tersebut di Aceh.

“Misalnya, gajah yang seharusnya bisa melahirkan dengan tenang, tetapi sekarang terpaksa melahirkan di alur dan otomatis menyebabkan kematian satwa,” tutur Kamaruzzaman.

Selain itu, menurutnya, saat ini kawanan satwa yang dalam bahasa Inggris disebut Sumatran elephant itu sudah mulai bercerai-berai lantaran habitat yang mulanya luas menjadi lebih kecil.

“Kelompoknya saja sudah terpecah-pecah, kalau dulu mungkin terpetakan satu kelompok besar, sekarang sudah terpecah akibat fragmentasi habitat,” ungkapnya.

Karena habitatnya yang semakin tergerus itulah, kemudian membuat BKSDA Aceh mengalami kesulitan untuk memetakan wilayah buruan kelompok satwa endemik Sumatera tersebut.

Dia menambahkan, kelompok Sumatran elephant yang dulunya terpetakan sekitar 40 ekor per kelompok, sekarang terpecah menjadi sekitar 3 ekor per kelompok.

Saat ini, kata Kamaruzzaman, BKSDA mencatat populasi gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) di Aceh mencapai sekitar 500-550 ekor.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments